ÄSÄÆHA-PÌJÄ
Bulan Äsälha/Äsadha Merupakan Kebangkitan
kesadaran Tiratana
(Buddha, Dhammä dan Saêgha)
A.
Pengertian Bulan Äsalha/Äsadha?
Äsalha-Pìjä
(pali) adalah penghormatan
di bulan suci Asadha (Indonesia) (Panjika.2004:339) yang jatuh tepat
purnama sidhi tahun 588 SM, saat Buddha Sakyamuni membabarkan Dhammä
untuk pertama kalinya di taman Rusa, Isipatana dekat Benares kepada lima orang
petapa (S.v.240). Bulan Äslha/Asadha (Juli) adalah nama
bulan yang ke-8 dalam penghitungan bulan Buddhis (BE) atau jatuh dua
bulan setelah bulan waisak (Vesakha).
B.
Sejarah Peringatan Bulan Äsälha/Äsadha.
Dua bulan
setelah Bodhisattva Sidharta Gautama mencapai penerangan sempurna pada
purnama sidhi di bulan Äsäla/Äsadha (Juli) 588 SM
(Narada.1995:54) dan berkat permohonan dewa Brahmä Sahampati:
“Brahmä
ca lokädhipati Sahampati,
Katañjali
adhivaraè ayäcatha,
Santidha
sattäpparajakka jatikä,
Desetu
Dhammaè anukampimaè pajaè.”
Artinya: “Brahmä Sahampati, Penguasa dunia
Merangkap
kedua tanganya dan memohon,
Ada
makhluk-makhluk yang dihinggapi sedikit kekotoran batin,
Demi belas
kasih kepada mereka, ajarkanlah mereka Dhammä.”
Setelah
tiga kali Brahmä Sahampati memohon, akhirnya Buddha Gautama berkenan
membabarkan Dhammä kepada makhluk hidup, Dhammä yang indah pada
awalnya, indah pada pertengahanya dan indah pada akhirnya (D.ii.48; M.i.169). Karena rasa belas kasih dan demi kebahagian
semua makhluk dengan mengucapkan:
“Apärutä
tesaè amatassa dvarä
Ye
sotavanto pamucantu saddhaè”
Artinya: “Terbukalah pintu kehidupan abadi
Bagi mereka
yang mau mendengar
dan
mempunyai keyakinan (Vin.4-7).”
Kemudia Buddha Gautama bertekat mencari
guru-Nya sebelum akhirnya sampai di taman Rusa Isipatana, Benares untuk membabarkan
Dhammä yang pertama kali kepada lima orang petapa
(Widyadharma.1997:34-35).
Buddha Gautama mencari guru-Nya yang
pertama yaitu Älära Käläma dan guru-guru lainya semasa mengembara.
Namun, sesosok dewa memberitahu bahwa Älära Käläma telah meninggal dunia
tujuh hari sebelum beliau datang, kemudian beliau mencari orang berikutnya yaitu
Uddaka Ramaputta, juga telah meninggal sebelumya. Akhirnya Buddha
Gautama mencari lima orang petapa (pañcavaggiyä)
yang menemani beliau semasa melakukan pertapaan ekstrim di hutan Uruvelä (Vin.i.7-8).
Di senja
yang sejuk di hari purnama sidhi bulan Äsälha (Juli), 588
SM (Kusaladhamma.2006:172-175) Buddha Gautama tiba di taman Rusa Isipatana,
Benares dan bertemu kelima petapa yaitu Kondañña,
Vappa, Bhaddiya, Mahanama dan Assaji. Di tempat ini beliau
membabarkan Dhammä yang pertama kali dan di sebut Dhammacakkappavattana Sutta. Kelima petapa pada mulanya tidak
percaya kalau Buddha Gautama telah mencapai penerangan sempurna. Setelah
mendengarkan Dhammä dan mengikuti petunjuk Buddha Gautama serta
mampu merasakan kebenaran ajaran, mereka yakin kepada beliau. Di antara kelima
petapa yang pertama kali berhasil merealisasi Dhammä hingga tingkat Sotäpana
adalah Kondañña dan mendapat julukan Annata-Kondañña, artinya Kondañña yang telah mengerti. Kemudian Kondañña
memohon untuk di-Upasampada menjadi Bhikkhì (S.v.420-431) dilanjutkan Vappa, Baddiya, Mahanama dan Assaji
yang berhasil memahami Dhammä serta memohon untuk di-Upasampada menjadi
Bhikkhì. Setelah mempelajari Dhammä yang ke dua yaitu Anattalakkhana-Sutta
dan berhasil mencapai Ärahat (Vin.i.9-14).
Setelah Dhammacakkappavatta Sutta di babarkan dan kelima petapa menjadi Bhikkhì,
maka peristiwa ini merupakan awal dari kelengkapan Tiratana yaitu
Buddha, Dhamma dan Saégha serta awal dari terbentuknya Saégha
pertama kali di dunia.
C.
Isi Dhammacakkappavattana Sutta.
Dhammacakkappavatta
Sutta merupakan bagian
dari Saèyutta-Nikaya V, Saccasaèyuttam VI, Sutta yang ke-2 dari 11
Sutta. Dhammacakkappavattana Sutta merupakan nama yang diberikan untuk
kotbah pertama Buddha Gautama. Kata ini mewakili arti kata
Kerajaan Kesunyataan, Kerajaan Kebenaran atau Roda Kesunyataan. Dhamma artinya kebijaksanaan,
pengetahuan, kebenaran, kesunyataan, ajaran, hukum alam, peraturan dan
pengalaman hidup (Panjika.1994:347), sedangkan Cakka artinya mendirikan, membanggun dan roda (Panjika.1994:344)
dan Pavattana artinya pemutaran roda Dhamma (Supandi,2001:251). Jadi Dhammacakkappavattana
Sutta artinya penjelasan terperinci dari pemutaran kesunyataan hidup (Närada.1995:54-55).
Dhammacakkappavattana
Sutta dibabarkan oleh
Buddha Sakyamuni kepada lima orang petapa di taman Rusa Isipatana,
Benares. Pada purnama sidhi di bulan Äsälha/Äsadha (Juli) tahun
588 SM. Dalam kotbah yang pertama, Buddha Gautama mengawali dengan
menasehati lima petapa yang percaya pada pertapaan ekstrim yaitu
menghindari pengumbaran nafsu dan penyiksaan diri karena keduanya tidak membawa
pada pencapaian penerangan sempurna. Buddha Gautama mengarahkan kelima
petapa untuk memahami Jalan Tengah (Majjhima-paëipadä) yang dapat
mencapai penerangan sempurna (S.v.420-421).
Kelima petapa sangat akrab dengan Buddha selama enam tahun, merupakan kelompok
manusia pertama kali mendengarkan Dhammä yang di babarkan Buddha Gautama.
Sumber lain mengatakan bahwa banyak makhluk yang tidak terlihat dan hadir
menyaksikan pemutaran roda Dhammä pertama, makhluk-mahkluk tersebut
antara lain mamkhluk yang ada di alam dewa dan Brahmä, atau maklhuk-makhluk dari alam lain yang tidak
tampak oleh kasat mata (Närada.1995:55).
Buddha menjelaskan Empat Kesunyataan Mulia (cättari
ariya saccäni) dan Jalan Ariya Berunsur Delapan yang dapat membimbing
makhluk hidup untuk mencapai penerangan sempurna yaitu:
1. Empat Kesunyataan Mulia yaitu:
a. Kesunyataan Tentang (Dukkha Dukkha
Ariyasacca)
b. Kesunyataan
Tentang Asal Mula Dukkha (Dukkhasamudaya Ariyasacca)
c. Kesunyataan
Tentang Terhentinya Dukkha (Dukkhanirodha Ariyasacca)
d. Ksunyataan Tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha
(Dukkhanirodhagäminí-paëipadä) yaitu
Jalan Ariya Berunsur Delapan.
2. Jalan Ariya Berunsur Delapan yaitu:
a. Pandangan Benar (Sammädiëëhi)
b. Pikiran Benar (Sammäsaékhapa)
c. Ucapan Benar (Sammäväccä)
d. Perbuatan Benar (Sammäkammanta)
e. Mata Pencaharian Benar (Sammääjíva)
f. Daya upaya Benar (Sammäväyäma)
g. Perhatian Benar (Sammäsati)
h. Konsentrasi Benar (Sammäsamädhi)
Setelah
Buddha Gautama menguraikan semuanya, kelima petapa bahagia dan salah
satu dari mereka yaitu Kondañña dapat memahami dan mencapai tingkat kesucian
Sotäpana, pada saat Buddha membabarkan
Dhammacakkappavattana Sutta para dewa bumi berseru bahwa Dhammä
telah dibabarkan dan seruan tersebut menembus alam Brahmä serta sepuluh
ribu rangkaian dunia berguncanag (S.v.421-431).
Akhirnya kelima petapa tersebut menjadi Bhikkhì dan mencapai penerangan
sempurna.
D. Makna Peringatan dan Perayaan Bulan Äsälha/Äsadha.
Bulan Äsälha/Äsadha
(Juli) adalah bulan yang sangat di sakralkan oleh umat Buddha karena
tepat di hari purnama sidhi/tanggal 15 Äsälha/Äsadha tahun 588
SM, di taman Russa Isipatana, Benares untuk pertama kalinya Dhammä
dikumandangkan oleh Buddha Gautama dihadapan lima petapa dan maklhuk
dari alama lain (S.v.420) .
Di usia
yang ke-35 tahun Bodhisattva Sidharta Gautama di bawah pohon Bodhi
mampu mencapai ke-Buddha-an dan merealisasi Dhammä dengan menembus Empat
Kesunyataan Mulia melalui Jalan Ariya Berunsur Delapan. Bodhisatta Sidharta
Gautama berhasil mencapai kesempurnaan dan mengakhiri proses tumimbal lahir
(M.i.247-249). Dua bulan kemudian di
bulan Äsälha/Äsadha beliau membabarkan hasil dari pancapaian
ke-sempurna-an-Nya dan di kenal dengan pemutaran roda Dhammä (Dhammacakkappavattana
Sutta) kepada lima orang petapa. Sehingga terbentuklah Saégha untuk
pertama kalinya di dunia. Aratinya pada bulan Äsälha telah lahir kembali
satu kesatuan kesadaran Tiratana yaitu tiga mustika atau permata (Buddha, Dhammä dan Saégha) di dunia
(Panjika.1994:375).
Bodhisattva
Sidharta Gautama
adalah manusia yang telah mencapai ke-Buddha-an dan di sebut sebagai Buddha Sakyamuni.
Buddha adalah makhluk/kesadaran yang Maha suci (Arahaè), telah mencapai penerangan sempurna dengan kekuatan
sendiri (Sammäsambuddho), sempurna
pengetahuan dan tingkah-laku-Nya (Vijjacaranasampanno),
sempurna menempuh Jalan (Sugato),
Pengenal segenap alam (Lokovodu),
pembimbing manusia yang tiada taranya (Anuttaro
purisadhammasarathi), guru para dewa dan manusia (Satthadeva
manussanaè), Yang bangun/sadar (Buddho),
junjungan yang di muliakan (Bhagavä) (M.i.37).
Dhamma adalah ajaran Buddha
(Supandi.2001:226) yang meliputi Empat
Kesunyataan Mulia (cättari ariya saccäni) dan Jalan Ariya
Berunsur Delapan serta Nibbäna (S.v.421-431). Dhammä dibabarkan dengan
sempurna oleh Bhagavä (Svakkhato
Bhagavata Dhammo), berada sangat dekat (Sanditthiko),
tidak dibatasi oleh waktu (Akaliko),
mengundang untuk dibuktikan (Ehipassiko),
menuntun kearah pembebasan (Opanayiko),
dapat diselami oleh orang-orang bijaksana (Paccataè
veditabbo viññuhiti) (M.i.37).
Saégha adalah persamuan atau persaudaraan
Bhikkhì (Supandi.2001:302). Saégha yang di maksud adalah Ariya Saégha
siswa Bhagavä yang berprilaku baik (Supaëipanno
Bhagavato Savaka Saêgho), berprilaku lurus (Ujupatipanno), berprilaku benar (Ñayapatipanno), berperilaku patut (Samicipatipanno), semuanya merupakan empat pasang makhluk suci (Sotäpana, Sakadagami, Anagami dan Ärahat)
terdiri dari delapan jenis makhluk suci. Itulah Saêgha siswa Bhagavä
yang patut menerima persembahan (Ahuneyyo),
patut di sambut dengan ramah (Pahuneyyo),
patut menerima pemberian (Dakkhineyyo),
patut dihormati (Anjalikaraniyo),
lapangan untuk menanam jasa yang tiada taranya di alam semesta (Anuttaraè punnakkhettaè lokassa) (M.i.37).
Jadi hari purnama sidhi pata tanggal 15 Äsälha/Äsadha tahun 588
SM merupakan hari kelengkapan satu kesatuan kesadaran dari tiga permata atau
mustika yang menjadi perlindungan umat Buddha yaitu Buddha, Dhammä dan Saégha.
Atau rasa syukur atas terbenuknya Saégha untuk pertama kalinya di dunia.
Seharusnya hal-hal inilah yang harus direnungkan saat peringatan atau perayaan Äsälha/Äsadha.
DAFTAR REFERENSI
Digha Nikaya (The
Dialogue of the Buddha Vol II). Terjemahan Davids, T.W. Rhys. 1977a. Oxford: The Pali Texs Society.
Dhammananda,
Sri. 2005. Keyakinan umat Buddha.
Jakarta: Yayasan Penerbit Karaniya.
Majjima (Nikaya
The Middle Length Saying Vol. I.) Terjemahan
Horner, I.B. !989 London: The Pali Text Society.
Närada,
1995. Sang Buddha dan Ajaran-ajarannya 1.
Yayasan Dhammadipa Arama: Jakarta.
Panjika,
1994. Kamus Umum Buddha Dharma. Jakarta:
Tri Sattva Buddhist Centre.
Samyutta Nikaya
(The Book of Kindred Sayings Vol V). Terjemahan David. 1989 London:
Palitext Society.
Supandi, Cunda J. 2001. Tata Baha Pali. Bandung: Karaniya.
Widyadharma, Sumedha. 1979. Riwayat Hidup Buddha Gautama. Jakarta: Club Penyebar Dhamma.
Wijaya-Mukti,
Krishnanda. 2003. Wacana Buddha Dharma.
Yayasan Dharma Pembangunan: Jakarta.
Kusaladhamma,
2006. Kronologi Hidup Buddha. Yayasan
Penerbit Karaniya: Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar