Minggu, 02 November 2014

hindu buddha

PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDIA MUNCULNYA AGAMA HINDU

Perkembangan agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan Budha. Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain di dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.

Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida. Oleh karena itu, Agama Hindu yang berkembang sebenarnya merupakan sinkretisme (percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida. Selain itu, istilah Hindu diperoleh dari nama daerah asal penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/ Hindustan sehingga disebut agama dan kebudayaan Hindu. Terjadi perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Daerah perkembangan pertamanya terdapat di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (Negeri bangsa Arya) dan Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).

DEWA,KITAB SUCI dan SISTEM KASTA
Dalam ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama, yaitu:
Brahma sebagai dewa pencipta segala sesuatu.
Wisnu sebagai dewa pemelihara alam.
Siwa sebagai dewa perusak.
Ketiga dewa tersebut dikenal dengan sebutan Tri Murti.
Kitab suci agama Hindu disebut Weda (Veda) artinya pengetahuan tentang agama. Pemujaan terhadap para dewa-dewa dipimpin oleh golongan pendeta/Brahmana. Ajaran ritual yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan upacara keagamaan yang ditulis oleh para Brahmana disebut kitab Veda/Weda yang terdiri dari 4 bagian, yaitu:

• Reg Veda, berisi tentang ajaran-ajaran Hindu, merupakan kitab tertua (1500-900 SM) kira-kira muncul saat bangsa Aria ada di Punjab.
• Yajur Veda, berisi doa-doa yang dibacakan waktu diselenggarakan upacara agama, lahir saat bangsa Aria menguasai daerah Gangga Tengah.
• Sama Veda, berisi nyanyian puji-pujian yang wajib dinyanyikan saat diselenggarakan upacara agama.
• Atharwa Veda, berisi kumpulan mantera-mantera gaib, doa-doa untuk menyembuhkan penyakit. Doa/mantra muncul saat bangsa Arya menguasai Gangga Hilir.

Hindu mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta tertentu, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Pembagian tersebut didasarkan pada tugas/ pekerjaan mereka.
• Brahmana bertugas mengurus soal kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta.
• Ksatria berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara, terdiri dari raja dan keluarganya, para bangsawan, dan prajurit.
• Waisya bertugas berdagang, bertani, dan berternak, terdiri dari para pedagang.
• Sudra bertugas sebagai petani/ peternak, para pekerja/ buruh/budak, merupakan para pekerja kasar.

Di luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan gelandangan. Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan masuk dalam golongan kaum Paria seperti bangsa Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan merupakan mayoritas penduduk India.

Pembagian kasta muncul sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan bangsa Aria sehingga dilakukan pelapisan yang bersumber pada ajaran agama. Pelapisan tersebut dikenal dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang berarti empat keturunan/ empat kasta. Pembagian kasta tersebut didasarkan pada keturunan.

KEMUNDURAN AGAMA HINDU
Pada abad ke 6 SM agama Hindu mengalami kemunduran disebabkan oleh faktor-faktor, yaitu:
1. Kaum Brahmana yang memonopoli upacara keagamaan membuat sebagai dari mereka bertindak sewenang-wenang. Contoh: rakyat dibebankan untuk memberikan korban yang telah ditetapkan.
2. Sistem kasta membedakan derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahirannya. Golongan Brahmana merasa berada pada kasta tertinggi dan paling berkuasa terutama untuk mempelajari kitab-kitab suci agama Hindu lainnya. Sehingga hal ini menimbulkan rasa anti agama.
3. Timbul golongan yang berusaha mencari jalan sendiri untuk mencapai hidup abadi yang sejati. Golongan tersebut disebut golongan Buddha yang dihimpun oleh Sidharta.


PERKEMBANGAN AGAMA BUDHA DI INDIA MASUKNYA AGAMA BUDHA DI INDIA
 
Agama Budha tumbuh di India tepatnya bagian Timur Laut. Agama Budha muncul sebagai reaksi terhadap domonisi golongan Brahmana atas ajaran dan ritual keagamaan dalam masyarakat India. Selain itu adanya larangan bagi orang awam untuk mempelajari kitab suci. Bahkan sebelumnya kaum ksatria dan raja harus tunduk kepada Brahmana. Sidharta memandang bahwa sistem kasta dapat memecah belah masyarakat bahkan sistem kasta dianggap membedakan derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahiran.
 
Oleh karena itu, Sidharta berusaha mencari jalan lain untuk mencapai moksa yang kemudian berhasil ia peroleh di Bodhgaya (tempat ia memperoleh penerangan agung). Pahamnya disebut agama Budha. Menurut agama Budha kesempurnaan (Nirwana) dapat dicapai setiap orang tanpa harus melalui bantuan pendeta/ kaum Brahmana. Setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mencapai kesempurnaan tersebut asalkan ia mampu mengendalikan dirinya sehingga terbebas dari samsara. Sidharta Gautama dikenal sebagai Budha atau seseorang yang telah mendapat pencerahan. Sidharta artinya orang yang mencapai tujuan. Sidharta disebut juga Budha Gautama yang berarti orang yang menerima bodhi.
 
KITAB SUCI 
Ajaran agama Budha dibukukan dalam kitab Tripitaka (dari bahasa Sansekerta Tri artinya tiga dan pitaka artinya keranjang). Kitab Tripitaka terdiri atas 3 kumpulan tulisan, yaitu :
1. Sutta (Suttanata) Pitaka berisi kumpulan khotbah, pokok-pokok atau dasar ajaran sang Buddha
2. Vinaya Pitaka berisi kodefikasi aturan-aturan yang berkenaan dengan kehidupan pendeta atau segala macam peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluknya.
3. Abhrdharma Pitaka berisi filosofi (falsafah agama), psikologi, klasifikasi, dan sistematisasi doktrin
 
PERKEMBANGAN dan PERPECAHAN dalam AGAMA BUDHA
Perkembangan Agama Budha mencapai puncaknya kejayaannya pada masa pemerintahan raja Ashoka dari Dinasti Maurya. Ia menetapkan agama Budha sebagai agama resmi negara. Dan berkembang cepat serta dapat diterima masyarakat India. Hal tersebut dikarenakan, sebagai berikut :
1. Didukung oleh bahasa yang digunakan adalah bahasa Prakrit yaitu bahasa rakyat sehari-hari dan bukan bahasa Sansekerta yang hanya dimengerti oleh kaum Brahmana.
2. Agama Budha bersifat non-eksklusif, artinya agama Budha bisa diterima siapa saja dan tidak mengenal pembagian masyarakat atas kasta.
3. Tidak mengenal perbedaan hak antara pria dan wanita
 
Setelah 100 tahun Sang Budha wafat timbul bermacam-macam penafsiran terhadap hakikat ajaran Budha. Perpecahan dalam agama Budha terjadi karena masing-masing mempunyai pandangan/ aliran sendiri. Diantaranya aliran yang terkenal yaitu Hinayana dan Mahayana.
 
1. Hinayana artinya kendaraan kecil. Menurut aliran ini tiap orang wajib berusaha sendiri untuk mencapai nirwana. Untuk mencapai Nirwana sangat tergantung pada usaha diri melakukan meditasi. Hinayana, lebih tertutup hanya mengejar pembebasan bagi diri sendiri. Yang berhak menjadi Sanggha adalah para biksu dan biksuni yang berada di Wihara. Ajarannya lebih mendekati Budha semula. Pengikutnya sebagian besar berada di daerah Srilanka, Myanmar (Birma), dan Muangtai.
2. Mahayana artinya kendaraan besar. Mahayana, sifatnya terbuka. Penganut aliran ini mengajarkan pembebasan bagi diri sendiri serta bermisi pembebasan bagi orang lain. Setiap orang berhak menjadi Sanggha sejauh sanggup menjalankan ajaran dan petunjuk sang Budha. 
Jadi aliran Mahayana mengajarkan untuk mencapai Nirwana setiap orang harus mengembangkan kebijaksanaan dan sifat welas asih (belas kasih). Setiap manusia berusaha hidup bersama/ membantu setiap orang lain dalam mencapai Nirwana. Ajarannya sudah berbeda dengan ajaran Budha semula. Para pengikutnya sebagian besar ada di daerah Indonesia, Jepang, Cina, dan Tibet.
 
KEMUNDURAN AGAMA BUDHA
Kemunduran agama Budha di India disebabkan karena :
1. Setelah Asoka wafat (232 SM) tidak ada raja yang mau melindungi dan mengembangkan agama Budha di India.
2. Agama Hindu berusaha memperbaiki kelemahan-kelemahannya sehingga pengikutnya bertambah banyak.
 

PERSAMAAN dan PERBEDAAN AGAMA HINDU-BUDHA
 
Persamaan Hindu dan Budha :
-Sama-sama tumbuh dan berkembang di India
-Selalu berusaha untuk meletakkan dasar-dasar ajaran kebenaran dalam kehidupan manusia di dunia ini. Diarahkan pada tindakan-tindakan yang dibenarkan oleh agama.
-Tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dari rasa kegelapan/ mengantarkan umat manusia untuk dapat mencapai tujuan hidupnya.

Perbedaan Hindu dan Budha :
HINDU BUDHA
Muncul sebagai perpaduan budaya bangsa Aria dan bangsa Dravida Muncul sebagai upaya pencarian jalan lain menuju kesempurnaan yang dipimpin Sidharta
Kehidupan masyarakat dikelompokkan menjadi 4 golongan yang disebut Kasta (kedudukan seseorang dalam masyarakat diterima secara turun-temurun/didasarkan pada keturunan). Tidak diakui adanya kasta dan memandang kedudukan seseorang dalam masyarakat adalah sama.
Dibenarkan untuk mengadakan korban Tidak dibenarkan mengadakan korban
Kitab suci, WEDA Kitab Suci, TRIPITAKA
Mengakui 3 dewa tertinggi (Trimurti) Sidharta Gautama sebagai pemimpin agama Budha
Agama Hindu hanya dapat dipelajari oleh kaum pendeta/Brahmana Agama Budha dapat dipelajari dan diterima oleh semua orang tanpa memandang kasta
Adanya pembedaan harkat dan martabat/hak dan kewajiban seseorang Tidak mengenal pembagian hak antara pria dan wanita
Agama Hindu hanya bisa dipelajari dengan menggunakan bahasa Sansekerta Agama Budha disebarkan pada rakyat dengan menggunakan bahasa Prakrit
Kesempurnaan (Nirwana) dapat dicapai dengan bantuan pendeta Setiap orang dapat mencapai kesempurnaan asal dapat mengendalikan diri sehingga terbebas dari samsara
perkembangan agama dan kebudayaan hindu-budha
kebudayaan dan agama hindu-budha pertama kali muncul di sekitar lembah sungai indus (shindu)india. wilayah inilah merupakan awal perkembangan peradaban budaya hindu-buddha.agama hindu yang ada di india ini mengenal sistem kasta.
agahma hindu sebenarnya merupakan sinkretisme (percampuran)antara kepercayaan bangsa arya dengan kepercayaan dravida.sifatnya polytheisme yaitu percaya terhadap banyak dewa.tiap-tiap dewa merupakan lambang kekuatan terhadap alam,sehingga perlu disembah atau dipuja dan dihormati.
ada beberapa dewa yang terkenal antara lain:
*prativi sebagai dewa bumi.
*surya sebagai dewa matahari
*vayu sebagai dewa angin
*varuna sebagai dewa laut
agni sebagai dewa api
samsara adalah merupakan salah satu ajaran agama hindu yang menyatakan bahwa hidup di dunia ini merupakan suatu penderitaan atau kesengsaraa
karma adalah merupakan perbuatan dari seseorang baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk.
sedangkan reinkarnasi adalah kelahiran kembali. 

agama buddha

SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI INDIA DAN DI TIONGKOK

  1. Agama Buddha di India
  1. Agama Buddha di India
Sejarah perkembangan agama Buddha di India setelah Buddha Gautama wafat di bagi menjadi 3 periode, yaitu :
-Masa perkembangan awal hingga konsili agung,
-Masa kekuasaan raja ashoka,
-Masa kemunduran agama Buddha di India.
  1. Masa perkembangan awal
Konsili pertama di adakan di Raja Graha dan di hadiri oleh 500 arahat dengan tujuan utama mengumpulkan ajaran ajaran yang telah di wedarkan Buddha dan menyusunnya secara sistematis. Konsili ini berhasil mengumpulkan ajaran ajaran Buddha kedalam 3 golongan, dari sumber inilah kemudian disusun kitab tripitaka sebagaimana dikenal saat ini. Pada konsili kedua di vesali, bahwa kelompok yang ingin tetap mempertahankan kemurnian vinaya berjumlah lebih kecil daripada kelompok yang menginginkan perubahan perubahan. Kelompok pertama kemudian menamakan diri Stavirada yang kelak disebut Teravada, sedangkan kelompok bhikkhu yang menginginkan perubahan menamakan diri mahasanghika.
Pada konsili II sebagai awal adanya 2 kelompok yakni Mahasanghika vajian yang kemudian dikenal dengan aliran utara (Mahayana) sedangkan Sthaviharavada atau aliran Selatan (Hinayana)
Setelah konsili kedua tersebut, untuk selama 100 tahun tidak banyak yang diketahui tentang perkembangan agama Buddha di India. Terutama setelah raja kalasoka meninggal dunia. Baru dengan munculnya raja asoka dari dinasti maurya, sekitar 272 SM, agama Buddha memperlihatkan perkembangan yang sangat pesat ke seluruh dunia.

Pada konsili III diadakan sebagai akibat dari sebagian bhikkhu yang menganut pandangan sarvas tivadin, sebagai melawan pandangan tradisional dari yang lebih tua. Dari Konsili I sampai IV secara garis besar terpecahlah aliran Buddha menjadi empat aliran besar, yaitu Sthavirada menjadi aliran yang sekarang bernama Theravada Buddhis, sedangkan Mahasangika dan Sarvastivada kelak menjadi aliran Mahayana Buddhis. Sammitya yang merupakan pecahan Sthavirada sudah punah.Theravada Buddhis berkembang di India semasa Raja Asoka dan dibawa oleh Putra Raja Asoka yang bernama Mahinda ke Srilanka dan kelak dari Sri Lanka menyebarlah Buddha Theravada ke Asia Tenggara pada abad ke-11.
            Dari India menyebarlah agama Buddha Mahayana ke timur, yaitu Cina, Korea, Jepang, dan ke Utara Tibet dan Nepal yang kelak menjadi Tantrayana Buddhis. Menjelang pertemuan terakhir atas anjuran raja asoka maka dikirimlah utusan utusan ke berbagai Negara untuk menyebarkan dharma, antara lain : Syiria, Mesir, Yunani, dan Asia Tenggara Masa Kekuasaan Raja Asoka
Sebelum Raja Asoka naik tahta, beliau memegang kuasa sebagai raja muda di India Barat, suatu ujian diadakan untuk menunjukan kecakapannya. Beliau menggantikan ayahnya sejak masih muda, tetapi penobatannya sebagai raja baru diadakan empat tahun kemudian. Tidak seperti nenek dan ayahnya, beliau adalah seorang yang lemah lembut, ramah dan berbakti, setia kepada agama dan sangat mengasihi rakyatnya. Walaupun demikian, beliau terpaksa berperang demi ketentraman di Deccan dan menaklukkan kerajaan Kalinga (Teluk Benggala). Setelah Raja Asoka mendengar bahwa dalam peperangan tersebut sekitar 100.000 orang Kalinga meninggal dan 150.000 ditawan, beliau sangat sedih dan bersumpah tidak akan mengangkat senjata lagi terhadap siapa pun untuk selamanya. Semakin lama semakin nampak keinginannya untuk mengikuti ajaran Buddha dan menjalankan segala ajaran Buddha dalam kehidupan sehari – hari serta dalam pemerintahan.
Di tahun 249 SM atau 24 tahun setelah menjadi raja, Raja Asoka mengunjungi tempat – tempat yang berhubungan dengan kehidupan Buddha Gotama. Tempat – tempat tersebut adalah: Kapilavatthu (tempat kelahiran Buddha), Vārāasī  (tempat Buddha  pertama kali mengajarkan Dhamma), Buddhagayā  (tempat pohon MahāBodhi), dan  Kusināra   (tempat Parinibbāna Buddha).  Di tempat – tempat tersebut, Raja memberikan dāna dan mendirikan tanda – tanda peringatan yang sampai sekarang masih sangat bermakna untuk mempelajari sejarah masa lalu. Raja Asoka meninggalkan ajaran Brahmana dan mengikuti ajaran Buddha, kemudian Raja menjadi Bhikkhu. Ajaran Buddha pada masa itu mendapat kedudukan sebagai agama kerajaan. Atas titah Raja Asoka, sekitar 48.000 buah thūpa (stupa) didirikan. Yang masih tersisa adalah stupa yang terkenal di Sanchi (India Tengah), dekat ibukota di bawah pemerintahannya dulu. Untuk puterinya, Puteri Charumali yang sangat berbakti, Raja mendirikan beberapa vihāra bagi kaum wanita, terutama di bagian Nepal. 
Pada tahun kesepuluh masa pemerintahan Raja Asoka diselenggarakan Sagāyanā yang ketiga di ibukota Magadha, Pataliputta (218 tahun  sejak  Parinibbāna  Buddha Gotama).    Sagāyanā di pimpin oleh Bhikkhu Tissa Moggaliputta  dan menetapkan Kattavatthu ke dalam   Abhidhammā.  Diberitakan bahwa pada masa itu terdapat delapan belas aliran   (Therāvada yang terkemuka) dalam ajaran Buddha. Seorang sarjana barat, Kern, menilai bahwa Sagāyanā ketiga ini bukan bersifat umum, melainkan hanya dihadiri oleh kelompok Therāvada.


  1. Agama Buddha di Tiongkok
Agama Buddha kemungkinan besar muncul di Tiongkok sekitar abad pertama Masehi dari Asia Tengah (meski menurut tradisi agama ini dibawa oleh seorang bhiksu pada masa pemerintahan raja Asoka), sampai abad ke-8 ketika negara ini menjadi pusat agama Buddha yang penting. Agama Buddha tumbuh dengan subur selama awal dinasti Tang(618–907). Dinasti ini memiliki ciri keterbukaan kuat terhadap pengaruh asing, dan pertukaran unsur kebudayaan dengan India karena banyaknya perjalanan bhiksu Buddha ke India dari abad ke-4sampai abad ke-11.
Namun pengaruh asing kembali dianggap negatif pada masa akhir dinasti Tang. Pada tahun 845, Kaisar Tang Wu-Tsung melarang semua agama “asing” (termasuk agama  Kristen  mazhab  Nestorian, Zoroastrianisme, dan Buddha)  untuk lebih mendukung Taoisme yang merupakan ajaran pribumi.
Agama Buddha di Cina juga melahirkan beberapa aliran besar dalam golongan Buddha Mahayana, antara lain :
  1. Aliran Chan atau Dhyana yang didirikan oleh Boddhirma, asal India tetapi menetap di Cina antara 527-536 M. Boddhidharma  di kenal sangat raqdikal terhadap kitab suci yang menjadi sumber ajaran agama Buddha dan bermaksud untuk kembali pada semangat ajaran Buddha yang asli sehingga aliran yang didirikannya sangat memberi tekanan pada teks-teks suci. Aliran ini berkembang pesat di Cina terutama pada masa Hui Neng (838-713 M.) karena mengaku mendapatkan ajarannya  langsung dari Sakyamuni . dalam perkembangannya kemudian , aliran ini  masuk dan berkembang di Jepang menjadi Zen dan berpengaruh dalam kehidupan keagamaan di Cina maupun Jepang sampai hari ini. Seorang Bikkhu Cina memberi warna lain pada aliran ini dengan menekankan ajaranya pada etos kerja dalam kata-kata singkat: “sehari tanpa kerja adalah sama dengan sehari tanpa makan. kehidupan tidak hanya di isi dengan meditasi, tetapi juga dengan kerja”


  1. Aliran Vinaya, didirikan oleh Too Hsuan (595-667M), yang menekankan ajarannya pada pelaksanaan vinaya secara ketat. Menurut aliran ini, pengingkaran terhadap dunia dan kesusilaan merupakan kondisi kehidupan sang Buddha. Oleh karena itu aliran ini menekankan pada kehidupan mistik dan membiara. Aliran  Ching-tu atau tanah putih, yang didirikan oleh Hin Yuan dan T’an Lun. Ajarannya didasarkan pada kitab Amithayadhana, sebuah kitab yang merupakan kelanjutan dari kitab Sukhau Zatiyuha. Aliran ini menekankan pada pemujaan terhadap Amida Atau Amitaba yang mewujudkan diri dalam Dewi Kwan In.Aliran aliran lainya adalah aliran Chen Yen yang bercorak esoteris dan banyak mempergunakan mantram  atau diagram magik dalam mencapai tingkat kebuddhaan; Aliran T’ien T’ai yang didirikan oleh Chih-Yi, seorang ahli tafsir atau kitab kitab sutra, dengan ajaranya yang menekankan pada dharma dan meditasi dan sebagainya.

Minggu, 23 Maret 2014

perkembangan tantrayana


PERKEMBANGAN TANTRAYANA
DAN AJARAN-AJARANNYA

Tantrayana memiliki arti secara harafiah jalan Tantra atau Jalan Petir (kilat). Dikatakan demikian karena Tantrayana merupakan kelanjutan dari Hinayana yang menekankan disipilin Dharma, dan Mahayana yang menekankan jalan Bodhisattva. Sehingga Tantrayana bukan saja menekankan disiplin Hinayana dan cita-cita Mahayana, lebih dari itu memiliki kajian dan pemahaman yang lebih dalam dan jauh didalam menghayati jalan serta mereaiisasikan tujuan, baik tujuan dari Hinayana untuk mencapai pembebasan maupun Mahayana yang menginginkan tujuan Bodhisattva. Dengan demikian Tantrayana merupakan perpaduan antara pelaksanaan Hinayana dan Mahayana disamping ajaran esoterik Tantrayana sendiri.

asadha puja



ÄSÄÆHA-PÌJÄ
Bulan Äsälha/Äsadha Merupakan Kebangkitan kesadaran Tiratana
(Buddha, Dhammä dan Saêgha)

A.    Pengertian Bulan Äsalha/Äsadha?
Äsalha-Pìjä (pali) adalah penghormatan di bulan suci Asadha (Indonesia) (Panjika.2004:339) yang jatuh tepat purnama sidhi tahun 588 SM, saat Buddha Sakyamuni membabarkan Dhammä untuk pertama kalinya di taman Rusa, Isipatana dekat Benares kepada lima orang petapa (S.v.240).  Bulan Äslha/Asadha (Juli) adalah nama bulan yang ke-8 dalam penghitungan bulan Buddhis (BE) atau jatuh dua bulan setelah bulan waisak (Vesakha).

asal mula hubungan seksual


Asal Mula Hubungan Seksual

Melakukan hubungan kelamin dapat menyebabkan kelahiran seorang anak manusia. Itulah pandangan umum yang berlaku. Sudah menjadi pandangan umum bahwa kelahiran seorang anak manusia itu adalah akibat dari hubungan kelamin sepasang manusia, lelaki dan perempuan. Karenanya, dalam pandangan tradisional hubungan kelamin hanya dibenarkan dalam rangka reproduksi manusia atau prokreasi;yang diawali terlebih dahulu oleh pasangan yang bersangkutan dengan pernikahan. Suatu ikatan bahwa tubuh perempuan yang subur itu hanya akan melahirkan anaknya dari lelaki yang menjadi pasangannya.

Kamis, 13 Maret 2014

4 kesunyataan mulia

EMPAT KESUNYATAAN MULIA
(CATTARI ARIYA SACCANI)

Dhamma dan Vinaya yang telah dibabarkan oleh Sang Buddha kurang lebih selama 45 tahun, selama itu juga telah banyak membawa manusia untuk mengerti hakekat kehidupan dan jalan menuju kebahagiaan. Didalam kehidupan, hendaknya manusia mengerti akan kesunyataan hidup, dan mampu merenungkan mengenai tujuan dari kehidupan. Dari awal inilah kami, akan bemsaha memberikan gambaran dan penjelasan mengenai Hukum Kesunyataan. Sedangkan Hukum Kesunyataan itu antara lain:
1.      Tilakkhana
2.      Paticcasamuppada
3.      Kamma dan Punnabhava
4.      Cattari Arya Saccani.

agama buddha & alam semesta

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Agama Buddha sebagai salah satu agama di Indonesia harus bisa menjawab bagaimanakan awal terjadinya alam semesta dan segala isinya ,Ketika Malunkyaputta bertanya mengenai kekal atau tidaknya kekalnya dunia, terbatas atai tidak terbatasnya dunia, Buddha tidak memberi jawaban, karena pengetahuan itu tidak perlu untuk mengakhiri penderitaan (M.I,427-431)
Gambaran alam semesta seperti yang di ungkapkan oleh Ilmu pengetahuan modern sekarang ini sudah di kemukakan oleh Sang Buddha.Dalam Abhibhu Sutta ,Buddha menjelaskan “sejauh Bulan dan matahari bergerak dalam garis edarnya dan sejauh pancaran sinarnya mencapai segala arah, sejauh itu luas sistem seribu tata surya alam semesta.
Jagat raya dan semua isinya di tandai tiga ciri keberadaan (Tilakhana) yaitu Tidak kekal, di cengkeram Dukha dan tidak memiliki substansi inti yang berdiri sendiri. (A.I,286)
Kehidupan menurut Prof. Rhodes menggambarkan hidup atau kehidupan itu sebgai urut-urutan proses yang terjadi di dalam tingkatan-tingkatan tertentu, yang sifatnya kompelks, dari organisasi zat.Menurut Agama Buddha Buddha Kehidupan itu merupakan sesuatu yang berlanjut terus, sesuai dengan doktrin persebaban yang saling bergantungan, bagaimana sebab itu menjadi akibat dan sebaliknya.Bisa di katakana kehidupan itu di cengkeram oleh hukum Paticcasamuppada.           (Buddhadasa.P.Kirthisinghe)
Barangkali atom purba atau Sel primitif menurut teori evolusi modern yang menjadi asal dari segala bentuk kehidupan, dapat di samakan dengan tanah Menurut Buddha makluk insani neenk moyang menusia sekarang semula adalah sosok yang bercahaya. Cahaya itu berangsur lenyap setelah mereka mengkonsumsi sari tanah.Sesuai dengan apa yang di makannya, tubuh mereka menjadi padat.Selanjutnya makluk-makluk tersebut makan tumbuh-tumbuhan yang muncul daari tanah belakangan (D. III,85-88)
Dapat Di simpulkan bahwa makluk insani yang memiliki unsur batin bukan merupakan hasil evolusi dari tumbuh-tumbuhan, apalagi benda mati. Hanya saja menurut prinsip ketergantungan, sesuatu yang hidup mengandung unsur-unsur yang tidak hidup
Aganna Sutta tidak secara eksplisit mengungkapkan perkembangan hewan.Evolusi yang di gambarkan oleh Buddha harus di pahami dalam konteks kelangsungan siklus kelahiran  kembali.Sesuai dengan karmanya seekor binatang yang mati dapat di lahirkan kembali menjadi manusia dan sebaliknya. Penyebrangan ini di lihat dari aspek batin.
B.   Inti Permasalahan
1.     Bagaimanakah konsep pembentukan alam Semesta dalam Agama Buddha
2.     Bagaimakah mendeskripsikan seleksi alamiah dan evolusi secara umum dan dalam pandangan agama Buddha.
C.    Tujuan Permasalahan
1. Dapat menjelaskan pembentukan alam semesta,seleksi alamiah dan evolusi dalam Agama     Buddha.

BAB II
PEMBAHASAN
A.  KONSEP PEMBENTUKAN ALAM SEMESTA MENURUT AGAMA BUDDHA

Menurut pandangan Buddhis,alam semesta ini luas sekali. Dalam alam semesta terdapat banyak tata surya yang jumlahnya tidak dapat di hitung.

1.      Bentuk Tata Surya
Edwin Hubble pada tahun 1925 menemukan bahwa semua benda langit yang terdiri dari sekian milyaran bintang, planet, asteroid dan komet yang berkelompok dalam bentuk cakram atau spiral yang di sebut galaksi.Planet bumi kita hanya titik kecil yang terdapat pada suatu  galaksi yang di beri nama Bima Sakti (Milky Way).
Bima sakti bukanlah satu-satunya galaksi dalam alam semesta ini,terdapat banyak sekali galaksi dengan ruang kosong di antara galaksi-galaksi itu. Dalam Agama Buddha telah ada gambaran galaksi alam semesta yang di istilahkan “ Cakkavala”. Dalam bahasa pali, Cakkavala berasal dari kata “Cakka”. Yang berarti Cakram/roda. Sang Buddha mengetahui pula keberadaan kelompok-kelompok galaksi yang di sebut Beliau sebagai sistem Dunia (………)
2.      Sistem Dunia
Penemuan Ilmiah juga menemukan belakangan bahwa kosmos ini, ternyata tidak hanya terdiri dari galaksi tetapi juga bahwa galaksi ini berkelompok yang di kenal sebagai Cluster (salah satu di antaranya di kenal sebagai Coma Berenicus), lalu Cluster ini berkelompok lagi menjadi apa yang di sebut Oleh Sarjana Hannes Alven sebagai Metagalaxy                     
Sang Buddha telah melihat kenyataan itu, Beliau menyebutnya sebagai sistem Dunia (Loka dhatu) dan menambahkan perbedaan dalam ukurannya: Sistem Dunia ribuan lipat (Culanika Loka Dhatu),sistem Dunia sedang ribuan-pangkat- dua (Dvisahassa majjhima loka dhatu), sistem dunia besar ribuan-pangkat tiga kali lipat (tisahassimahasahassi lokadhatu) dan seterusnya. (Arya Tjahjadi 1994: 4)
‘Sejauh matahari-matahari dan bulan-bulan berputar, bersinar dan memancarkan sinarnya ke angkasa, sejauh itu pula sistem dunia ribuan lipat.Di dalamnya terdapat ribuan matahari, ribuan bulan”. (Samyutta II: 178)
3.      Satuan Waktu
Dahulu , dalam waktu yang sangat lama. Manuisa tidak dapat membayangkan luas alam semesta baik dari satuan waktu maupun ruang untuk dapat memahami asal dan luas alam semesta.Pemikiran saat itu terbatas serta terikat ke pahaman dunia semata.
Menurut Sang Buddha waktu yang di perlukan untuk terbentuk dan hancurnya suatu sistem dunia sangatlah panjang;di perlukan sangat banyak “kappa”   Dalam Samyutta Nikaya II:181 Sang Buddha menggunakan perumpamaan seperti yang di uaiakan dio atas untuk memebri gam,baran tentang “jarak ruang dalam satuan waktu”, sama halnya para ahli astronomi saat ini menggambarkan “jarak-jarak di angkasa luar dengan menggunakan satuan tahun cahaya”. Kurun masa kappa inipun, mempunyai kelipatan yang lebih panjang yang dis ebut Mahakappa, yang terdiri dari Sanvatta Kappa yaitu masa kehancuran, Sanvattatthayi kappa adalah masa kegelapan atau masa kematian,Vivatta kappa adalah masa pembentukan kembali (terbentuknya bulan dan matahari ),Vivatthatthayi kappa adalah masa statis (masa di mana saat ini kita berada).
Lalu pada beberapa tahun terakhir dengan teknologi yang semakin berkembang antara lain di mungkinkan oleh data yang di kirim oleh satelit angkasa luar, maka terungkap
a.      Big Bang
Bahwa alam semesta adalah suatu sistem yang berdenyut yang setelah mengembang secara maksimal , lalu akan menciut  dengan segala energi yang di tekankan pada sautu bentukan masa, sedemikian be4sar sehingga yang menyebabkan ledakan yang di sebut sebagai “Big Bang”, yang berakibat pelepasan energi.
Ternyata dengan Gemilang, Sang Buddha tela memalumkan pengembangan dan penciutan alam semesta. Beliau bersabda:
“ lebih awal, atau lebih lambat ,ada suatu waktu , sesudah masa waktu yang sangat panjang sekali alam semsta menciut…
tetapi lebih awal atau lebih lambat, sesudah masa yang lam asekali alam semesta mulai mengembang lagi “. (Digha Nikaya, III: 84 )
b.      Daerah Gelap Semesta
Bagian Gelap dari alam semesta yang di Dark Matter, para Ilmuan memperkirakan bahwa bagian yang dapat terlihat / terang dalam alamsemesta, termasuk galaksi dan bintang-bibntang hanyalah 1% daerah seluruh alamsemesta dengan kata lain 99 % dari alam semesta ini gelap.
Sekali lagi Sang Buddha kemampuannya seorang Samma Sambuddha telah melihat fenomena ini. KebijaksanaaNya , yang tal terbatas dapat memahami konsep dari lam semesta yang tal terbatas.beliau menyebutkan adanya :
“ Daerah Gelap , hitam, kelam di antara sistem –sistem Dunia sedemikian rupa sehingga matahari dan bulan sekalipun tidak dapat mencapainya…”. (Majjhima Nikaya III:120)
Massa gelap ini menjadi masa cadangan Graviditas bila di angkasa luar masih cukup tipis, maka di perkirakan cosmos masih akan mengembang, namun seballiknya bila masa sudah cukup padat di angkasa luar, maka gaya berat akan melambat dan kemudian membalik pengembangan itu menjadi penciutan.Kosmos akan mengempis hal ini di sebut sebagai Big Crunch.
c.       Permulaan Alam Semesta
Alam semesta secara berkesinambungan berubah dari xsuatu keadaan ke keadaan yang lain , terbentuk dan hancur lalu terbentuk lagi, suatu proses tanpa awal dan akhir. Dengan sendirinnya bila di nyatakan bila bahwa alam semesta berawal secara serentak, maka di perlukan energi awal yang terjadi dari sasuatu yang tidak ada, danhal ini jelas bertentangan dengan kaidah ilmu pengetahuan. Stephen Hawking mengemukakan “teori tanpa batas’, yaknii bahwa alam ini tidak Punya batas. Dan tidak punya awal, dengan kata lain alam ini tidak pernah tercipta.
Sang Buddha berpendapat,bahwa alam semesta, yang di sebut Beliau Sebagai Samsara, adalah tanpa awal. Beliau bersabda:
“ Tak dapat Di tentukan awal dari alam semesta.Titik terjauh dari kehidupan,berpindah daeri kelahiran ke kelahiran,terikat oleh ketidaktahuan dan keinginan,tidaklah dapat diketahui.” (Samyutta Nikaya, II:178 )
Lalu para ilmuwan mengemukakan teori laun,yang memungkinkan itu semua,antara lain :
1. Anthropic Principle
Para ahli memperkenalkan “Anthropic Priciple” yang menyatakan bahwa sebenarnya tudaklah mustahil dan tidaklah harus kuar biasa bahwa alam semasta kemudian menghasilkan kehidupan,
Sebab seperti di ketahui, ada bermilyar-milyar alam semesta/galaxy lain yang tidakpunya dimensi kehidupan. Sejak 2500 tahun yang lalu  Sang Buddha menyatakan bahwa semua fenomena alam tidak lain hanyalah perwujudan dari kondisi (Sankhata ).
2. Chaos Dan Complexity Theori
Complexity theori di perkenalkan pertama kali di perkenalkan tahun 1987 oleh M..Mitchel dan Roger  Lewin, pula ”Chaos”  theori oleh james Gleick. Istilah yang kemudian popular sebagai pengganti istilah Komplexity adalah “Self Organization”, yakni suatu  lapangan baru yang menyangkut beberapa disiplin Ilmu, yang berintikan bahwa segala sesuatu di alam ini mempunyai untuk mengorganisisr dirinya sendiri.
Alam semesta pada awalnya dari bentuk yang masih “chaos” (kacau/semrawut).kemudian mengorganisasi dirinya sendiri menjadi galaxy, bintang-bintang dan planet
3. Kin Selection
Kin Selection  adalah suatu theori yang berdasar pada theori evolusi, yang lalu di anggap sebagai pertanda penting dari pengembangan theori evolusi itu sendiri pada pertengahan abad ini. William. D. Hamilton menyatakan bahwa berkembangnya makluk hidup menuju tingkat evolusi yang lebih tinggi di mungkinkan karena daya tarik menarik di antara sel-sel yang berdekatan yang lalu cenderung berbagi seifat genetic, bekerja sama dalam arti evolusi menjadi multi sel seperti organ-organ dan badan kita. Lalu organisme ini cenderung untuk saling tarik menarik, membentuk jenis kelamin dan sekali lagi  dengan tetap berevolusi. dengan kata lain “Kin selection” tidak lain adalah naluri alami untuk melestarikan gen.

B. SELEKSI ALAMIAH ,EVOLUSI DAN AGAMA BUDDHA

Seorang filosof dari koloni yunani Elia bernama Palmenides,sekitar 540-480 SM,beranggapan bahwa segala sesuatu yang ada pasti telah selalu ada karena tidak ada yang ada  yang ada dapat menjadi tidak ada .Ini berarti alam semesta  sudah ada dan akan selalu ada , tanpa awal dan tanpa akhir.
Kesimpulan sains mengenai pembentukan alam semesta adalah tidak mungkin alam semesta  muncul secara bersamaan dalam ruang dan waktu tertentu.
Agama Buddha mengajarkanasal kehidupan tidak dapat di jangkau oleh pikiran manusia walau demikian Sang Buddha menggambarkan secara gamblang
“ Cepat atau lambat setelah suatu masa yang lama sekali ketika dunia ini hancur. Bilamana hal itu terjadi, umumnya makluk terlahir kembali di Abhasara (alam cahaya) di sana mereka hidup dari ciptaan batin (mano maya), di liputi kegiuran,memiliki tubuh yang bercahaya melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan. Mereka hidup secara demikian dalam masa yang lama sekali. “
“ dan ketika itu terjadi, makluk-makluk yang mati di abhasara ,biasanya terlahir kembali di sini sebagai manusia. Mereka hidup dari ciptaan batin (mano maya), di liputi kegiuran,memiliki tubuh yang bercahaya melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan. Mereka hidup secara demikian dalam masa yang lama sekali.
Pada waktu itu semuanya terdiri dari air, gelap gulita, tidak ada matahari atau bulan yang nampak, tidak ada bintang-bintang maupun konstelasi, yang kelihatan. Siang maupun malam belum ada, bulan maupun  pertengahan bulan belum ada, tahun maupun musim belum ada, laki-laki maupun wanita belum ada, makluk-makluk hanay di kenal sebagai makluk saja” (Digha Nikaya:III:8)
Ini sesuai dengan tulisan Haldane,1920 dan Oparin yang menyatakan bahwa jenis kelamin yang pertama muncul adalah bentuk kelamin Aseksual.Bentuk-bentuk kehidupan itu mulai berkembang di atas permukaan masa cair (Herbert Wendts)
“ cepat atau lambat setelah suatu massa yang lama sekali bagi makluk tersebut, tanah dengan sarinya muncul keluar dari dalam air. Sama seperti bentuk-bentuk buih (busa) di permukaan nasi susu masak yang mendingin , demikianlah munculnyua tanah itu. Tanah itu mempunyai warna bau dan rasa,sama seperti daging susu atau mentega murni. Demikianlah warnanya tanah itu sama seperti madu tawon murni,demikianlah manisnya tanah  itu.
    Kemudian di antara makluk-makluk yang mempunyai sifat pembawaan serakah (Lolajatiko) berkata :
Apakah ini ? ketika Dia melakukannya Dia menyukainya, dan keinginanpun timbul, lalu makluk yang lainnya melakukannya juga.Keinginan timbul di antara merekajadi mereka mulai berpencar memakannya, setelah itu cahaya badannya menghilang.
Kemudian makluk-makluk itu memakan sari tanah kembali dalam masa yang lama. Tubuh mereka menjadi padat danmulai terbentuk tubuh yang indah dan buruk.
Menurt theori  yang memiliki latar belakang ilmiah yang kuat dapat di simpulkan bahwa:
-          Benih kehidupan yang pertama berasal dari angkasa luar, ( Prof.Sir fred hoyle dan Chandra.W )
-          Kemudian dunia pada awalnya terjadi tertutup oleh masa cair (Haldane dan Oparin 1920)
-          Jenis kelamin yang pertama muncul di bumi adalah aseksual.
-          Bentuk-bentuk kehidupan  itu mulai berkembang diatas permukaan masa cair tersebut. (Herbert Wendts)
Perkembangan dari bentuk-bentuk kehidupan itu mulai tampak dari adanya perpaduan dari zat-zat yang memebtuk benda padat. Dari perkembangan waktu dan perbedaan tempat membentuk zat tersebut suatu organisme, organisme tersebut membentuk kemunitas seperti dalam penyeledikan yang di lakukan akhir-akhir ini. Pada lapisan tanah bagian atas setebal 1 Inch, dan seluas 1 acre, yang terletak di dekat Ibukota Amerika Serikat menunjukkan bahwa tanah setebal dan seluas itu beiri lebih dari 1 .000.000 hewan-hewab Microsofic,dan 2.000.000 benih Microsofic. Pada tanah setebal dan seluas itu terdapat lebih dari 300.000 spesies (jenis-jenis) tanaman hidup dan 1.120.000 spesies hewan-hewanhidup dan lebih dari 3/4nya  terdiri dari insect atau serangga.Sedangkan hewan golongan tinggi atau yang telahbertulang belakang, membentuk hanya 5 pasiennya.kira-kira 20% terdiri dari golongan Mollus. (keong/siput). Lainnya adalah golongan Arthropod (jenis hewan yang bayak kainya) dan golongan Protozoa ( organisme yang bersel satu). Jadi, terdapat banyak sekali kehidupan-kehidupan dan ini merupakan faktor utama di dalam evolusi kehidupan seperti yang di tunjukkan dalam Charles Darwin, hal-hal  yang demikian itu membimbing orang untuk mempercayai apa yang di namai “Selesksi Alamiah” (Natural Selection). Di alam ini dengan hasil yang berlebihan dari organisme dan terdapatnya perjuanagn hidup yang tak terelakkan , maka organisme-orghanisme yang paling  kuat , yang paling menang di dalam menghadapai persaingan hidup, dapat  tetap hidup terus (Survival Of The Fitters),Ini adalah theori umum dari seleksi alamiah. (Kirtisinghe,1995:136)
Dinyatakan orang bahwa lama sebelum Darwin,orang telah mulai menolak cerita dari Kitab Suci mengenai penciptaan. Satu demic satu ,Darwin telah memperkembangkan ide-ide besarnya,yang kita asosiasikan dengan namanya,yaitu,seleksi alam,seleksi aseksual,argumen-argumen dari domestikasi,studi-studi didalam penekanan penduduk,studi tentang variasi-variasi dan isolasi geogravfis,bukti tentang perbandingan anatomi dan embriologi,cara-cara hibridisasi,manfaat dari hybrid-hybrid,dan yang terakhir dari semuanya,adalah analisanya tentang jiwa dan moral.Tidak ada satupun dari yang termuka tersebut  dimuka tadi,yang dialam sesuatu cara,yang bertentangan dengan ajaran  Buddha Dhamma.
Darwin mempertahan kan pendapatnya bahwa manusia iyu berasal dari satu sumber tinggal,yang berupa hewan-hewan yang menyerupai kera,yang menghuni dunia kono.Dia mempertahankan pendapatnya bahwa satu sumber tunggal tersebut lalu mengalamidiversivikasi menjadi berbagai species-species atau bangsa-bangasa.
Evolosi didalam faktanya terjadi peristiwanya,paling jelas oleh studi mengenai fosil-fosil.Penemuan fosil-foil,tulang-tulang hewan,yang dapat dipetrbandingkamdengan makhluk-makhluk yang masih hidup,dinamai palaentologi.
Adalah dopktrin yevolusilah,yang mula pertama dapat memeberikkan interpretasi mengenai sifat-sifat perubahabn-perubahan fauna,dari palaentologi dan para ahli geaologi.Seri-seri hewan yang menunjukan adanyan perubahan-perubahan evolusioner,yang paling menyakinkan,adalah pada penemuan –penemuan hewan –hewan yang bertulang belakang.
Kita memiliki pengetahuan yang luar biasa kayanya tentang sejarah hewan-hewan menyusui.Dapat ditunjukan bahwa didalam proses perubahan setingkat demi setingkat yang meliputi keterangan jenis makhluk,tentang besarnya tubuhnya ,pertumbuhannya,kebiasaanya cara memekannya,dari jenis babi,hingga jenis gajah.Perubahan-perubahan tersebut meliputi jangka weaktu kira-kira 40 juta tahun.Kalau jenis  kuda dan jerapah dengan memperpanjang lehernya untuk mencari makan, maka yang terjadi pada hewan jenis gajah adalah dengan memperpanjang rahang bawahnya, untuk tujuan yang sama seperti pada jenis kuda. Julian Huxley berpandangan yang sama dengan Darwin yang berpikiran bahwa mungkin semua kehidupan yang ada ini berasal dari satu wujud yang aseli. ‘ kita mulai dapat melihat bahwa keajaiban evolusi amoba ketingakt manusia , atau kita tahu tanpa adanya keragu-raguan bahwa itu merupakan suatu keajaiban yang sangat menakjubkan, dan bahwa evolusi yang demikian itu, bukan merupakan suatu hasil karya dari sabda yang maha perkasa dari Sang maha Pancipta, tetapi adalah merupakan hasil penggabungan dari proses-proses kecil, yang tampaknya tidak berarti. Perubahan structural itu terjadi di dalam suatu Molekul, pada Kromosom-kromosomnya, hasil dari suatu perjuangan untuk mencari makan,pada dua hewan, reproduksi dan kegiatan membesarkan anaknya.
Sir Darwin mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:” Lebih lanjut, dapatlah kita teangkan bahwa evolusi dan adaptasi dari tanaman-tanaman dan hewan-hewan,itu sering di katakana pada desainnya, tujuannya, atau bimbingannya;namun di dalam kenyataannya sering ada penyimpangan-penyimpangan, dan bencana-bencana yangberada jauh dari desain, tujuan, dan bimbingan, sehingga hal itu mendorong kita untuk mencari keterangan-keterangan yang lainnya”.
Tidak ada etitas  yang keadaan sedemikian rupa, yang di katakana sebagai roh (Anatta) pada manusia dan hewan-hewan. Menurut ajaran Agama Buddha, semua benda, baik makluk hidup atau benda-benda mati, itu merupakan subjek yang terkena perubahan. Tidak ada yang bersifat permanen; semua benda itu muncul dan lalu lenyap; oleh karena itu, tidak ada entitas yang berkeadaan permanen di dalam bentuk suatu roh atau self , yang terdapat di dalam  diri manusia atau di dalam sesuatu yang lain.
Semua kehidupan di bumi berkeadaan saling ketergantungan, yang satu terhadap yang lainnya, dan tidak berfungsi di dalam isolasi atau  keterasingan. Oleh Karena itu, manusia dan hewan-hewan itu tidak bersifat tidak permanen dan mengalami perubahan-perubahan  secara berlanjut terus, dan berada di dalam suatu keadaan yang selalu mengalami keadaan mengalir (Anicca), dan masing-masinmg di kondosikan oleh faktor-faktor lingkungan sekitar.Dimana-mana konflik-konflik, dan itu menunjukkan adanya sifat  tidak memuaskan di dalam kehidupan atau menggunakan istilah dalam agama Buddha “Dukkha”.
            Kesimpulannya bahwa, Pembentukan alam semesta menurut pandangan agama Buddha yaitu seiring dan sejalan dengan ilmu pengetahuan hanya dalam penyajian yang berbeda. Para  ilmuan mengetahui dan menemukan konsep itu berdasarkan penelitian setelah jauh Sang Buddha menjelaskan di Dalam Sutta.
     
     

Rabu, 12 Maret 2014

pengantar Abhidhamma

PENGANTAR ABHIDHAMMA


A.    Pengertian Abhidhamma
Abhidhamma sebagai istilah Pali secara etimologi terdiri dari dua kata, yaitu "Abhi" yang berarti halus, tinggi luas; dan "Dhamma" yang berarti kebenaran atau ajaran dari Buddha. Jadi Abhidhamma dapat diberi pengertian sebagai ajaran yang tertinggi atau luhur dari Buddha.
Sebagai ajaran tertinggi, Abhidhamma memungkinkan seseorang untuk mencapai pembebasan mutlak dari segala bentuk penderitaan, karena Abhidhamma sangat berguna untuk mengembangkan pandangan terang (Vipassana). Abhidhamma merupakan penuntun yang tak ternilai bagi mereka yang ingin menambah kebijaksanaan dan melaksanakan kehidupan Buddhis yang  ideal. Tetapi tidak pula dikatakan bahwa Abhidhamma mutlak atau perlu untuk mencapai kebebasan, pengertian dan pencapaian semata-mata tergantung pada diri masing-masing. Empat kesunyataan mulia yang melandasi ajaran Buddha terdapat  dalam diri masing-masing. Dhamma tidak terlepas dari diri sendiri, cari­lah kedalam diri sendiri dan kebenaran akan nampak.

hukum karma dan punarbhava

HUKUM KARMA & PUNARBHAVA
A.    Pengertian Karma/Kamma:
Kamma adalah kata berasal dari bahasa pali dan Karma adalah kata berasal dari bahasa Sansekerta menurut huruf berarti: "Perbuatan" atau "Action", yang dalam arti umun meliputi semua kehendak (cettana) dan maksud perbuatan, yang baik (kusala) maupun yang buruk (akusala), lahir atau batin, dengan pikiran (mano kamma), kata-kata/ucapan (vaci kamma), dan badan jasmani (kaya kamma). Makna yang lebih luas dari kamma adalah semua kehendak dengan tidak membeda-bedakan apakah kehendak itu baik (bermoral) atau buruk (tidak bermoral) (A: vi: 63).

hari uposattha

HARI UPOSATTHA
1.    Pengertian
Kata Uposatha berarti masuk untuk berdiam/mendekat pada guru, dalam hal ini kepatuhan kepada Sila. Hari-hari Uposatha yaitu tanggal 1, 8, 15, 23 pada penanggalan bulan (chandra sengkala). Pada tanggal tersebut Buddha memperkenankan kepada umat untuk melaksanakan Atthangasila, sedang bagi para bhikkhu. Buddha mengijinkan untuk melakukan pertemuan setiap tanggal 1 dan 15 penanggalan bulan. Pada saat Uposatha diadakan pembacaan Patimokkha bila terdapat ernpat (4) Bhikkhu atau lebih. Kalau hanya dua Bhikkhu atau tiga Bhikkhu disebut Gana (kelompok) mereka diperbolehkan saling memberitahukan kemumian masing-masing. Tetapi kalau hanya seorang Bhikkhu (Puggala) ia harus membuat tekad dalam dirinya sendiri (Addhitthana).
2.    Uposatha Gatha

Demikianlah yang telah kami dengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagava bersemayam di dekat Savatthi, Taman Anathapindika dekat hutan Jeta. Sang Bhagava ketika itu bersabda kepada sekelompok bhikkhu, "o para bhikkhu". Mereka menjawab "Ama Bhante", dan Sang bhagava melanjutkan bersabda, "Hari Uposattha, o para bhikkhu apabila dilaksanakan (Upavuttho) dengan disertai delapan sifat (Atthangasamannagato), besar hasilnya (Mahaphalo), besar gunanya (Mahanisamso), besar kemuliaannya (Mahavippharo).
Bagaimana, O para bhikkhu, hari Uposattha dilaksanakan dengan disertai delapan sifat: besar hasilnya, besar gunanya, besar kemuliaannya dan besar pancarannya ? Di sini, o para bhikkhu, seorang siswa Ariya (Ariyasavaka) merenungkan bahwa sepanjang hidupnya para Arahat telah meninggalkan (Pahaya) pembunuhan, nenahan diri (Pativirata) diri dari pembunuhan dan menyimpan pedang dan tongkat, serta berdiam dengan rendah hati (Lajji), ramah-tamah (Dayapanno), penuh persahabatan dan kasih sayang (Hitanukampi).
Sekarang, Saya selama siang dan malam ini (Imanca rattim imanca divasam) juga akan meninggalkan pembunuhan, menahan diri dari membunuh dan menyimpan pedang dan tongkat, serta berdiam dengan rendah hati, ramah-tamah, penuh persahabatan dan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup, maka dengan cara yang demikian ini saya akan mengikuti contoh dari para Arahat dan melaksanakan hari Uposattha. Inilah sifat yang pertama dari Hari Uposattha untuk dilaksanakan.
Sepanjang hidupnya, para Arahat telah meninggalkan pencurian, menahan diri dari mencuri, mereka mengambil apa yang diberikan (dinnadavi) tidak mencuri dan bersifat menanti (Dinna patikanhi), tetapi mempertahankan dirinya selama kesucian. Sekarang saya selama siang dan malam ini akan meninggalkan pencurian, menahan diri dari mencuri, mengambil apa yang diberikan, tidak mencuri dan bersifat menanti, mempertahankan diri dalam sifat kesucian, maka dengan cara ini, saya akan mengikuti contoh dari para Arahat dan melaksanakan Hari Uposattha. Inilah sifat yang kedua dari Hari Uposattha untuk dilaksanakan.
Sepanjang hidupnya, para Arahat telah meninggalkan kehidupan yang tidak Suci (Abrahmacariya), hidup dengan suci (Brahmacari ara cari), bebas dari nafsu dan hubungan dengan wanita {Virato methuna gamudhamma). Sekarang saya selama siang dan malam ini akan meninggalkan keadaan yang tidak suci (Abrahmacariva), hidup dengan suci (brahmucuri ara cari), bebas dari nafsu dan hubungan dengan wanita (Virato methunu gamadhamma), maka dengan cara yang demikian inilah saya akan mengikuti contoh dari para Arahat dan melaksanakan hari Uposattha. Inilah sifat yang ketiga dari Hari Uposattha untuk dilaksanakan
Sepanjang hidupnya, para Arahat telah meninggalkan berbohong, menahan diri dari berbohong, berbicara dengan benar (Saccavadi), dapat dipercaya (Saccasaddha}, jujur (Theta), pantas dipercaya (Paccayika), tidak pernah membohongi siapapun di dunia ini (Avisamvadaka lokassa). Sekarang saya selama siang dan malam ini akan meninggalkan berbohong, menahan diri dari berbohong, berbicara dengan benar (Saccavadi), dapat dipercaya (Saccasaddha), jujur (Theta), pantas dipercaya (Paccayika), tidak pernah membohongi siapapun didunia ini (Avisamvadaka lokassa), maka dengan cara yang demikian ini, saya akan mengikuti contoh para Arahat dan meiaksanakan hari Uposattha. Inilah sifat yang keempat dari Hari Uposattha untuk dilaksanakan.
Sepanjang hidupnya para Arahat telah meningglkan minum-minuman yang menyebabkan hilangnya kesadaran/lengah (suramerayamajjapamadathana) dan menahan diri dari minum-minuman yang menyebabkan hilangnya kesadaran. Sekarang saya selama siang dan malam ini, akan meninggalkan minum-minuman yang menyebabkan hilangnya kesadaran/lengah (suramerayamajjapamadatthana) dan menahan diri dari minum-minuman yang menyebabkan lengah (hilangnya kesadaran), maka dengan cara yang demikian ini, saya akan mengikuti contoh dari para Arahat dan melaksanakan Hari Uposattha. Inilah sifat yang kelima dari Hari Uposattha untuk dilaksanakan.
 Sepanjang hidupnya para Arahat hanyalah makan sekali sehari (Ekabhattika), tidak makan di malam hari (Rattuparata), dan menahan diri dari makan pada waktu yang tidak tepat atau salah (Virata vikalabhojana). Sekarang saya selama siang dan malam ini, akan makan sekali sehari (Ekabhattika), tidak makan di malam hari (Rattuparata), dan menahan diri dari makan pada waktu yang tidak tepat atau salah (Virata vikalabhojana), maka dengan cara yang demikian ini, saya akan mengikuti contoh dari para Arahat dan melaksanakan Hari Uposattha. Inilah sifat yang keenam dari Hari Uposattha untuk dilaksanakan.
Sepanjang hidupnya para Arahat menahan diri dari melihat pertunjukkan tari-tarian, nyanyian dan musik (Naccagitavadita), menahan diri dari menggunakan bunga-bungaan, perhiasan, wangi-wangian dan alat kecantikan. Sekarang selama siang dan malam ini, akan menahan diri dari melihat pertunjukkan tari-tarian, nyanyian dan musik (Naccagitavadita), menahan diri dari menggunakan bunga-bungaan, perhiasan, wangi-wangian dan alat kecantikan, maka dengan cara demikian ini, saya akan mengikuti contoh para Arahat dan melaksanakan Hari Uposattha. Inilah sifat yang ketujuh dari Hari Uposattha untuk dilaksanakan
Sepanjang hidupnya para Arahat telah meninggalkan pemakaian tempat tidur yang tinggi dan besar (Uccasayana mahasayana), menahan diri dari memakai tempat tidur yang tinggi dan besar, merebahkan diri pada tempat tidur yang rendah (Nicaseyyam), tempat tidur yang beralaskan rumput (mancake tina santharake). Sekarang selama siang dan malam ini, akan meninggalkan pemakaian tempat tidur yang tinggi dan besar (Uccasayana mahasayana), menahan diri dari memakai tempat tidur yang tinggi dan besar, merebahkan diri pada tempat tidur yang rendah (Nicaseyyam), tempat tidur yang beralaskan rumput (mancake tina mantharake), maka dengan cara demikian ini. saya akan mengikuti contoh para Arahat dan melaksanakan Hari Uposattha. Inilah sifat yang kedelapan dari Hari Uposattha untuk dilaksanakan o para bhikkhu.
Hari Uposattha apabila dilaksanakan dengan disertai delapan sifat adalah besar hasilnya, besar gunanya dan besar kemuliaannya, besar pancarannya.
Bagaimana besar hasilnya. besar gunanya, besar kemuliaannya dan besar pancarannya dari Hari Uposatlha?
O para Bhikkhu, sekalipun seorang memegang kekuasaan (Issara), berkuasa (Addhipacca), memerintah (Rajjamkaretti), 16 negara berkuasa (Solasannam Mahajanapadancim), yaitu Aéga, Magadha, Kasi, Kosala, Vajji, Malla, Vanisa, Kuru, Pancala. Maccha, Surasena, Assaka, Avanti, Gandhara, Kamboja, kekuasaan yang demikian tidak ada harganya (tidak berharga) seperenam belas bagian (Kalam nagghatisolasiç) dari Hari Uposattha yang dilaksanakan dengan delapan sifat itu, mengapa demikian (Tam kissa hetu}?
O para Bhikkhu, amatlah hina pemerintahan manusia itu apabila dibandingkan dengan kebahagiaan di alam dewa.
O para Bhikkhu. setiap 50 tahun di tempat manusia, hanyalah sehari semalam di tempat empat Maha Raja Deva {Calumaharajika}, bulannya mempunyai 30 malam seperti itu, tahunnya mempunyai 12 bulan seperti itu, Masa kehidupan di ke Empat Maha Raja Deva adalah 500 tahun kedevaan. Adalah pasti, O para bhikkhu, apabila seorang laki-laki atau perempuan melaksanakan Hari Uposattha yang disertai delapan sifatnya, apabila badan jasmaninya hancur telah meninggal dunia, maka mereka akan dilahirkan kembali diantara ke Empat Maha Raja Dewa.
Maka berkenan dengan hal itu, O para hhikkhu, Ku katakan amat hinalah pemerintahan manusia apabila dibandingkan dengan kebahagiaan di alam dewa.
O para bhikkhu, setiap 100 tahun ditempat manusia, hanyalah sehari semalam di tempat 33 Dewa (Tavatimsa) bulannya mempunyai 30 malam seperti itu, tahunnya mempunyai 12 bulan seperti itu, maka kehidupan adalah 1000 tahun kedewaan. Adalah pasti, o para bhikkhu, apabila seorang laki-laki atau perempuan melaksanakan Hari Uposattha yang disertai deiapan sifatnya, apabila badan jasmaninya hancur teiah meninggal dunia, maka mereka akan dilahirkan kembali diantara 33 Dewa. Maka berkenan dengan hal itu, o para bhikkhu, Ku katakan amat hinalah pemerintahan manusia apabila dibandingkan dengan kebahagiaan dialam dewa.
O para bhikkhu. setiap 200 tahun ditempat manusia, hanyalah sehari semalam di tempat Deva Yama (Yamaku} bulannya mempunyai 30 maiam seperti itu, tahunnya mempunyai 12 bulan seperti itu, tahunnya mempunyai 12 buian seperti itu, maka kehidupan adalah 2000 tahun kedewaan.
Apabila seorang laki-laki atau perempuan melaksanakan Hari Uposattha yang disertai deiapan sifatnya, apabila badan jasmaninya hancur telah meninggal dunia, maka mereka akan dilahirkan kembaii diantara para Deva Yama.
Maka berkenan dengan hal itu, O para bhikkhu, Ku katakan amat hinaiah pemerintahan manusia apabila dibandingkan dengan kebahagiaan di alam dewa.
O para bhikkhu, setiap 400 tahun ditempat manusia, hanyalah sehari semalam di tempat para Dewa Tusita (Tusitanam}, bulannya mempunyai 30 malam seperti itu, tahunnya mempunyai 12 bulan seperti itu, maka kehidupan adalah 4000 tahun kedewaan.
Adalah pasti, o para bhikkhu, apabila seorang laki-laki atau perempuan melaksanakan Hari Uposattha yang disertai deiapan sifatnya, apabila badan jasmaninya hancur telah meninggal dunia, maka mereka akan dilahirkan kembali diantara para Dewa Tusita itu. Maka berkenan dengan hal itu, o para bhikkhu, Ku katakan amat hinalah pemerintahan manusia apabila dibandingkan dengan kebahagiaan dialam dewa.
O para bhikkhu, setiap 800 tahun di tempat manusia, hanyalah sehari semalam di tempat yang para Dewa yang menikmati ciptaannya (Nimmanaratinam}, bulannya mempunyai 30 macam seperti itu, tahunnya mempunyai 12 bulan seperti itu, maka kehidupan adalah 8000 tahun kedewaan. Adalah pasti, o para bhikkhu, apabila seorang laki-laki atau perempuan melaksanakan Hari Uposattha yang disertai deiapan sifatnya, apabila badan jasmaninya hancur telah meninggal dunia, maka mereka akan dilahirkan kembali diantara para Dewa yang menikmati ciptaannya itu.
Maka berkenan dengan hal itu, o para bhikkhu, Ku katakan amat hinalah pemerintahan manusia apabila dibandingkan dengan kebahagiaan di alam dewa. O para bhikkhu, setiap 16000 tahun ditempat manusia, hanyalah sehari semalam di tempat para Dewa yang mempunyai kekuasaan atas ciptaannya Dewa yang lainnya (paranimitavasavatlmam), bulannya mempunyai 30 malam seperti itu, tahunnya mempunyai 12 bulan seperti itu, maka kehidupan adalah 16000 tahun kedewaan.
Adalah pasti, o para bhikkhu, apabila seorang laki-laki atau perempuan meiaksanakan Hari Uposattha yang disertai deiapan sifatnya, apabila badan jasmaninya hancur telah nieninggal dunia, maka mereka akan dilahirkan kembali diantara para Dewa. Maka berkenan dengan hal itu, o para bhikkhu, Ku katakan amat hinalah pemerintahan manusia apabila dibandingkan dengan kebahagiaan dialam dewa.
Tidak membunuh makhluk hidup dan tidak mengamhil apa yang tidak diberikan, menghindari hubungan seks, menghindari yang tidak suci, menahan diri hubungan dengan wanita, tidak berbicara bohong, tidak minuin minuman yang mengakibatkan turunnya kesadaran, tidak makan di malam hari atau pada waktu yang salah (tidak pantas), tidak menggunakan perhiasan, tidak memakai bau-bauan, tidur di tempat yang dibuat dari rumput di atas tanah. Sesungguhnya deiapan rangkaian ini disebut Uposattha.
Telah diajarkan oleh Sang Buddha, Beliau yang telah mengakhiri penderitaan. Kedua, bulan dan matahari adalah indah dilihat dan bersinar. Melalui langit, mereka berputar sejauh-jauhnya, mengusir kegelapan. Pada setiap alam mereka memancarkan cahaya. Di dalam dunia ini terdapat harta kekayaan, permata, mutiara, batu kumala, batu keuntungan, emas singi, dan emas-emasan, disebut Jata, Kancana, Hataka.
Tetapi semuanya ini tidak berharga seperenam belas bagian dari melaksanakan Hari Uposattha yang disertai dengan deiapan sifatnya. Seperti seribu bulan dan semua bintang hal ini dapat dibandingkan. Karena itu semua laki-laki dan perempuan yang bermoral, yang melaksanakan Hari Uposattha di dalam delapan cara ini, membuat jasa dan menghasilkan kebahagiaan tanpa cela dan akan sampai ke alam Dewa yang penuh dengan kebahagiaan.
(Aéguttara Nikaya IV. 248-255).