Minggu, 23 Maret 2014

asadha puja



ÄSÄÆHA-PÌJÄ
Bulan Äsälha/Äsadha Merupakan Kebangkitan kesadaran Tiratana
(Buddha, Dhammä dan Saêgha)

A.    Pengertian Bulan Äsalha/Äsadha?
Äsalha-Pìjä (pali) adalah penghormatan di bulan suci Asadha (Indonesia) (Panjika.2004:339) yang jatuh tepat purnama sidhi tahun 588 SM, saat Buddha Sakyamuni membabarkan Dhammä untuk pertama kalinya di taman Rusa, Isipatana dekat Benares kepada lima orang petapa (S.v.240).  Bulan Äslha/Asadha (Juli) adalah nama bulan yang ke-8 dalam penghitungan bulan Buddhis (BE) atau jatuh dua bulan setelah bulan waisak (Vesakha).
B.     Sejarah Peringatan Bulan Äsälha/Äsadha.
Dua bulan setelah Bodhisattva Sidharta Gautama mencapai penerangan sempurna pada purnama sidhi di bulan Äsäla/Äsadha (Juli) 588 SM (Narada.1995:54) dan berkat permohonan dewa Brahmä Sahampati:
“Brahmä ca lokädhipati Sahampati,
Katañjali adhivaraè ayäcatha,
Santidha sattäpparajakka jatikä,
Desetu Dhammaè anukampimaè pajaè.”
Artinya: “Brahmä Sahampati, Penguasa dunia
Merangkap kedua tanganya dan memohon,
Ada makhluk-makhluk yang dihinggapi sedikit kekotoran batin,
Demi belas kasih kepada mereka, ajarkanlah mereka Dhammä.”
Setelah tiga kali Brahmä Sahampati memohon, akhirnya Buddha Gautama berkenan membabarkan Dhammä kepada makhluk hidup, Dhammä yang indah pada awalnya, indah pada pertengahanya dan indah pada akhirnya (D.ii.48; M.i.169). Karena rasa belas kasih dan demi kebahagian semua makhluk dengan mengucapkan:
“Apärutä tesaè amatassa dvarä
Ye sotavanto pamucantu saddhaè”
Artinya: “Terbukalah pintu kehidupan abadi
Bagi mereka yang mau mendengar
dan mempunyai keyakinan (Vin.4-7).”
 Kemudia Buddha Gautama bertekat mencari guru-Nya sebelum akhirnya sampai di taman Rusa Isipatana, Benares untuk membabarkan Dhammä yang pertama kali kepada lima orang petapa (Widyadharma.1997:34-35).
 Buddha Gautama mencari guru-Nya yang pertama yaitu Älära Käläma dan guru-guru lainya semasa mengembara. Namun, sesosok dewa memberitahu bahwa Älära Käläma telah meninggal dunia tujuh hari sebelum beliau datang, kemudian beliau mencari orang berikutnya yaitu Uddaka Ramaputta, juga telah meninggal sebelumya. Akhirnya Buddha Gautama mencari lima orang petapa (pañcavaggiyä) yang menemani beliau semasa melakukan pertapaan ekstrim di hutan Uruvelä (Vin.i.7-8).
Di senja yang sejuk di hari purnama sidhi bulan Äsälha (Juli), 588 SM (Kusaladhamma.2006:172-175) Buddha Gautama tiba di taman Rusa Isipatana, Benares  dan bertemu kelima petapa yaitu Kondañña, Vappa, Bhaddiya, Mahanama dan Assaji. Di tempat ini beliau membabarkan Dhammä yang pertama kali dan di sebut Dhammacakkappavattana Sutta. Kelima petapa pada mulanya tidak percaya kalau Buddha Gautama telah mencapai penerangan sempurna. Setelah mendengarkan Dhammä dan mengikuti petunjuk Buddha Gautama serta mampu merasakan kebenaran ajaran, mereka yakin kepada beliau. Di antara kelima petapa yang pertama kali berhasil merealisasi Dhammä hingga tingkat Sotäpana adalah Kondañña dan mendapat julukan Annata-Kondañña, artinya Kondañña yang telah mengerti. Kemudian Kondañña memohon untuk di-Upasampada menjadi Bhikkhì (S.v.420-431) dilanjutkan Vappa, Baddiya, Mahanama dan Assaji yang berhasil memahami Dhammä serta memohon untuk di-Upasampada menjadi Bhikkhì. Setelah mempelajari Dhammä yang ke dua yaitu Anattalakkhana-Sutta dan berhasil mencapai Ärahat (Vin.i.9-14). Setelah Dhammacakkappavatta Sutta di babarkan dan kelima petapa menjadi Bhikkhì, maka peristiwa ini merupakan awal dari kelengkapan Tiratana yaitu Buddha, Dhamma dan Saégha serta awal dari terbentuknya Saégha pertama kali di dunia.
C.    Isi Dhammacakkappavattana Sutta.
Dhammacakkappavatta Sutta merupakan bagian dari Saèyutta-Nikaya V, Saccasaèyuttam VI, Sutta yang ke-2 dari 11 Sutta. Dhammacakkappavattana Sutta merupakan nama yang diberikan untuk kotbah pertama Buddha Gautama. Kata ini mewakili arti kata Kerajaan Kesunyataan, Kerajaan Kebenaran atau Roda Kesunyataan. Dhamma artinya kebijaksanaan, pengetahuan, kebenaran, kesunyataan, ajaran, hukum alam, peraturan dan pengalaman hidup (Panjika.1994:347), sedangkan Cakka artinya mendirikan, membanggun dan roda (Panjika.1994:344) dan Pavattana artinya pemutaran roda Dhamma (Supandi,2001:251). Jadi Dhammacakkappavattana Sutta artinya penjelasan terperinci dari pemutaran kesunyataan hidup (Närada.1995:54-55).
Dhammacakkappavattana Sutta dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni kepada lima orang petapa di taman Rusa Isipatana, Benares. Pada purnama sidhi di bulan Äsälha/Äsadha (Juli) tahun 588 SM. Dalam kotbah yang pertama, Buddha Gautama mengawali dengan menasehati lima petapa yang percaya pada pertapaan ekstrim yaitu menghindari pengumbaran nafsu dan penyiksaan diri karena keduanya tidak membawa pada pencapaian penerangan sempurna. Buddha Gautama mengarahkan kelima petapa untuk memahami Jalan Tengah (Majjhima-paëipadä) yang dapat mencapai penerangan sempurna (S.v.420-421). Kelima petapa sangat akrab dengan Buddha selama enam tahun, merupakan kelompok manusia pertama kali mendengarkan Dhammä yang di babarkan Buddha Gautama. Sumber lain mengatakan bahwa banyak makhluk yang tidak terlihat dan hadir menyaksikan pemutaran roda Dhammä pertama, makhluk-mahkluk tersebut antara lain mamkhluk yang ada di alam dewa dan Brahmä,  atau maklhuk-makhluk dari alam lain yang tidak tampak oleh kasat mata (Närada.1995:55).
Buddha menjelaskan Empat Kesunyataan Mulia (cättari ariya saccäni) dan Jalan Ariya Berunsur Delapan yang dapat membimbing makhluk hidup untuk mencapai penerangan sempurna yaitu:
1.      Empat Kesunyataan Mulia yaitu:
a.       Kesunyataan Tentang (Dukkha Dukkha Ariyasacca)
b.       Kesunyataan Tentang Asal Mula Dukkha (Dukkhasamudaya Ariyasacca)
c.        Kesunyataan Tentang Terhentinya Dukkha (Dukkhanirodha Ariyasacca)
d.      Ksunyataan Tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha (Dukkhanirodhagäminí-paëipadä)  yaitu Jalan Ariya Berunsur Delapan.
2.      Jalan Ariya Berunsur Delapan yaitu:


a.       Pandangan Benar (Sammädiëëhi)
b.      Pikiran Benar (Sammäsaékhapa)
c.       Ucapan Benar (Sammäväccä)
d.      Perbuatan Benar (Sammäkammanta)
e.       Mata Pencaharian Benar (Sammääjíva)
f.       Daya upaya Benar (Sammäväyäma)
g.      Perhatian Benar (Sammäsati)
h.      Konsentrasi Benar (Sammäsamädhi)


Setelah Buddha Gautama menguraikan semuanya, kelima petapa bahagia dan salah satu dari mereka yaitu Kondañña dapat memahami dan mencapai tingkat kesucian Sotäpana, pada saat Buddha membabarkan  Dhammacakkappavattana Sutta para dewa bumi berseru bahwa Dhammä telah dibabarkan dan seruan tersebut menembus alam Brahmä serta sepuluh ribu rangkaian dunia berguncanag (S.v.421-431). Akhirnya kelima petapa tersebut menjadi Bhikkhì dan mencapai penerangan sempurna.
D.    Makna Peringatan dan Perayaan Bulan Äsälha/Äsadha.
Bulan Äsälha/Äsadha (Juli) adalah bulan yang sangat di sakralkan oleh umat Buddha karena tepat di hari purnama sidhi/tanggal 15 Äsälha/Äsadha tahun 588 SM, di taman Russa Isipatana, Benares untuk pertama kalinya Dhammä dikumandangkan oleh Buddha Gautama dihadapan lima petapa dan maklhuk dari alama lain (S.v.420) .
Di usia yang ke-35 tahun Bodhisattva Sidharta Gautama di bawah pohon Bodhi mampu mencapai ke-Buddha-an dan merealisasi Dhammä dengan menembus Empat Kesunyataan Mulia melalui Jalan Ariya Berunsur Delapan. Bodhisatta Sidharta Gautama berhasil mencapai kesempurnaan dan mengakhiri proses tumimbal lahir (M.i.247-249). Dua bulan kemudian di bulan Äsälha/Äsadha beliau membabarkan hasil dari pancapaian ke-sempurna-an-Nya dan di kenal dengan pemutaran roda Dhammä (Dhammacakkappavattana Sutta) kepada lima orang petapa. Sehingga terbentuklah Saégha untuk pertama kalinya di dunia. Aratinya pada bulan Äsälha telah lahir kembali satu kesatuan kesadaran Tiratana yaitu tiga mustika atau permata (Buddha, Dhammä dan Saégha) di dunia (Panjika.1994:375).
Bodhisattva Sidharta Gautama adalah manusia yang telah mencapai ke-Buddha-an dan di sebut sebagai Buddha Sakyamuni. Buddha adalah makhluk/kesadaran yang Maha suci (Arahaè), telah mencapai penerangan sempurna dengan kekuatan sendiri (Sammäsambuddho), sempurna pengetahuan dan tingkah-laku-Nya (Vijjacaranasampanno), sempurna menempuh Jalan (Sugato), Pengenal segenap alam (Lokovodu), pembimbing manusia yang tiada taranya (Anuttaro purisadhammasarathi), guru para dewa dan manusia (Satthadeva manussanaè), Yang bangun/sadar (Buddho), junjungan yang di muliakan (Bhagavä) (M.i.37).  
Dhamma adalah ajaran Buddha (Supandi.2001:226)  yang meliputi Empat Kesunyataan Mulia (cättari ariya saccäni) dan Jalan Ariya Berunsur Delapan serta Nibbäna (S.v.421-431). Dhammä dibabarkan dengan sempurna oleh Bhagavä (Svakkhato Bhagavata Dhammo), berada sangat dekat (Sanditthiko), tidak dibatasi oleh waktu (Akaliko), mengundang untuk dibuktikan (Ehipassiko), menuntun kearah pembebasan (Opanayiko), dapat diselami oleh orang-orang bijaksana (Paccataè veditabbo viññuhiti) (M.i.37).
Saégha adalah persamuan atau persaudaraan Bhikkhì (Supandi.2001:302). Saégha yang di maksud adalah Ariya Saégha siswa Bhagavä yang berprilaku baik (Supaëipanno Bhagavato Savaka Saêgho), berprilaku lurus (Ujupatipanno), berprilaku benar (Ñayapatipanno), berperilaku patut (Samicipatipanno), semuanya merupakan empat pasang makhluk suci (Sotäpana, Sakadagami, Anagami dan Ärahat) terdiri dari delapan jenis makhluk suci. Itulah Saêgha siswa Bhagavä yang patut menerima persembahan (Ahuneyyo), patut di sambut dengan ramah (Pahuneyyo), patut menerima pemberian (Dakkhineyyo), patut dihormati (Anjalikaraniyo), lapangan untuk menanam jasa yang tiada taranya di alam semesta (Anuttaraè punnakkhettaè lokassa) (M.i.37). Jadi hari purnama sidhi pata tanggal 15 Äsälha/Äsadha tahun 588 SM merupakan hari kelengkapan satu kesatuan kesadaran dari tiga permata atau mustika yang menjadi perlindungan umat Buddha yaitu Buddha, Dhammä dan Saégha. Atau rasa syukur atas terbenuknya Saégha untuk pertama kalinya di dunia. Seharusnya hal-hal inilah yang harus direnungkan saat peringatan atau perayaan Äsälha/Äsadha.



DAFTAR REFERENSI

Digha Nikaya (The Dialogue of the Buddha Vol II). Terjemahan Davids, T.W. Rhys. 1977a. Oxford: The Pali Texs Society.

Dhammananda, Sri. 2005. Keyakinan umat Buddha. Jakarta: Yayasan Penerbit Karaniya.

Majjima (Nikaya The Middle Length Saying Vol. I.) Terjemahan Horner, I.B. !989 London: The Pali Text Society.

Närada, 1995. Sang Buddha dan Ajaran-ajarannya 1. Yayasan Dhammadipa Arama: Jakarta.

Panjika, 1994. Kamus Umum Buddha Dharma. Jakarta: Tri Sattva Buddhist Centre.

Samyutta Nikaya (The Book of Kindred Sayings Vol V). Terjemahan David. 1989 London: Palitext Society.

Supandi, Cunda J. 2001. Tata Baha Pali. Bandung: Karaniya.

Widyadharma, Sumedha. 1979. Riwayat Hidup Buddha Gautama. Jakarta: Club Penyebar Dhamma.

Wijaya-Mukti, Krishnanda. 2003. Wacana Buddha Dharma. Yayasan Dharma Pembangunan: Jakarta.

Kusaladhamma, 2006. Kronologi Hidup Buddha. Yayasan Penerbit Karaniya: Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar