HUKUM KARMA & PUNARBHAVA
A.
Pengertian Karma/Kamma:
Kamma adalah kata berasal dari bahasa pali dan Karma adalah kata berasal dari bahasa Sansekerta menurut huruf
berarti: "Perbuatan" atau "Action", yang
dalam arti umun meliputi semua kehendak (cettana)
dan maksud perbuatan, yang baik (kusala) maupun
yang buruk (akusala), lahir atau
batin, dengan pikiran (mano kamma),
kata-kata/ucapan (vaci kamma), dan
badan jasmani (kaya kamma). Makna
yang lebih luas dari kamma adalah semua kehendak dengan tidak membeda-bedakan apakah
kehendak itu baik (bermoral) atau buruk (tidak bermoral) (A: vi: 63).
Sehubungan dengan hal Kamma ini Buddha bersabda sebagai
berikut: "O para Bhikkhu, kehendak untuk berbuat (cettana) itulah yang Aku namakan Kamma, Sesudah berkehendak orang
lantas berbuat dengan badan jasmani, perkataan dan pikiran." (A,
iii: 415).
Kamma bukanlah satu ajaran yang membuat manusia menjadi
orang yang lekas putus asa, juga bukan ajaran tentang adanya suatu nasib yang
sudah ditakdirkan. Memang segala sesuatu yang telah lampau mempengaruhi keadaan
sekarang atau pada saat ini, akan tetapi tidak menentukan keseluruhannya,
karena meliputi apa yang telah lampau dan pada saat ini, yang telah lampau
bersama dengan yang terjadi pada saat-saat sekarang, mempengarihi hal-hal yang
akan datang.
Yang telah lampau sebenamya merupakan dasar dimana hidup
sekarang berlangsung dari satu saat lain dan apa yang akan datang masih akan
dijalankan. Oleh karena itu, saat sekarang inilah sebagai saat yang nyata dan
ada didalam tangan kita sendiri untuk dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Semua perbuatan menimbulkan akibat dan akibat ini
merupakan pula sebab yng akan menghasilkan akibat yang lain, dan begitu pula
seterusnya, sehingga karma juga sering disebut sebagai 'Hukum sebab akibat'.
Misalnya melempar batu merupakan suatu perbuatan. Batu tadi mengenai jendela
kaca dan kaca itu pecah. Pecahnya kaca sebagai akibat lemparan batu. Tetapi
peristiwa ini tidak selesai disini saja. Karena kaca pecah merupakan pula satu
sebab dari kesukaran-kesukaran lain. Misalnya sejumlah uang dari lemparan batu
tadi harus berpindah tangan untuk mengganti kaca yang pecah itu. Orang itu
mungkin terpaksa menggunakan uangnya untuk ganti rugi, yang sebenamya uang itu
mungkin dicadangkan untuk keperluan lain, sehingga menimbulkan suatu
kekecewaan. Kekecewaan ini mungkin akan menjadi sebab dari suatu perbuatan yang
tidak baik dari seseorang, dan begitulah seterusnya. Maka dengan demikian
akibat kamma tidak akan cepat berakhir.
Kita harus berhati-hati sekali dengan perbuatan kita,
supaya akibatnya senantiasa bersifat baik. Kita hendaknya selalu berbuat baik,
menolong makhluk-makhluk lain, membuat makhluk-makhluk lain bahagia. sehingga
perbuatan itu akan membawa suatu kamma
vipaka (akibat kamma) yang baik dan membuat kekuatan kepada kita untuk
melakukan kamma yang lebih baik lagi.
Contoh lain yang gampang dipahami adalah sebagai berikut:
Lemparkanlah sebuah batulam suatu kolam yang tenang. Pertama-tama akan
terdengar suara percikan air dan kemudian
terlihat lingkaran-lingkaran gelombang. Perhatikanlah, bagaimana
lingkaran ini makin lama makin melebar. sehingga menjadi begitu lebar dan
halus, yang tidak dapat terlihat lagi dengan mata kita. Ini bukan berarti gerak
itu tadi telah selesai, sebab bilamana gerak gelombang yang halus itu mencapai
tepi kolam, ia akan memantulkan ketempat dimana batu tadi dijatuhkan.
Selama kita berbuat dengan maksud buruk, maka gelombang
akibat yang buruk pula yang akan senantiasa mengganggu kita. sebaliknya, bila
kita berbuat baik, maka gelombang akibat yang baik pula yang akan mengganggu
kita. Sebagaimana orang menanam biji mangga pasti akan menghasilkan pohon
mangga juga, begitu pula orang yang menanam bibit padi, pasti akan menghasilkan
padi pada waktu yang akan datang.
Sang Buddha bersabda: Sesuai benih yang ditabur, begitulah buah yang akan dipetiknya, pembuat
kejahatan akan memetik kejahatan pula. Taburlah biji-biji benih, dan engkau
pulalah yang akan merasakan buah-buah daripadanya (S.ii. 227).
Segala sesuatu yang datang pada kita, yang menimpa diri
kita, sesungguhnya benar adanya. Bilamana kita mengalami sesuatu yang
membahagiakan, yakinlah bahwa kamma yang telah kita perbuat adalah benar,
sebaliknya bilamana sesuatu menimpa kita dan membuat kita membuat kita tidak
tenang, Kamma-Vipaka itu menunjukkan
bahwa kita telah berbuat kesalahan. Janganlah sekali-kali dilupakan
hendaknya, bahwa kamma-vipaka itu
senantiasa benar. la tidak mencintai ataupun membenci, pun tidak marah
dan juga tidak memihak. la adalah
semata-mata hukum dari sebab akibat. Kamma tidak mengenal kita. Dapatkah
misalnya api mengerti atau mengenal kita, bilamana terbakar olehnya? Tidak,
membakar dan menyebabkan panas adalah sifat api.
Api bila digunakan secara baik, akan memberikan
penerangan, membuat masak makanan atau keperluan-keperluan lain yang bermanfaat
bagi kita, bahkan diri kita sendiri.
Sifat api adalah membakar dan tergantung pada kita untuk
mempergunakan sebaik-baiknya. Sebenamya, sangatlah bodoh, bilamana kita
memarahi api, jika kita sendiri yang salah mempergunakannya, hingga api itu
merugikan kita. Di dunia ini banyak sekali yang dapat kita lihat ’tingkatan-tingkatan
kesadaran manusia’. Ada orang yang meninggal pada waktu masih kanak-kanak yang lain
mencapai usia delapan puluh atau seratus tahun. Ada orang yang selalu
sakit-sakitan dan yang lain kuat dan sehat. Ada orang yang mempunyai wajah
cantik, atau ganteng dan yang lain berwajah buruk. Ada yang lahir sebagai
jutawan, yang lain lagi sebagai pengemis. Ada orang yang lahir dalam keadaan
mewah dan yang lain dalam keaadan kekurangan. Ada orang yang dilahirkan memiliki
bakat suatu ilmu tertentu dan yang lain sebagai orang bodoh atau terbelakang.
Apakah sebenarnya yang menimbulkan
kepincangan-kepincangan ini? Bagi seorang umat Buddha tidak dapat mempercayai,
bahwa kepincangan-kepincangan ini hasil dari suatu sebab yang kebetulan saja.
Ilmu pengetahuan sendiri tidak dapat menerima suatu teori, bahwa segala sesuatu
itu hanya kebetulan saja atau untung-untungan belaka. para ahli pengetahuan
senantiasa bekerja berdasarkan hukum sebab dan akibat. Begitu pula seorang umat
Buddha tidak dapat percaya bahwa kepincangan-kepincangan ini disebabkan oleh
perbuatan satu 'kekuatan luar'. Kaiau sekirranya ada orang yang percaya hal
demikian itu, terserah kepada yang bersanggkutan, dalam hal ini tidak perlu
kita mencela atau menyalahkan orang. Buddha seringkali menerangkan beraneka
macam keadaan manusia di dunia ini dan betapa tidak masuk akal kalau hal
tersebut disebabkan oleh suatu 'kekuatan luar', diluar manusia itu sendiri.
Kepincangan, keganjilan yang terdapat di dunia ini
menurut ajaran Agama Buddha sebagian
memang mempunyai sebab, keadaan pcrantara yang menimbulkan berbagai macam
keadaan itu; tetapi. sebagian besar oleh rangkaian sebab-sebab yang tidak hanya
terjadi pada saat saja bahkan juga pada waktu-waktu yang telah lampau. Memang,
sebenarnya manusia itu bertanggung jawab atas kebahagiaan maupun kesengsaraannya,
ia sendiri yang membuat Sorga atau Neraka. la adalah majikan untuk hari kemudian, sebagai pewaris
kelakuannya yang lampau maupun saat ini.
B.
Hukum Tertib Kosmis
Sekalipun Dhamma mengajarkan bahwa Kamma adalah sebab
utama dari adanya berbagai keadaan dialam ini, namun ini bukanlah suatu
fatalisme (menyerah pada keadaan dan berputus asa) maupun suatu nasib tertentu
yang sudah digariskan untuk seseorang atau makhluk. Hukum Karma hanya merupakan
satu dari dua puluh empat sebab, sebagaimana dapat ditemukan dalam falsafah
Buddhis (Compendium of philosophy page 191) atau salah satu dari lima Niyama (Hukum Tertib Alam Semesta) yang
bekerja di alam semesta ini dan masing-rnasing merupakan hukum-hukum
tersendiri. Hukum-hukum yang dimaksud di atas adalah:
1. Utu Niyama: Hukum tertib "physical
inorganic", misalnya: Gejala timbulnya angin, hujan, sifat-sifat panas
dan sebagainya.
2. Bija Niyama: Hukum tertib tumbuh-tumbuhan dari benih-benih dan pertumbuhan tanaman-tanaman, misalnya:
padi berasal dari tumbuhnya
benih padi, gula berasal dari batang
tebu atau madu; keistimewaan dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan
sebagainya.
3. Karma Niyama: Hukum tertib sebab akibat, misalnya:
perbuatan yang bermaksud bermanfaat (membahagiakan atau baik) dan bermaksud
merugikan (buruk) terhadap pihak lain, menghasilkan pula akibat baik atau
buruk. Sebagaimana sifat air yang selalu mengalir untuk mencapai persamaan
tingginya, begitu pula Karma bersifat untuk selalu mendapatkan keseimbangannya,
selalu menghasilkan buah-buah yang sewaktu-waktu menyenangkan dan sewaktu-waktu
tidak menyenangkan. bukan sebagai hukuman atau hadiah terhadap sipembuat
perbuatan, tetapi memang sudah menjadi wataknya atau rangkaian satu kejadian.
Rangkaian dari kejadian sebab akibat ini seperti tertib jalannya (yang saling
bergantungan) dari bulan dengan bintang-bintang.
4. Dhamma Niyama: Hukum tertib terjadinya persamaan dari
satu gejala yang khas, misalnya: terjadinya keajaiban alam pada saat seorang
Bodhisattva hendak mengakhiri hidupnya
sebagai calon Buddha, akan terlahir menjadi seorang Buddha. Hukum gaya berat (gravitasi)
dan hukum alam lainnya, sebab-sebab dari pada keselarasan dan sebagainya,
termasuk hukum ini.
5. Citta Niyama:
Hukum tertib jalannya alam pikiran atau hukum alam batiniah misalnya:
proses kesadaran, timbul dan tenggelamnya (lenyapnya) kesadaran, sifat-sifat
kesadaran, kekuatan pikiran (batin) dan sebagainya. Tetapi, kemampuan untuk
mengingat hal-hal yang telah lampau, kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang
akan terjadi dalam jangka pendek maupun jauh, kemampuan untuk menbaca pikiran
orang lain, dan semua gejala batiniah yang kini masih belum terpecahkan oleh
pengetahuan modern termasuk hukum terakhir ini (Abhidhamma Vatara; 54).
Demikianlah uraian singkat tentang kelima Hukum Tertib
Alam Semesta atau Niyama meliputi semua gejala-gejala lahir maupun batin diseluruh
alam semesta ini. Niyama ini merupakan hukum yang masing-masing memiliki sifat
tersendiri dan tidak usah diatur oleh siapapun juga.
C.
Peranan Cetana Dalam Kamma.
Cetana merupakan akar dari perbuatan baik maupun buruk, maka, apabila cetana
berhubungan dengan kesadaran/citta yang berakar pada lobha, dosa dan moha, akan timbul perbuatan-perbuatan
yang dilakukan oleh pikiran (mano),
ucapan (vaci) dan tindakan badan
jasmani (kaya) yang buruk, kemudian
sebagai akibatnya dimiliki bentuk-bentuk yang buruk. Sebaliknya jika cetana berhubungan dengan kesadaran (citta) yang aloba, adosa dan amoha,
akan timbul perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh pikiran (mano), ucapan (vaci) dan tindakan badan jasmani (kaya) yang baik, akibatnya ialah bentuk-bentuk kamma baik.
Buddha bersabda: "Pemilik kamma adalah makhluk-makhluk
sebagai ahli waris dari kammanya: Kamma merupakan rahim darimana ia dilahirkan,
bersatu dengan kammanya, yang merupakan pernaungannya. Kamma apapun juga, yang
baik maupun yang hurukyang diwarisinya" (A.x.205).
Sabda Buddha yang lain: "Dimana saja makhluk-makhluk
menifis, disiiulah Kammanya itu masak (berbuah), disitulah ia akan menerimanya,
pada kehidupan ini, atau dalam kehidiipan yang akan datang" (A.iii:
33).
Tanpa mengerti peranan Cetana dalam Hukum Kamma, sudah
dapat dipastikan bahwa semua kepincangan yang terlihat dalam hidup ini
seolah-olah tidak adil, namun yang sesungguhnya adalah tidak demikian. Dhamma
yang diajarkan oleh Sang Buddha adalah jelas sekali bahwa Sanghyang Adi Buddha
(Tuhan Yang Maha Esa) itu sangat adil, sangat bijaksana, Maha pengasih dan Maha
penyayang adanya, terhadap semua makhluk tanpa membeda-bcdakan diseluruh alam
semesta ini. Tetapi apa yang tertampak dalam kehidupan di alam manusia ini
serba bertingkat, seperti: ada yang kaya raya, ada yang miskin, ada yang cerdas
otaknya, ada yang bodoh/dungu, ada yang cacat sejak lahir, ada yang buruk
wajahnya, ada yang berparas cantik, dan ada pula yang berparas jelek dan
seterusnya. Maka kita harus mengerti bahwa semua itu disebabkan oleh Karmanya
masing-masing.
Selama masih ada Cetana, maka selama itu akan terjadi
kamma dengan segala akibatnya. Oleh karena itu camkanlah bahwa tidak mungkin
kehendak untuk berbuat atau Cetana itu akan berhenti, semasih orang belum
mengalami akibatnya, mungkin didalam kehidupan yang berikutaya atau kehidupan
yang akan datang. Tidaklah mungkin kalau tidak mengalami sendiri akibatnya,
orang akan dapat mengakhiri akibatnya.
D.
Syarat Syarat Yang Bisa Disebut
Kamma
Adanya badan (kaya),
tercetuslah Cetana dalam perbuatan badan itu, maka timbullah kebahagiaan maupun
kesengsaraan. Adanya pengucapan (Vaci),
tercetuslah adanya Cetana dalam
ucapan itu, maka timbullah kebahagiaan maupun kesengsaraan. Adanya pikiran (mano), tercetuslah Cetana dalam pikiran
(mano), maka timbullah kebahagiaan
maupun kesengsaraan.
Karena Avijja (ketidak
tahuan), orang didorong oleh perasaan melakukan sebuah bentuk kamma melalui
perbuatan badan, ucapan atau pikiran, yang menimbulkan kebahagiaan maupun
kesengsaraan dirinya sendiri, atau dipengaruhi oleh orang lain melakukan hal
itu. Cetana yang tercetus dalam perbuatan badan, ucapan dan pikiran, itulah
yang disebut Kmma dan yang merupakan pula benih untuk bertumimbal-lahir. Jadi
suatu perbuatan yang dapat disebut Kamma yaitu,bilamana memenui syarat-syarat: Kamma/karma terjadi karena adanya Cetana.
Perbuatan yang dilaksanakan berdasarkan kesadaran atau dengan sengaja.
E.
Pembagian Kamma
Kamma dibagi dalam empat
golongan besar yaitu:
1. Menurut jangka waktunya (Pakakala Catuka) golongan dari Kamma ini
dapat dibagi dalam empat jenis:
i.
Dittha Dhammavedaniya-Kamma: Kamma yang masak atau membuahkan
hasil dalam kehidupan sekarang ini. Disebabkan oleh kehendak impuls (kehendak
yang mudah digerakkan dengan dorongan hati) atau dalam bahasa Palinya disebut
Javana Cetana yang baik maupun yang buruk. Javana Cetana mi menimbulkan Kamma
yang berbuah dalam kehidupan ini juga. Dittha
Dhammavedaniya-kamma terbagi dua macam, yaitu:
a) Paripakka Dittha
Dhammavedaniya-Kamma adalah Kamma yang memberikan
hasil/akibat dalam waktu 7 (tujuh) hari dengan pasti.
Contoh: Dalam Sutta menceriterakan, ada
seorang miskin yang bernama Maha Duggata member! dana makanan kepada YMS
Kassapa Samma Sammbuddha, setelah selesai berdana, dalam waktu 7 (tujuh) hari
kaya raya. Demikian juga dengan seorang miskin vang bemama Punna,
memberikan dana makanan kepada Ven Sariputta Maha Thera setelah berdana menjadi
kaya raya dalam waktu 7 (tujuh) hari.
b) Aparipakka Dittha Dhammavedaniya-Kamma adalah Kamma yang memberikan hasil/akibat setelah
lewat 7 (tujuh) hari.
Contoh: Jika berhuat kejahatan atau kebaikan
dalam usia muda akan memberikan hasil/akibatnya pada usia muda atau usia tua
dalam kehidupan sekarang ini juga.
c) Uppajjavedaniya-Kamma: Kamma
yang masak atau memberikan hasil dalam kehidupan yang akan datang, dalam
kehidupan ke 2 (dua).
d) Aparaparavedaniya-Kamma: Kamma
yang masak atau memberikan hasil /akibat dalam kehidupan berikutnya
berturut-turut, yaitu dalam kehidupan yang ke 3 (tiga) dan seterusnya.
e) Ahosi-Kamma: Kamma yang lelah hahis.
Contoh: Yang Ariya Angulimala
Thera. sehelum menjadi anggota Sangha, pernah menjadi penjahat dan lelah membunuh
ratusan orang. Setelah beliau berjumpa Buddha dan menjadi Bhikkhu. sewaktu
menjadi Bhikkhu sangat tekun melaksanakan meditasi Vipassana Bhavana, dan
akhirnya mencapai tingkat Arahat. Jadi, kejahatan beliau yang membunuh
ratusan orang itu menjadi Ahosi-Kamma, yaitu Kamma yang tidak menimbulkan
akibat sama sekali.
2. Menurut sifat bekerjanya (Kicca catukka) golongan
dari Kamma ini dapat dibagi dalam 4 (empat) jenis, yaitu:
i.
Janaka Kamma adalah Kamma yang menyebabkan
timbulnya syarat-syarat untuk terlahimya kembali suatu makhluk. Kamma ini
menimbulkan Nama Khandha (kelompok
batin) dan Kamma-rupa (materi/jasmani).
Kamma ini disebut Janaka Kamma, yaitu
Akusala-Kamma 12 dan Lokiyakusala-Kamma 17, Kammavacarakusala-Kamma 8, Rupavacarakusala-Kamma 5, dan Arupavacarakusala-Kamma 4. Janaka-Kamma ini adalah bertugas
melahirkan makhluk-makhluk di dalam 31 alam kehidupan.
ii.
Upatthambhaka-Kamma Adalah Hukum kekuatan yang mendorong terpeliharanya satu akibat dari pada
sebab (kamma) yang telah timbul. Kamma
ini adalah membantu Janaka-Kamma,
yaitu:
a) Membantu Janaka-Kamma yang belum
mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu menimbulkan
hasil/akibat.
Upatthambhaka yang
membantu Janaka-Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan
hasil/akibat, memberikan waktu menimhulkan hasil/akibat: Kusala (kebaikan) dan Akusala (kejahatan)
yang timbul akan menghadapi kematian, Kusala (kebaikan) dan Akusala (kejahatan)
yang timbul dalam keadaan biasa (sehari-hari). Kusala (kebaikan) dan Akusala (kejahatan) inilah yang menjadi
Upatthambhaka-Kamma yang membantu Janaka-Kamma
yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat. memberikan waktu
menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu menimbulkan akibat Janaka-Kamma yang belummempunyai waktu
menimbulkan hasil/akibat terbagi 2 (dua) macam.yaitu:
(1) Janaka-Kamma dalam kehidupan yang lampau
(2) Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini.
Janaka-Kamma
yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat, dibagi menjadi 8 bagian,
yaitu:
(1) Kusala yang timbul sewaktu
menghadapi kematian. menbantu kepada kusala Janaka-Kamma dalam
kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat,
memberikan waktu menimbulkan hasil/akihat.
Contoh: A umat Buddha, dalam kehidupan sekarang ini banyak berbuat
kebaikan. Tetapi sewaktu A sakit keras dan akan menghadapi kematian, terlihat
nimita/bayangan Kamma yang tidak baik, membuat gelisah. Kemudian familinya
mengundang Bhikkhu untuk bersembahyang dan memberikan nasehat Dhamma dihadapan
A, setelah A mendengar pembacaan Parita/Dharani dan nasehat Dhamma dari Bhikkhu
itu, batinnya menjadi tenang, nimita/bayangan Kamma yang tidak baik lenyap, dan
timbul nimita/bayangan Kamma yang baik. Sewaktu A menghembuskan nafasnya yang
terakhir, ia tumimbal-lahir di Kamasugati-Bumi.
Hal ini disebabkan kusala yang timbul
sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau, yang belum mempunyai
waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu memberikan hasil/akibat.
Bahasa Pali berbunyi sebagai berikut: ”Imasmim cayam samaye, kalankaritatha
puggalo, saggamhi upapajjeyya, cittanhisa padusitang” Artinya: Orang itu, jika meninggal pada saat itu,
pasti tumimbal-lahir di Alam Deva, sebab batin orang itu tenang. Orang
itu, jika meninggal dunia pada saat itu, pasti tumimbal-lahir di Alam Neraka,
sebab batin orang itu gelisah.
(2) Kusala yang timhul sewaktu
menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan
sekarang ini yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat memberikan
waktu menimbulkan hasil/akibat.
Contoh: B umat Buddha, suka berdana, banyak berbuat kebaikan, tetapi tidak
pemah belajar Dhamma, dan tidak pernah melaksanakan meditasi. Pada suatu hari B
jatuh sakit keras dan akan menghadapi kematian, timbul perasaan takut mati dan
terlihat nimita/bayangan Kamma yang tidak baik, batin B menjadi gelisah.
Sewaktu familinya melihat keadaan B sangat gawat, cepat-cepat mengundang
Bhikkhu untuk membacakan Parita dari Bhikkhu itu, batin B jadi tenang, Nimitta/bayangan Kamma yang buruk
lenyap, dan timbul nimita/bayangan
Kamma yang baik. Sewaktu B meninggal dunia, la tumimbal-lahir di Kammasugatibhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma
dalam kehidupan sekarang ini yang belum mempunyai waktu menimbulkan
hasil/akibat.
(3) Akusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian, membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang
belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat.
Contoh: C seorang dermawan. banyak memberikan dana untuk meringankan
pendentaan sesama manusia, patuh dengan sila-sila. Tetapi C belum pernah
melihat pikirannya dengan jalan melaksanakan Samatha-Bhavana dan
Vipassana-Bhavana, dan belum pemah belajar Dhamma Sewaktu C jatuh sakit keras
dan akan menghadapi kematian. timbul perasaan takut mati dan kuatir dengan
harta benda dan anak cucu yang ditinggalkan, batinnya menjadi gelisah dan Akusala-cita (pikiran jahat) timbul pada
waktu itu. Terlihat oleh C nimita/bayangan
kamma yang tidak baik, wajahnya memperlihatkan rasa kawatir dan ketakutan.
sedangkan familinya yang mempunyai pengertian mengenai Dhamma, maka itu tidak
dapat merubah keadaan C, dan sewaktu C menghembuskan nafasnya yang terkhir, ia
terlahir pada salah satu Apayabhumi. Kusala (kebaikan) yang C perbuat dalam
kehidupan sekarang ini tidak mampu membantu memberikan hasil untuk dilahirkan
di Sugatibhumi, Hal ini disebabkan Akusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian, membantu Akusala yang C
pemah berbuat pada kehidupan yang lampau, memberikan waktu menimbulkan
hasil/akibat.
(4) Akusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian. membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini
yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu
menimbulkan hasil/akibat.
Contoh: D sewaktu masih muda, banyak bcrbuaat kejahatan, yaitu membunuh
makhluk, mencuri, berzina, dan lain-lainnya. Sewaktu D mencapai usia setengah
abad, terbayang kejahatan-kejahatan yang pemah dilakukan sewaktu masih muda,
batinya merasa tidak tenteram, kemudian D Menerima penahbisan Kebhkkhuan dan
menjadi anggota Sangha. Pada suatu hari Bhikkhu D jatuh sakit keras dan ia
terpikir lagi dengan kejahatan yang pernah dilakukan sewaktu masih muda,
bathinnya menjadi tidak tenang, takut terlahir di Apayabhumi, sewaktu Bhikkhu D menghembuskan nafasnya yang terakhir,
Bhikkhu D bertumimbal lahir di alam Neraka. Hal ini disebabkan oleh Akusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian, membantu kepada Akusala
yang pemah dilakukan dalam kehidupan sekarang ini, memberikan waktu menimbulkan
hasil/akibat.
(5) Kusala yang timbul secara normal
dalam kehidupan sekarang ini. membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam
kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan
hasil/akibat.
Contoh: E Mempunyai pandangan salah, tidak percaya dengan dosa dan pahala,
berpandangan membunuh makhluk tidak berdosa, berdana dan sembahyang tidak
menimbulkan pahala. Tetapi E tidak melakukan perbuatan dari pandangan salah
itu. E bekerja sebagai pelayan pada seorang budiman beragama Buddha, yang mana
majikannya suka berdana, suka belajar Dhamma dan bersembahyang. Setiap kali
majikannya pergi ke Vihara untuk bersembahyang dan mendengarkan Dhamma E diajak
ikut serta. lama-lama E dapat menghilangkan pandangan salahnya dan mempunyai
keyakinan tcrhadap Tri Ratna, kemudian E menjadi umat Buddha yang taat dan
patuh Damma dan Vinaya. Sewaktu E jatuh sakit keras dan akan meninggal dunia,
batinnya tenang, sebab E hidup sendirian, dan tidak banyak berbuat kejahatan,
setelah menghembuskan nafasnya yang terakhir E bertumimbal-lahir di Suggatibhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang timbul secara normal dalam kehidupan
ini, membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam
kehidupan yang lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat,
memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
(6) Kusala yang timbul secara normal
dalam kehidupan sekarang mi, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam
kehidupan sekarang ini yang belum mempunyai menimbulkan hasil/akihat.
Contoh: F pernah menjalankan hidup Kebhikkhuan,
pernah helajar Dhamma, pernah melaksanakan Samatha-Bhavana
dan Vipassana-Bhavana. F hidup sekarang ini sebagai nelayan, yang mana termasuk
mata pencahariannya yang salah, tetapi suatu hari Uposatha F berdana makanan
dan kebutuhan sehari-hari kepada para Bhikkhu. dan berbuat kebaikan kepada sesama
manusia serta melaksanakan meditasi sctiap hari. Setiap kali F memberikan dana
juga dalam keadaan senang hati. Sewaktu F akan meninggal dunia, batinnya tenang
karena mengingat dana yang telah diberikan kepada para Bhikkhu. setelah ia
menghembuskan nafasnya yang terakhir F bertumimbal-lahir di Suggatibhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang dilaksanakan oleh F setiap hari
Upossata yaitu berdana makanan kepada para Bhikkhu merupakan Kusala yang membantu kepada Kusala dari meditasi yang dilaksanakan
dalam kehidupan sekarang ini, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
(7) Akusala yang secara normal dalam
kehidupan sekarang ini. memhantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam
kehidupan yang lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat.
Contoh: G sedari kecil hingga dewasa selalu mengikuti orang tuanya ke
Vihara bersembahyang dan mcmdengarkan ceramah Dhamma, selalu pergi dengan orang
tuanya berdana makanan kepada para Bhikkhu. Tetapi setelah G berkeluarga ia
jarang sekali ke Vihara untuk bersembahyang dan mendengarkan ceramah Dhamma,
jarang sekali berdana karena keadaan ekonominya tidak mengijinkan. Pikirannya
selalu tertuju untuk mencari uang, dan terikat dengan kesenangan duniawi.
Sewaktu G meninggal dunia, ia tumimbal-Iahir di Nirayabhumi. Hal ini adalah disebabkan Akusala-Citta (pikiran jahat) yang selalu timbul belakangan ini
membantu kepada Akusala yang G pernah
perbuat pada kehidupan yang lampau memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
(8) Akusala yang timbul sacara normal dalam kehidupan sekarang ini, membantu Akusala-Janaka-Kamma
dalam kehidupan sekarang ini yang belum
mempunyai waktu memberikan hasil/akihat, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
Contohnya: H sedari kecil hingga dewasa boleli dikatakan jarang sekali
berbuat kebaikan, ia suka mencuri, berjudi, berzina.dan minum-minuman keras.
Setelah H dipaksa oleh orang tuanya untuk menjalankan kebaikan agar dapat
melenyapkan kebiasaanya yang tidak baik itu. H bersedia ditahbiskan menjadi
Bhikkhu, setelah ia menjadi Bhikkhu. Bhikkhu H melaksanakan meditasi dengan
baik, belajar Dhamma dengan tekun dan taat melaksanakan Vinaya/Sila. Setelah tiga
tahun, Bhikkhu H timbul rasa jemu, dan keyakinannya merosot, tidak lagi
melaksanakan meditasi, pikirannya sudah ingin keluar dari hidup kebhikkhuan.
Kerjanya sekarang hanya membaca buku-buku roman, suka omong kosong, suka
melamun dan gelisah. Sewaktu Bhikkhu H jatuh sakit keras, ia melihat nimita/bayangan Kamma yang tidak baik.
dan setelah menghembuskan nafasnya yang terakhir Bhikkhu H bertumimbal-lahir di
tiracchanabhumi (alam binatang) dengan
kekuatan Akusala yang timbul
belakangan sewaktu ia masih hidup, membantu kepada Akusala yang Bhikkhu H pernah perbuat sebeium menjadi Bhikkhu.
b) Membantu Janaka-Kamma
yang sedang mempunyai waktu
menimbulkan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan
hasil/akibat secara sempurna.
Upatthambhaka-Kamma
yang membantu Janaka-Kamma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan
hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara
sempurna, dibagi menjadi 10 bagian:
(1) Kusala yang timbul sewaktu
menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan
yang lampau, yang sedang mempunyai waklu memberikan hasil/akibat, memberikan
kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
Contoh: A seorang /pendiam, sabar dan takut berbuat dosa, hanya
berbuat kebaikan menurut kemampuannya,
karena A adalah buruh kecil, penghasilannya terbatas. A jarang ke Vihara
untuk bersembahyang dan mendengarkan ceramah Dhamma karena tidak ada waktu.
Sewaktu A sakit keras dan meiiinggal dunia. Batinnya tenang, setelah
menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia tumimbal-lahir di Suggatibhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma yang A pernah
berbuat dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan
hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat.
(2) Kusala yang timbul sewaktu
menghadapi kematian, membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan
sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan
kekuatan sempurna.
Contoh: B seorang budiman. selalu berbuat kebaikan, jarang berbuat
kejahatan sebab takut dosa. Sewaktu B akan meninggal dunia mempunyai batin yang
tenang, setelah ia meninggal dunia, B tumimbal-lahir di Suggatibhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma yang B perbuat
sebelum meninggal dunia yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat,
memberi kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
(3) Akusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian. membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang
sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberi kekuatan untuk
menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
Contoh: C mempunyai sifat masa bodoh, tidak tertarik dalam hal kebaikan,
hanya berusaha mencari uang melulu, tetapi tidak berbuat sesuatu yang
bertentangan dengan sila. Sewaktu akan meninggal dunia batinnya C tidak tenang
karena terikat dengan keluarganya, Akusala-Citta
timbul setelah ia menghembuskan nafasnya yang terakhir, C tumimbal-lahir di Apayabhumi. Hal ini disebabkan Akusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian, membantu Akusala-Janaka-Kamma yang
C perbuat dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan
hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara
sempurna.
(4) Akusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian, membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini
yang sedang menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
Contohnya: D seorang yang jahat, tidak percaya dosa dan pahala, tidak
percaya adanya tumimbal-lahir. D berbuat sesuatu menurut keinginannya, tidak
percaya siapapun. Sewaktu D akan meninggal dunia, batinnya gelisah, setelah
meninggal dunia ia tumimbal-lahir di Nirayabhumi.
Hal ini disebabkan Akusala yang timbul
sewaktu menghadapi kematian, membantu Akusala-Janaka-Kamma
yang pernah D perbuat dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai
waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat.
(5) Kusala yang timbul dalam waktu sekarang, membantu kepada
Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu
memberikan hasil/akibat. mamberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akihal.
secara sempurna. Contohnya: E adalah anak dari seorang
budiman. orang tuanya mendidik E untuk taat dengan Agama, suka bersembahyang,
dan melaksanakan sila dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi sewaktu E mencapai
usia 5 tahun lalu meninggal dunia. ia tumimbal-lahir di Alam Deva. Hal ini
adalah disebabkan Kusala yang E pemah
perbuat dalam waktu sekarang, membantu Kusala-Janaka-Kamma
yang E pemah perbuat dalatti kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu
memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat
secara sempurna.
(6) Kusala yang timbul dalam waktu sekarang. membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam
kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat,
memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara langsung.
Contohnya: F seorang yang taat dengan Agama, mempunyai pengertian Dhamma
yang cukup baik. suka berdana dan menjalankan sila. Sewaktu F meninggal dunia
tumimbal-lahir di Devabhumi. Hal ini
adalah disebabkan Kusala yang selalu F
laksanakan, membantu Kusala-Janaka-Kamma yang
timbul dalam kehidupan sekarang ini, memberikan kekuatan untuk menimbulkan
hasil/akibat secara sempurna.
(7) Akusala yang timbul dalam waktu sekarang,
membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang sedang
mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan menimbulkan
hasil/akibat secara sempurna.
Contohnya: G adalah anak dari orang tua yang tidak beragama, dari kecil
hingga dewasa G tidak pernah mendapat didikan Agama dan budi pekerti. G
hidupnya suka berfoya-foya. Sewaktu G meninggal dunia tumimbal-lahir di Nirayabhumi. Hal ini adalah disebabkan Akusala yang timbul dalam waktu sekarang,
membantu AKusala-Janaka-Kamma yang G
pemah perbuat dalam kehidupan lampau yang sedang mempunayi waktu memberikan
hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
(8) Akusala yang timbul dalam waktu sekarang, membantu Akusala-Janaka-Kamma
dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan
hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara
sempurna.
Contoh: H seorang yang mempunyai pandangan salah, tidak percaya dengan dosa
dan pahalanya, berpandangan berbuat apa saja itu tidak menimbulkan akibat,
tidak percaya adanya tumimbal-lahir. tidak percaya adanya sorga dan neraka. H
melaksanakan sebagian besar perbuatan yang bcrtentangan dengan Dhamma dan Sila.
Sewaktu H meninggal dunia tumunbal-lahir di Nirayabhumi.
Hal ini adalah disebabkan Akusala
yang timbul di waktu sekarang, membantu AKusala-Janaka-Kamma
yang selalu H perbuat dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai
waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan menimbuikan hasil/akibat
secara sempurna.
(9) Kusala yang timbul dalam keehidupan
lampau. membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang mi yang
sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk
menimbuikan hasil/akibat secara sempurna.
Contoh: I mempunyai keyakinan yang teguh kepada Tri Ratna, rajin belajar
Dhamma dan taat melaksanakan sila. Kemudian I menerima penahbisan menjadi
Bhikkhu, setelah menjadi Bhikkhhu, ia belajar Dhamma dengan tekun untuk memperdalam
pengetahuannya mengenai Dhamma, dan rajin melaksanakan meditasi serta taat
dengan Dhamma dan Vinaya Setelah Bhikkhu I tamat belajar Dhamma, kemudian
mengajarkan Dhamma kepada para Bhikkhu, Samanera, Upasaka-Upasika dan umat
Buddha sampai dihari tua. Sewaktu Bhikkhu I meninggal dunia tumimbal-lahir di Devabhumi.
Hal ini disebabkan Kusala yang
Bhikkhu I pernah perbuat dalam kehidupan lampau, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan
sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan
kekuatan untuk menimbulkam hasil/akibat secara sempurna.
(10) Akusala yang timbul dalam kehidupan
lampau. membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini
sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan
hasil/akibat secara sempurna.
Contoh: J adalah orang yang kejam, tidak pernah berbuat kebaikan, hanya
berbuat kejahatan, yaitu membunuh makhluk, mencuri, memperkosa. menipu,
berkelahi dan lain-lainnya. Sewaktu J meninggal dunia tumimbal-lahir di Nirayabhumi.
Hal ini disebabkan Akusala yang J
pernah perbuat dalam kehidupan lampau, membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang
mempunyai waktu membcrikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara
sempurna.
c) Membantu Nama-Rupa (batin-jasmani)
yang dilahirkan Janaka-Kamma menjadi
maju dan bertahan lama.
Upathambhaka-Kamma
yang membantu Nama-Rupa (batin-jasmani) yang dilahirkan Janaka-Kamma menjadi maju bertahan lama, dibagi menjadi 7 bagian, yaitu:
(1) Kusala yang pernah dibuat dalam
kehidupan lampau. membantu Nama-Rupa (batin-jasmani) yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma
memberikan kemajuan dan bertahan lama.
Contoh: Buddha memiliki jasmani, kulit, suara dan lain-lainnya yang berada
di bagian luar dan dalam, penglihatan, pendcngaran dan lain-lainnya, jauh lebih
halus dan bagus dari manusia biasa, dan berbagai obyek yang diterima adalah
sebagian besar obyek yang baik. Hai ini disebabkan 'Paramita' yang pernah
Beliau laksanakan dalam kehidupan lampau, membantu Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memberikan kemajuan
dan bertahan lama.
(2) Kusala yang pernah diperbuat dalam
kehidupan sekarang ini, membantu Nama-Rupa (batin-jasmani) yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma
memberikan kemajuan dan hertahan lama.
Contoh: Seorang budiman yang membantu orang yang sedang menderita, membantu
perkembangan Agama Buddha, mentaati selalu Dhamma dan Vinaya. Dengan kekuatan Kusala yang diperbuat memberikan
kebahagiaan, ketenangan batin, kedudukan yang baik. wajah bcrseri-seri, dan
obyek yang dilihat dan didengar selalu obyek yang baik, jauh dari penyakit, umur
panjang, murah rejeki. Hal ini disebabkan Kusala
yang pernah diperbuat sekarang inilah yang membantu kepada Nama-Rupa dan
dilahirkan Kusala Janaka-Kamma memberikan kemajuan dan
bertahan lama.
(3) Akusala yang pernah perbuat dalam
kehidupan lampau, membantu Nama-Rupa yang dilahirkan AKusala-Janaka-Kamma memherikan
kemajuan dan bertahan lama.
Contoh: Orang yang kena penyakit kulit, badannya bengkak, bernanah. gatal
dan berbau busuk, penyakitnya tidak mau sembuh dan sangat memdcrita, tetapi
usianya masih panjang, masih jauh mcnghadapi pintu kematian. Atau seekor anjing
yang kena penyakit kulit. badannya kurus kering, kulitnya bernanah dan berbau
busuk, bila mendekati orang selalu kena pukul, kena tendang atau dilempari
batu, tetapi umurnya masih panjang. Hal ini disebabkan Akusala yang pemah diperbuat dalam kehidupan lampau, membantu kepada
Nama-Rupa yang dihasilkan AKusala-Janaka-Kamma
memberi kemajuan dan bertahan lama.
(4) Akusala yang timbul dalam kehidupan
sekarang ini, membantu Nama-Rupa yang dihasilkan AKusala-Janaka-Kamma memberi
kemajuan dan bertahan lama.
Contoh: orang yang berpenyakitan, terkena penyakit kulit. penyakit syaraf,
selalu diserang demam/flu. Penyakit-penyakit ini timbul dari Akusala-Janaka-Kamma, tetapi orang itu tidak bisa menjaga kesehatannya,
sering keluar malam, suka minum-minuman keras, maka penyakit itu bertambah
kambuh dan menimbulkan pcnderitaan. Binatang seperti macan, kucing dan
lain-lainnya, tentunya dilahirkan dari Akusala-Janaka-Kamma, dan binatang itu membunuh
binatang lain untuk dijadikan makanan dan memperbesar jasmaninya. Hal ini disebabkan
Akusala yang diperbuat dalam
kehidupan sekarang ini membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan AKusala-Janaka-Kamma memberi kemajuan dan
bertahan lama.
(5) Kusala yang pernah diperbuat dalam
kehidupan Jampau, membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan Akusala-Janaka-K.amma
memberi kemajuan dan bertahan lama.
Contoh: Ada anjing dipeiihara oleh orang yang mencintai binatang, diberi
minum air susu dan makanan yang baik, tempat tidurnya dibikin ranjang kecil
pakai kelambu. dimandikan pakai sabun wangi. Hal ini disebabkan Kekuatan Kusala-Kamma yang pernah diperbuat anjing
itu dalam kehidupan lampau, membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memberikan kemajuan
dan bertahan lama.
(6) Kusala yang pernah diperbuat dalam
kehidupan sekarang ini, membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma
memherikan kemajuan dan berlahan lama.
Contoh: Ada anjing mempunyai kecerdasan baik, mudah diajar, ia bisa duduk,
bersalaman, membawa keranjang dan lain-lain, sehingga membuat orang yang melihatnya
jadi senang dan sayang padanya. Dipelihara dengan baik, diberi makan dan minum
yang istimewa, sama dengan makanan majikannya. Hal itu disebabkan kekuatan dari
Kusala-Kamma yang diperbuat yang
sekarang ini, membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memberikan kemajuan dan tahan lama.
(7) Akusala yang pernah diperhuat dalam kehidupan sekarang ini, membanlu Nama-Rupa
yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memherikan kemajuan dan bertahan lama.
Contoh: Ada orang yang hidupnya sebagai nelayan, penjual senjata api,
penjual minuman keras, membuka rumah judi dan sebagainya. Kemudian ia hidup
bahagia dari hasil pekerjaannya itu. Hal ini adalah Akusala yang membantu Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.
iii.
Upapilaka Kamma: hukum
yang menekan, mengolah, menyelaraskan satu akibat dari pada sebab. Upapilaka
Kamma adalah Kamma yang menekan. yaitu:
a) Menekan Janaka-Kamma yang
mempunyai keadaan bertentangan, terbagi
2 macam, yaitu:
(1) Menekan supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat.
(2) Menekan Janaka-Kamma yang
mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, supaya mempunyai kekuatan menurun dan
menhmbulkan hasil/akibat tidak sepanuhnya. Maka itu penekan dari Upapilaka-Kamma terbagi 3 macam, yaitu:
i.
Upapilaka-Kamma yang menekan Janaka-Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat, terbagi menjadi 2 bagian,yaitu:
a) Kusala yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini. menekan Akusala-
Janaka-Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat. Contoh: A seorang yang baik hati, banyak berbuat kebaikan. taat dengan
Agama. Tetapi sewaktu akan meninggal dunia A melihat nimita/bayangan Kamma yamg tidak baik. Batinnya menjadi gclisah
Sewaktu familinya melihat keadaan A demikian, lalu memanggil Bhikkhu untuk
membacakan Paritta. Kemudian nimita/bayangan
Kamma yang tidak baik lenyap dan timbul nimita/bayangan
yang baik. batin A menjadi tenang. Sewaktu meninggal dunia A tumimbal-lahir di Sugatibhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang dibuat dalam kehidupan
sekarang ini, menekan AKusala-Janaka-Kamma
supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat.
b) Akusala yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini. menekan
kusala-janaka-kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat. Contoh: B seorang yang lak beragama, kerjanya setiap
hari selalu merugikan orang lain, suka membunuh, mencuri.
minum, berzinah dan lain-lain. Sewaktu B sakit keras dan akan menghadapi
kematian. ia melihat. Nimitta/bayangan
kamma yang tidak baik, batinnya sangat gelisah. Familinya tidak bcrpengertian
tentang agama, tidak dapat membantu dan merobah keadaan B, kemudiaan B
meninggal dunia dan tumimbal lahir di Nirayabhumi.
Hal ini disebabkan Akusala yang diperbuat dalam kehidupan sekarang ini,
menekankan Kusala-Janaka-Kamma supaya
tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat.
ii.
Upapilaka-Kamma yang menekan Janaka-Kamma yang mempunyai waktu
menmbulkan hasil/akibat, supaya mempunyai kekuatan menurun. terbagi menjadi 2 bagian:
a) Kusala yang dibuat dalam kehidupan
sekarang ini, menekan AKusala-Janaka-Kamma
yang mempunyai waktu memberikan
hasil/akibat, supaya mempimyai kekuatan menurun.
Contoh; Raja Ajatasattu melakukan perbuatan durhaka yaitu
inenibunuh ayah kandungnya, sesuai dengan hokum karma beliau hams tumimbal
lahir dialam avici-maliaiieraka setelah kematiaanya dari alam manusia ini.
Tetapi raja Ajatasattu banyak sckali berbuat kebaikan, yaitu membantu
perkembangan Buddha Dhamma, membangun Vihara-vihara, sekolah-sekolah, rumah
sakit, membantu fakir miskin dan lain-lainnya. Maka itu kekuatan dari Kusala (kebaikan) ini membantu raja
Ajatasattu tidak bertumimbal-lahir di Alam Avicimahanaraka
(Neraka yang sangat menyedihkan), tetapi bertumimbal-lahir di Alam Lohakumbhisasanaraka ( Naraka yang
menjadi lingkungan Avici-Mahanaraka).
b) Akusala yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini, menekan
Kusala-Janaka-Kamma yang mempimyai waklu menimbulkan hasil akihat supaya
mempunyai kekuatan menurun.
Contoh: Bayi dalam kandungan, bila tiba waktunya lahir
dari rahim ibunya dalam keadaan cacat, misalnya: buta matanya, hidungnya tidak
ada dan lain-lainnya. Hal ini disebabkan Akusala
yang menekan Kusala-Janaka-Kamma yang
mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, supaya mempunyai kekuatan menumn.
b) Menekan Nama-Rupa yang dilahirkan Janaka-Kamma.
Upapilaka-Kamma yang menekan Nama-Rupa yang dilahirkan Janaka-Kamma
terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu:
(1) Akusala-Upapilaka-Kamma. menekan Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma.
Contoh: A sejak lahir berbadan sehat, kuat dan tidak ada
penyakit. Tetapi kemudian timbul penyakit misalnya: penyakit darah tinggi atau
penyakit lainnya yang menyebabkan tidak bisa jalan. Hal ini adalah disebabkan
kekuatan Akusala-Upappilaka-Kamma yang
pernah dibuat dalam kehidupan lampau atau sekarang ini. menekan Nama-Rupa yang
dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma.
(2) Kusala-Upapilaka-Kamma menekan Nama-Rupa yang dilahirkan
Akiisala-Janaka-Kamma. Contoh: B seorang miskin,
berpenyakitan. banyak menghadapi berbagai macam kesulitan, yang menjadi hasil
dari Akusala Janaka-Kamma. Tetapi B berusaha membuat kebaikan, taat dengan
agama. Kemudian B mcngalami kesenangan. penyakitnya sembuh. Hal ini adalah
disebabkan kekuatan Kusala Upapilaka-Kamma yang pernah dibuatnya
menekan Nama-Rupa yang dilahirkan Akusala
Janaka-Kamma.
iv.
Upaghataka Kamma; Hukum yang meniadakan kekuatan
dan akibat dari satu sebab yang telah terjadi dan sebaliknya menyuburkan berkembangnya
Karma baru. Jadi Upaghataka Kamma adalah Kamma yang memotong Kamma
lainnya dan hasil dari Kamma lainnya secara menyeluruh. Pemotongan dari Upaghataka
Kamma ada 2 macam, yaitu:
a) Upaghataka-Kamma memotong
Janaka-Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akihat untuk
selamanya (Kammantara- Upaghataka), terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
(1) Kusala-Upaghataka-Kamma memotong Akusala-Janaka-Kamma, supaya tidak ada
waktu untuk menimbulkan hasil/akibat untuk selamanya.
Contoh: Yang Ariya Angulimala Thera, dulunya pernah menjadi penjahat, telah
membunuh banyak orang. Perbuatan Yang Ariya Angulimala Thera itu sebenarnya
harus menerima akibatnya untuk tumimbal lahir di Alam Neraka setelah kcmatian
dari Alam manusia ini. Pada suatu hari Y.A. Angulimala Thera menemui Buddha,
setelah Buddha memberikan khotbah Dhamma padanya, beliau sadar dan berniat
ingin berbuat kebaikan, kemudian beliau menerima penahbisan Kebhikkhuan dari
Buddha. Setelah menjadi Bhikkhu, beliau melaksanakan Vipassana-Bhavana terus
menerus. dan akhirnya beliau menjadi Arahat. Hal ini disebabkan kekuatan dari
Sotapatti-Magga-Kusala yang di
peroleh Y.A. Angulimala Thera pada tingkat pertama dari Kesucian itu, merupakan Kusala-Upaghataka-Kamma yang memotong Akusala-Janaka-Kamma dari Y.A. Angulimala Thera yang pernah dibuat
dalam kehidupan sekarang dan kehidupan lampau, supaya tidak ada waktu
menimbulkan hasil/akibat untuk selamanya.
(2) Kusala-Upaghataka-Kamma memotong
Kusala-Janaka-Kamma. supaya tidak ada waklu menimbulkan hasil akibat untuk
selamanya. Contoh: B melaksanakan Samatha-Bhavana, akhirnya
memperoleh Arupa-Jhana, bila meninggal dunia harus tumimbal-lahir di Alam
Arupa-Bhumi. Rupa-Jhana yang diperoleh B itu tidak mampu memberikan hasil untuk
tumimbal-lahir di alam memotong Rupa-Kusala,
supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat untuk selamanya.
(3) Akusala-Upaghataka-Kamma memotong Kusala-Janaka-Kamma, supaya tidak ada
waklu menimbulkan hasil/akibat untuk selamanya.
Contoh: C telah memperoleh Jhana dari hasil latihan Samatha-Bhavana. Tetapi C
melakukan perbuatan yang durhaka. yaitu memecah belah Sangha. Perbuatan durhaka
yang dilakukannya menjadi Akusala-Upaghataka-Kamma
yang memotong Mahagata-Kusala-Janaka-Kamma.
supaya tidak ada waklu menimbulkan hasil/akibat untuk tumimbal-lahir di Alam
Brahma. Atau seperti juga dengan Devadatta yang terkenal mempunvai Abhiñña. hampir sama kuat dengan Abhiñña kepunyaan Buddha. Kemudian
Devadatta melakukan perbuatan yang durhaka. yaitu melukai Buddha dan memecah
belah Sangha. Perbuatannya itu menjadi Akusala-Upaghataka-Kamma yang memotong Mahaggata-Kusala-Janaka-Kamma kepunyaan
Devadatta, supaya tidak ada waktu untuk menimbulkan hasil/akibat untuk
tumimbal-lahir di Alam Brahma. Akhimya Devadata tumimbal-lahir di Alam Avici-Mahanaraka setelah kematiannya
dari Alam Manusia.
b) Upaghata-Kamma memotong Nama-Rupa yang dilahirkan Janaka-Kamma sampai
rusak. (kammanibbatta-khandhasantana-Upaghataka), terhagi menjadi 4 hagian, yaitu:
(1) Kusala-Upaghataka-Kamma memotong
Nama-Rupa yang menjadi Akusala-Vipaka (Hasil kejahatan).
Contoh: A meninggal dunia tumimbal-lahir di Alam Neraka, apa yang dilihat,
didengar dan lain-lainnya adalah merupakan Akusala-Vipaka.
Sewaktu A mclihat api Neraka yang berwama kekuning-kuningan itii. ia teringat
dengan wama jubahnya para Bhikkhu, dan tcringat pula dengan perbuatan baik yang
pemah dilaksanakannya sewaktu masih hidup di Alam Manusia, yaitu setiap hari
berdana makanan kepada para Bhikkhu. berdana jubah kepada para Bhikkhu pada
setiap hari Kathina dan perbuatan baik lainnya. Sewaktu A teringat dengan
perbuatan baiknya itu, mahakusala-citta/pikiran
maha baik juga timbul pada saat itu juga A meninggal dan tumimbal-lahir di Alam
Dewa. Hal ini disebabkan Kusala-Citta/pikiran
baik yang timbul pada saat itu menjadi Kusala
Upaghataka-Kamma memotong Nama-Rupa.yang menjadi Akusala-Vipaka.
(2) Kusala-Upaghataka-Kamma memotong Nama-rupa yang menjadi Kusala-Vipaka
(Hasil kebaikan). Contoh: Orang awam mcncapai tingkat Arahat,
bila tidak menjadi anggota Sangha dalam 7 hari, ia akan meninggal dunia. Karena
kekuatan dari Arahatta-Magga itu menjadi Kusala-Upaghata-Kamma
yang menjadi Kusala-Vipaka. Tetapi
bila Arahat orang awam itu menjadi anggota Sangha dalam waktu 7 hari. kehidupannya
akan berlangsung terus sesuai dengan kammanya. Karena orang awam hanya mematuhi
Pancasila saja. Persis seperti bola lampu yang berkekuatan 110 vol, dipasang
kepada aliran listrik yang bcrkekuatan 220 volt, pasti dalam waktu singkat bola
lampu yang berkekuatan 110 volt itu akan putus/mati.
(3) Akusala-Upaghataka-Kamma memotong Nama-Rupa yang menjadi Kusala-Vipaka
(hasil kebaikan). Contoh: Alat-alat tubuh manusia. semuanya
termasuk Kusala-Vipaka. Dengan
alat-alat tubuh inilah sewaktu melihat. mendengar. mencium. merasakan. dan menyentuh
sesuatu yang baik, juga disebut Kusala-Vipaka.
Dengan alat-alat tubuh inilah sewaktu melihat, mendengar, mencium, merasakan,
dan menyentuh sesuatu yang baik. juga disebut Kusala-Vipaka. Tetapi sewaktu orang itu mendapat kecelakaan, seperti tergilas mobil. jatuh dari tempat
yang tinggi, yang mana menyebabkan kaki atau tangan patah. mata buta. telinga
tuli dan lain-lainnya. Inilah disebut Akusala-Upaghataka-Kamma
memotong Nama-Rupa yang menjadi Kusala-Vipaka
Jika orang itu meninggal disebabkan kecelakaan itu, juga disebut Akusala-Upaghataka-Kamma memotong Nama-Rupa
yang menjadi Kusala Vipaka.
(4) Akusala-Upaghataka-Kamma memotong Nama-Rupa Yang menjadi Akusala-Vipaka. Contoh: Semua binatang, misalnya anjing dan lain-lainnya.
jasmani dan kehidupan dari anjing dan binatang lainnya termasuk Akusala-Vipaka. Kemudian anjing itu mendapat kecelakaan, misalnya mati
tcrgilas mobil. mati dibunuh, dan lain-lainnya. Kematian dari anjing seperti
ini disebabkan kekuatan dari Akusala-Upaghataka-Kamma yang pernah diperbuat
dalam kehidupan lampau dan sckarang ini, menjadi 'Pemotong' kehidupan dan
jasmani yang menjadi Akusala-Vipaka.
3. Menurut Sifat Hasilnya (Pakadanapariyaya Catuka) Golongan dari Kamma ini dapat dibagi 4 (empat)
jenis:
i.
Garuka
Kamma, adalah Kamma yang berat. Akibatnya dapat timbul dalam
waktu Satu kehidupan atau kehidupan berikutnya. Garuka-Kamma dalam Ditthigatasampayutta-Citta
yang berkenaan dengan Niyatamicchaditthi-Kamma,
dan Dosamula-Citta yang berkenaan dengan
Pancanantatariya-kamma serta Mahagatakusala-kamma 9 (Rupakusala 5 dan Arupa Kusala 4), jumlahnya 15 Citta. Mengenai Lokuttarakusala-Kamma juga disebut Garuka-Kamma. Tetapi disini
tidak dibicarakan mengenai Lokuttarakusala,
sebab Lokutarakusala itu tidak mempunyai
tugas menimbulkan; tetapi mempunyai tugas membasmi penimbulan itu sesuai dengan
kemampuan diri scndiri. Disini kita akan membiearakan Garuka-Kamma yang mampu menimbulkan hasil/akibat dalam kehidupan ke
2, yang Kamma lain tidak mampu untuk mencegahnya.
Niyatamicchaditthi-Kamma
berarti pandangan salah, yaitu yang tidak dapat mclihat hidup dan
kehidupan ini dengan sewajamya, atau menganggap suatu kebenaran sebagai suatu kesalahan, dan kesalahan
sebagai kebenaran.
Pandangan yang salah adalah: Tidak murah hati; Tidak
mengerti faedah berdana; Tidak memberi hadiah pada tamu; Perbuatan baik/jahat
dianggap tidak ada hasilnya; Tidak percaya pada dunia ini; Tidak percaya pada dunia
yang akan datang (kehidupan lalu atau sekarang); Tidak mengerti fungsi seorang
ibu; Tidak mengerti fungsi Ayah; menganggap
tidak mcmbawa akibat apapun yang dilakukan; Tidak percaya adanya makhluk
yang mati atau dilahirkan kembali; Tidak melakukan disiplin menyendiri (khusus
untuk para Buddha/Arahat).
Pancanantariya-Kamma berarti lima perbuatan durhaka/salah atau pcrbuatan buruk yang menyebabkan kelahiran kembali di Nirayabhumi. Lima perbuatan
durhaka/celaka tersebut adalah:
a. Matughata: Membunuh ibu.
b. Pitughata: Membunuh Ayah.
c. Arahantaghata: Membunuh
Arahat.
d. Lohittupada: Melukai
Buddha.
e. Sanghabheda: Memecah-belah Sangha.
Harapan supaya dapat menghindari lima perbuatan
terburuk itu, panjatkan selalu
Paritta ini:
Pancanantariyam Kammam, Pancaduccaritam Pica, Manasa ’Pi Na Cint'eyyam
Sabba Kalam '1to Parang
Artinya:
Lima
Perbuatan Durhaka Juga Lima Kejahatan Melanggar Pancasil.A Semoga Tidak Akan
Kulakukan Sekalipiin Hanya Dalam Pikiran
Buddha Bersabda: ”lima jenis orang-orang berangan dan celaka
yang terjerumus jalan menuju neraka, duhai para sisvva, lima jenis yang
bagaimana? Pembunuh Ayah sendiri. pembunuh Ibu sendiri. pembunuh seorang Arahat,
yang melukai seorang Buddha dengan maksud jahat dan pemecah-belah Sangha”
(A.v.129).
Buddha menjawab pertanyaan Ananda: ”Apakah akibat yang akan diderila oleh orang
yang memecah-belah Sangha. duhai Bhante? Hukumnya selama satu kalpa,
Ananda. Hukum apakah yang diderita selama satu kalpa itu, Duhai Bhante? Selama
satu kappa itu, ia menderita siksaan-siksaan dalam alam neraka” (A.x.38).
(1 kalpa = 4,320.000.000 tahun).
Akusala-Garuka-Kamma adalah Niyatamicchaditthi-Kamma dan
Pancanantariya-Kamma. Akusala-Garuka-Kamma ini mampu menimbulkan
hasil/akibat dalam kehidupan ke 2 dan tumimbal-lahir di apayabhumi. Maksudnya siapapun melakukan Niyatamicchaditthi-Kamma dan Pancanantariya-Kamma
dalam kehidupan sekarang ini, setelah kcmatiannya didunia ini akan tumimbal-lahir
di apayabhumi dengan pasti. Kusala-Garuka-Kamma adalah Mahaggata-Kusala-Kamma 9, yaitu Rupa-Kusala 5 dan Arupa-Kusala 4. MahaggatakusaIakamma
9 dimaksudkan bagi mereka yang mempunyai Jhana, disebut Jhana 8 atau 9. Kusala-Garuka-Kamma juga mampu menimbulkan
hasil/akibat dalam kehidupan ke 2 dan tumimbal-lahir di alam Brahma 20 (Rupa-Bumi 16 dan
Arupa-Bumi 4). Maksudnya siapapun yang
mempunyai Jhana dalam kehidupan sekarang ini, setelah kematiannya akan
tumimbal-lahir di alam Brahma. Kusala-Garuka-Kamma adalah melakukan. Perbedaan dalam
menirnbulkan hasil/akibat antara
Akusala-Garuka-Kamma dengan Kusala-Garuka-Kamma adalah: Akusala-Gamka-Kamma, bila tidak ada waktu
menimbulkan hasil/akibat, tetapi mempunyai kesempatan untnk menjadi Upatthambhaka-Kamma.
Kusala-Garuka-Kamma, bila tidak ada
waktu menimbulkan hasil/akibat, akan menjadi Ahosi-Kamma (yang tidak menimbulkan akibat sama sekali) dan tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka-Kamma.
2.
Asañña Kamma, adalah perbuatan baik dan jahat yang
dilakukan oleh scseorang, sebelum saat ajalnya, perbuatan dapat dilakukan dengan
lahir dan batin.
Asañña-Kamma adalah Akusala-Kamma 12 (tidak termasuk Niyatamicchaditthi-Kamma dan Pancanantariya-Kamma dan Mahakusala-Kamma 8. Mahaggatakusala-Kamma tidak termasuk Asañña-Kamma, karena telah
menjadi Garuka-Kamma. Akusala-Kamma-atau Kusala-Kamma yang pemah
kita perbuat sudah lama tidak teringat lagi. Bila sewaktu akan meninggal dunia
terkenang dengan perbuatan jahat yang pernah diiakukan, saat itu Akusala-Citta (pikiran jahat) timbul, Akusala-Citta yang timbul melalui teringatnya dengan perbuatan jahat
disebut Akusala-Asañña-Kamma. Jika terkenang
perbuatan baik yang pernah dilakukan saat itu Kusala-Citta (pikiran
baik) timbul. Kusala-Citta yang timbul
melalui teringatnya perbuatan baik itulah disebut Kusala-Asañña-Kamma.
3.
Acinna Kamma atau Bahula Kamma adalaii Kamma kcbiasaan, ialah perbuatan yang merupakan
kebiasaan bagi seseorang karena sering dilakukan sehingga seolah-olah merupakan
watak baru.
Acinna-Kamma adalah Akusala-Kamma 12 dan Mahakusala 8. seseorang yang sering melakukan
kejahatan dengan jasmani. perkataan dan pikiran inilah disebut Kusala-Acinna-Kamma. Bila seseorang yang
sering melakukan kebaikan, misalnya suka berdana, melaksanakan sila, suka
bcrmeditasi, belajar Dhamma dan lain-lainnya disebut Kusala-Acinna-Kamma. Seseorang melakukan salah satu kejahatan, walaupun
hanya sekali saja, tetapi orang itu selalu memikirkan perbuatan jahat itu,
kemudian timbul kegelisahan dan
ketakutan, disebut Akusala-Acinna-Kamma,
dalam melakukan kebaikan sama juga, walaupun melakukan kebaikan hanya sekali
saja, tetapi selalu diingat dengan perbuatan baiknya, kemudian timbul rasa
senang, gembira dan bahagia atas perbuatan baiknya itu, disebut Kusala-Acinna-Kamma.
4.
Katata Kamma, adalah Kamma yang tidak begitu berat dirasakan akibatnya dari perbuatan-perbuatan
yang lampau.
Katata-Kamma adalah Akusala-Kamma 12 dan Mahakusala-Kamma 8. Kusala-Kamma dan Akusala-Kamma yang pernah dipcrbuat
dalam kehidupan lampau dan kehidupan sekarang ini yang belum mencapai Garuka-Kamma, Asañña-Kamma dan Acinna-Kamma, tetapi si pembuat tidak melakukan
dengan kehendak sepenuh hati, inilah disebut Katata-Kamma. Katata-Kamma adalah
Kamma yang tidak begitu berat jika
dibandingkan dengan Garuka-Kamma, Asañña-Kamma
dan Acinna-Kamma.
4. Menurut Kedudukkannya (Pakatthanacatukkha). golongan ini
dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu:
i.
Akusala kamma berarti perbuatan jahat, yang
dimaksudkan adalah cetana (kehendak)
yang berada dalam akusalacitta 12. Akusala kamma dibagi menjadi 3 (tiga)
macam yaitu:
a) Akusalakaya kamma yang berarti perbuatan jahat dari jasmani meliputi: Pembunuhan (panatipata), pencurian (adinnadana), perbuatan asusila (kamesumicchacara).
b) Akusalavaci kamma yang berarti perbuatan jahat dari perkataan yang meliputi: Berdusta (musavada), fitnah (Pisunavaca), bicara kasar (phasunavaca),
berbicara hal-hal yang tidak perlu/omong kosong (samphappalapa).
c) Akusalamano kamma yang berarti perbuatan jahat dari pikiran meliputi: nafsu lobha (abhijjha), mendendam/kemauan
jahat (byapada). pandangan salah (miccha ditthi).
ii.
Kamavacarakusala kamma: perbuatan baik disertai kesenangan,
adalah cetana yang berada dalam mahakusala 8. Kamavacarakusala kamma dibagi dalam 3 (tiga) macam.
a)
Kusalakava kamma berarti perbuatan baik dari
jasmani, dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: Panatipata Veramani (menjauhkan diri dari pembunuhan). Adinadana Veramani (menjauhkan diri dari
pencurian), Kamesumicchacara Veramani (menjauhkan
diri dari pcrzinahan).
b) Kusalavaci kamma, perbuatan baik lewat ucapan, dibagi menjadi empat bagian yaitu: Musavada Veramani (menjauhkan diri dari
perkataan dusta), Pisunayavacaya Veramani
(menjauhkan diri dari memfitnah), Pharusayavacaya
Veramani (menjauhkan diri dari bicara kasar), Samphapalapa Veramani (menjauhkan diri dari bicara yang tidak
perlu/omong kosong).
c)
Kusalamano kamma, yaitu perbuatan baik melalui
pikiran, dibagi 3 (tiga) bagian, yaitu: Anabhija
(tidak serakah), Abyapada (tidak
mempunyai kemauan jahat), Sammaditthi (mempunyai
pandangan benar).
iii.
Rupavacarakusala Kamma, yaitu perbuatan baik yang mencapai Rupa Jhana. Yang dimaksud disini adalah Cetana (kehendak) yang
berada dalam Rupakusala Citta 5.
iv.
Arupavacarakusala Kamma, berarti perbuatan baik yang
mencapai Arupa Jhana. Yang dimaksudkan disini adalah Cetana (kehendak) yang berada dalam Arupakusala Citta 4.
4 esunyataan mulia
agama buddha dan alam semesta
pengantar abhidhamma pitaka
4 esunyataan mulia
agama buddha dan alam semesta
pengantar abhidhamma pitaka
0 komentar:
Posting Komentar