Kata Uposatha berarti masuk untuk berdiam/mendekat pada
guru, dalam hal ini kepatuhan kepada Sila. Hari-hari Uposatha yaitu tanggal 1,
8, 15, 23 pada penanggalan bulan (chandra sengkala). Pada tanggal
tersebut Buddha memperkenankan kepada umat untuk melaksanakan Atthangasila,
sedang bagi para bhikkhu. Buddha mengijinkan untuk melakukan pertemuan setiap
tanggal 1 dan 15 penanggalan bulan. Pada saat Uposatha diadakan pembacaan
Patimokkha bila terdapat ernpat (4) Bhikkhu atau lebih. Kalau hanya dua Bhikkhu
atau tiga Bhikkhu disebut Gana (kelompok)
mereka diperbolehkan saling memberitahukan kemumian masing-masing. Tetapi kalau
hanya seorang Bhikkhu (Puggala) ia
harus membuat tekad dalam dirinya sendiri (Addhitthana).
2. Uposatha Gatha
Demikianlah
yang telah kami dengar:
Pada suatu ketika
Sang Bhagava bersemayam di dekat Savatthi, Taman Anathapindika dekat hutan Jeta. Sang Bhagava
ketika itu bersabda kepada sekelompok bhikkhu, "o para bhikkhu". Mereka menjawab "Ama Bhante", dan Sang
bhagava melanjutkan bersabda, "Hari Uposattha, o para bhikkhu apabila dilaksanakan (Upavuttho)
dengan disertai delapan sifat (Atthangasamannagato), besar hasilnya (Mahaphalo),
besar gunanya (Mahanisamso), besar kemuliaannya (Mahavippharo).
Bagaimana, O para
bhikkhu, hari Uposattha dilaksanakan dengan disertai delapan sifat: besar hasilnya, besar gunanya, besar
kemuliaannya dan besar pancarannya ? Di sini, o para
bhikkhu, seorang siswa Ariya (Ariyasavaka) merenungkan bahwa sepanjang
hidupnya para Arahat telah meninggalkan (Pahaya) pembunuhan, nenahan
diri (Pativirata) diri dari pembunuhan
dan menyimpan pedang dan tongkat, serta berdiam dengan rendah hati (Lajji), ramah-tamah (Dayapanno), penuh
persahabatan dan kasih sayang (Hitanukampi).
Sekarang, Saya
selama siang dan malam ini (Imanca
rattim imanca divasam) juga
akan meninggalkan pembunuhan, menahan diri dari membunuh dan menyimpan
pedang dan tongkat, serta berdiam dengan rendah hati, ramah-tamah, penuh
persahabatan dan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup, maka dengan cara
yang demikian ini saya akan mengikuti contoh dari para Arahat dan melaksanakan hari Uposattha. Inilah sifat yang pertama dari Hari
Uposattha untuk dilaksanakan.
Sepanjang
hidupnya, para Arahat telah meninggalkan pencurian, menahan diri dari mencuri,
mereka mengambil apa yang diberikan (dinnadavi) tidak mencuri dan
bersifat menanti (Dinna patikanhi), tetapi mempertahankan dirinya selama
kesucian. Sekarang saya selama siang dan malam ini akan meninggalkan pencurian,
menahan diri dari mencuri, mengambil apa yang diberikan, tidak mencuri dan
bersifat menanti, mempertahankan diri dalam sifat kesucian, maka dengan cara
ini, saya akan mengikuti contoh dari para Arahat dan melaksanakan Hari
Uposattha. Inilah sifat yang kedua dari
Hari Uposattha untuk dilaksanakan.
Sepanjang
hidupnya, para Arahat telah meninggalkan kehidupan yang tidak Suci (Abrahmacariya),
hidup dengan suci (Brahmacari ara cari), bebas dari nafsu dan hubungan
dengan wanita {Virato methuna gamudhamma). Sekarang saya selama siang
dan malam ini akan meninggalkan keadaan yang tidak suci (Abrahmacariva),
hidup dengan suci (brahmucuri ara cari), bebas dari nafsu dan hubungan
dengan wanita (Virato methunu gamadhamma), maka dengan cara yang
demikian inilah saya akan mengikuti contoh dari para Arahat dan melaksanakan
hari Uposattha. Inilah sifat yang
ketiga dari Hari Uposattha untuk dilaksanakan
Sepanjang
hidupnya, para Arahat telah meninggalkan berbohong, menahan diri dari
berbohong, berbicara dengan benar (Saccavadi), dapat dipercaya (Saccasaddha},
jujur (Theta), pantas dipercaya (Paccayika), tidak pernah
membohongi siapapun di dunia ini (Avisamvadaka lokassa). Sekarang saya
selama siang dan malam ini akan meninggalkan berbohong, menahan diri dari
berbohong, berbicara dengan benar (Saccavadi), dapat dipercaya (Saccasaddha),
jujur (Theta), pantas dipercaya (Paccayika), tidak pernah
membohongi siapapun didunia ini (Avisamvadaka lokassa), maka dengan cara
yang demikian ini, saya akan mengikuti contoh para Arahat dan meiaksanakan hari
Uposattha. Inilah sifat yang
keempat dari Hari Uposattha untuk dilaksanakan.
Sepanjang hidupnya
para Arahat telah meningglkan minum-minuman yang menyebabkan hilangnya
kesadaran/lengah (suramerayamajjapamadathana) dan menahan diri dari
minum-minuman yang menyebabkan hilangnya kesadaran. Sekarang saya selama siang
dan malam ini, akan meninggalkan minum-minuman yang menyebabkan hilangnya
kesadaran/lengah (suramerayamajjapamadatthana) dan menahan diri dari
minum-minuman yang menyebabkan lengah (hilangnya kesadaran), maka dengan cara
yang demikian ini, saya akan mengikuti contoh dari para Arahat dan melaksanakan
Hari Uposattha. Inilah sifat yang kelima dari Hari Uposattha untuk dilaksanakan.
Sepanjang hidupnya para Arahat hanyalah makan
sekali sehari (Ekabhattika), tidak makan di malam hari (Rattuparata),
dan menahan diri dari makan pada waktu yang tidak tepat atau salah (Virata
vikalabhojana). Sekarang saya selama siang dan malam ini, akan makan sekali
sehari (Ekabhattika), tidak makan di malam hari (Rattuparata),
dan menahan diri dari makan pada waktu yang tidak tepat atau salah (Virata
vikalabhojana), maka dengan cara yang demikian ini, saya akan mengikuti
contoh dari para Arahat dan melaksanakan Hari Uposattha. Inilah sifat yang
keenam dari Hari Uposattha untuk dilaksanakan.
Sepanjang hidupnya
para Arahat menahan diri dari melihat pertunjukkan tari-tarian, nyanyian dan
musik (Naccagitavadita), menahan diri dari menggunakan
bunga-bungaan, perhiasan, wangi-wangian dan alat kecantikan. Sekarang selama
siang dan malam ini, akan menahan diri dari melihat pertunjukkan tari-tarian,
nyanyian dan musik (Naccagitavadita), menahan diri dari menggunakan
bunga-bungaan, perhiasan, wangi-wangian dan alat kecantikan, maka dengan cara
demikian ini, saya akan mengikuti contoh para Arahat dan melaksanakan Hari
Uposattha. Inilah sifat yang ketujuh dari Hari Uposattha untuk dilaksanakan
Sepanjang hidupnya
para Arahat telah meninggalkan pemakaian tempat tidur yang tinggi dan besar (Uccasayana
mahasayana), menahan diri dari memakai tempat tidur yang tinggi dan besar,
merebahkan diri pada tempat tidur yang rendah (Nicaseyyam), tempat tidur
yang beralaskan rumput (mancake tina santharake). Sekarang selama siang
dan malam ini, akan meninggalkan pemakaian tempat tidur yang tinggi dan besar (Uccasayana
mahasayana), menahan diri dari memakai tempat tidur yang tinggi dan besar,
merebahkan diri pada tempat tidur yang rendah (Nicaseyyam), tempat tidur
yang beralaskan rumput (mancake tina mantharake), maka dengan cara
demikian ini. saya akan mengikuti contoh para Arahat dan melaksanakan Hari
Uposattha. Inilah sifat yang kedelapan dari Hari Uposattha untuk dilaksanakan o
para bhikkhu.
Hari Uposattha
apabila dilaksanakan dengan disertai delapan sifat adalah besar hasilnya, besar
gunanya dan besar kemuliaannya, besar pancarannya.
Bagaimana besar hasilnya. besar
gunanya, besar kemuliaannya dan besar pancarannya dari Hari Uposatlha?
O para Bhikkhu,
sekalipun seorang memegang kekuasaan (Issara), berkuasa (Addhipacca),
memerintah (Rajjamkaretti), 16 negara berkuasa (Solasannam
Mahajanapadancim), yaitu Aéga, Magadha, Kasi, Kosala, Vajji, Malla,
Vanisa, Kuru, Pancala. Maccha, Surasena, Assaka, Avanti, Gandhara, Kamboja,
kekuasaan yang demikian tidak ada harganya (tidak berharga) seperenam belas
bagian (Kalam nagghatisolasiç) dari Hari Uposattha yang dilaksanakan
dengan delapan sifat itu, mengapa demikian (Tam kissa hetu}?
O para Bhikkhu,
amatlah hina pemerintahan manusia itu apabila dibandingkan dengan kebahagiaan
di alam dewa.
O para Bhikkhu.
setiap 50 tahun di tempat manusia, hanyalah sehari semalam di tempat empat Maha
Raja Deva {Calumaharajika}, bulannya mempunyai 30 malam seperti itu,
tahunnya mempunyai 12 bulan seperti itu, Masa kehidupan di ke Empat Maha Raja
Deva adalah 500 tahun kedevaan. Adalah pasti, O para bhikkhu, apabila seorang
laki-laki atau perempuan melaksanakan Hari Uposattha yang disertai delapan
sifatnya, apabila badan jasmaninya hancur telah meninggal dunia, maka mereka
akan dilahirkan kembali diantara ke Empat Maha Raja Dewa.
Maka berkenan
dengan hal itu, O para hhikkhu, Ku katakan amat hinalah pemerintahan manusia
apabila dibandingkan dengan kebahagiaan di alam dewa.
O para bhikkhu,
setiap 100 tahun ditempat manusia, hanyalah sehari semalam di tempat 33 Dewa (Tavatimsa)
bulannya mempunyai 30 malam seperti itu, tahunnya mempunyai 12 bulan seperti
itu, maka kehidupan adalah 1000 tahun kedewaan. Adalah pasti, o para bhikkhu,
apabila seorang laki-laki atau perempuan melaksanakan Hari Uposattha yang
disertai deiapan sifatnya, apabila badan jasmaninya hancur teiah meninggal
dunia, maka mereka akan dilahirkan kembali diantara 33 Dewa. Maka berkenan
dengan hal itu, o para bhikkhu, Ku katakan amat hinalah pemerintahan manusia
apabila dibandingkan dengan kebahagiaan dialam dewa.
O para bhikkhu.
setiap 200 tahun ditempat manusia, hanyalah sehari semalam di tempat Deva Yama (Yamaku}
bulannya mempunyai 30 maiam seperti itu, tahunnya mempunyai 12 bulan seperti
itu, tahunnya mempunyai 12 buian seperti itu, maka kehidupan adalah 2000 tahun
kedewaan.
Apabila seorang
laki-laki atau perempuan melaksanakan Hari Uposattha yang disertai deiapan
sifatnya, apabila badan jasmaninya hancur telah meninggal dunia, maka mereka
akan dilahirkan kembaii diantara para Deva Yama.
Maka berkenan
dengan hal itu, O para bhikkhu, Ku katakan amat hinaiah pemerintahan manusia
apabila dibandingkan dengan kebahagiaan di alam dewa.
O para bhikkhu,
setiap 400 tahun ditempat manusia, hanyalah sehari semalam di tempat para Dewa
Tusita (Tusitanam}, bulannya mempunyai 30 malam seperti itu, tahunnya
mempunyai 12 bulan seperti itu, maka kehidupan adalah 4000 tahun kedewaan.
Adalah pasti, o
para bhikkhu, apabila seorang laki-laki atau perempuan melaksanakan Hari
Uposattha yang disertai deiapan sifatnya, apabila badan jasmaninya hancur telah
meninggal dunia, maka mereka akan dilahirkan kembali diantara para Dewa Tusita
itu. Maka berkenan dengan hal itu, o para bhikkhu, Ku katakan amat hinalah
pemerintahan manusia apabila dibandingkan dengan kebahagiaan dialam dewa.
O para bhikkhu,
setiap 800 tahun di tempat manusia, hanyalah sehari semalam di tempat yang para
Dewa yang menikmati ciptaannya (Nimmanaratinam}, bulannya mempunyai 30
macam seperti itu, tahunnya mempunyai 12 bulan seperti itu, maka kehidupan
adalah 8000 tahun kedewaan. Adalah pasti, o para bhikkhu, apabila seorang
laki-laki atau perempuan melaksanakan Hari Uposattha yang disertai deiapan
sifatnya, apabila badan jasmaninya hancur telah meninggal dunia, maka mereka
akan dilahirkan kembali diantara para Dewa yang menikmati ciptaannya itu.
Maka berkenan dengan
hal itu, o para bhikkhu, Ku katakan amat hinalah pemerintahan manusia apabila
dibandingkan dengan kebahagiaan di alam dewa. O para bhikkhu, setiap 16000
tahun ditempat manusia, hanyalah sehari semalam di tempat para Dewa yang
mempunyai kekuasaan atas ciptaannya Dewa yang lainnya (paranimitavasavatlmam),
bulannya mempunyai 30 malam seperti itu, tahunnya mempunyai 12 bulan
seperti itu, maka kehidupan adalah 16000 tahun kedewaan.
Adalah pasti, o
para bhikkhu, apabila seorang laki-laki atau perempuan meiaksanakan Hari
Uposattha yang disertai deiapan sifatnya, apabila badan jasmaninya hancur telah
nieninggal dunia, maka mereka akan dilahirkan kembali diantara para Dewa. Maka
berkenan dengan hal itu, o para bhikkhu, Ku katakan amat hinalah pemerintahan manusia apabila dibandingkan
dengan kebahagiaan dialam dewa.
Tidak membunuh
makhluk hidup dan tidak mengamhil apa yang tidak diberikan, menghindari
hubungan seks, menghindari yang tidak suci, menahan diri hubungan dengan
wanita, tidak berbicara bohong, tidak minuin minuman yang mengakibatkan
turunnya kesadaran, tidak makan di malam hari atau pada waktu yang salah (tidak
pantas), tidak menggunakan perhiasan, tidak memakai bau-bauan, tidur di tempat
yang dibuat dari rumput di atas tanah. Sesungguhnya deiapan rangkaian ini
disebut Uposattha.
Telah diajarkan
oleh Sang Buddha, Beliau yang telah mengakhiri penderitaan. Kedua, bulan dan
matahari adalah indah dilihat dan bersinar. Melalui langit, mereka berputar
sejauh-jauhnya, mengusir kegelapan. Pada setiap alam mereka memancarkan cahaya.
Di dalam dunia ini terdapat harta kekayaan, permata, mutiara, batu kumala, batu
keuntungan, emas singi, dan emas-emasan, disebut Jata, Kancana, Hataka.
Tetapi semuanya
ini tidak berharga seperenam belas bagian dari melaksanakan Hari Uposattha yang
disertai dengan deiapan sifatnya. Seperti seribu bulan dan semua bintang hal
ini dapat dibandingkan. Karena itu semua laki-laki dan perempuan yang bermoral,
yang melaksanakan Hari Uposattha di dalam delapan cara ini, membuat jasa dan
menghasilkan kebahagiaan tanpa cela dan akan sampai ke alam Dewa yang penuh
dengan kebahagiaan.
(Aéguttara Nikaya IV. 248-255).
0 komentar:
Posting Komentar