TIGA KERANGKA DASAR AGAMA BUDDHA
Sebagai
umat baragama Buddha, dalam upaya kita untuk dapat menghayati dan mengamalkan
Buddha Dharma secara bulat dan utuh, kita harus dapat memahami ajaran agama
Buddha yang merupakan kerangka dasar dari agama Buddha, yakni ajaran tentang Sradha
(Saddha), Sila dan Bhakti. Tiga kerangka dasar agama Buddha ini
merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lainnya. Didalam mempelajari agama Buddha untuk dapt memahaminya
dan kemudian menghayati serta mengamalkannya secara bulat dan utuh, kita harus
mempelajari ajaran tentang Sradha, Sila dan Bhakti.
SADDHA (SRADHA)
Selaku
umat Buddha kita wajib mempunyai keyakinan atau iman yang didalam agama Buddha
disebut Sradha (Saddha) yang berarti keyakinan, kepercayaan yang
dimiliki oleh umat Buddha, berdasarkan atas pengertian yang benar, bukan
kepercayaan yang membuta yang tidak berdasarkan atas pengertian yang benar.
Timbulnya Sradha
(Saddha)
Sradha itu
timbul didalam diri kita:
Pertama:
Karena kita datang, melihat dan mengalami sendiri kejadian tersebut yang sering
disebut dengan "Ehipassiko". Misalnya untuk mengetahui akibat dari
letusan gunung berapi, kita datang, melihat dan mengalami sendiri (Ehipassiko),
sehingga dengan demikian kita benar-benar mempunyai keyakinan bahwa musibah
sebagai akibat dari meletusnya gunung berapi sungguh sangat menyedihkan sekali.
Kedua:
Karena kita percaya kepada orang yang mengajarkan dharma itu, yaitu Sang
Buddha. Kepercayaan dan keyakinan itu timbul setelah membaca dan mempelajari
riwayat Sang Buddha dan kemudian menghayati dan mengamalkan ajaranNya.
Ketiga:
Karena kita melihat adanya gejala-gejala atau tanda-tanda yang timbul. Misalnya
kita melihat adanya api keluar dari liubang kepundan gunung berapi disertai
dengan suara ledakan yang dahsyat. dengan melihat tanda-tanda ini kita
mengetahui bahwa gunung berapi meletus.
Dari
ketiga hal yang dapat menimbulkan Sradha tersebut, yang terpenting adalah
Sradha yang timbul dari Ehipassiko, yakni datang, melihat dan mengalami.
Karena itu bilamana kita hendak membuktikan kebenaran dari Buddha Dharma, kita
harus dapat menghayati dan mengamalkannya sendiri secara terus-menerus dan
berkesinambungan. Kebenaran ajaran agama, tidak dapat diketahui dalam waktu
yang singkat, tidak seperti kita menggigit sebuah cabe, begitu tegigit sudah
terasa pedasnya, tetapi kita bar dapat mengetahuinya dalam jangka waktu yang
lama. Kebenaran ajaran agama dapat terbukti melalui pengalaman yang
terus-menerus dan kontinu yang kemudian tercermin dalam tingkah laku dan sikap
kita.
Sad-Saddha
(Sradha)
Sebagai
umat beragama Buddha, kita wajib memiliki enam keyakinan yang disebut Sad-Saddha:
Keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Keyakinan
terhadap Tri Ratna/Ti Ratana.
Keyakinan
terhadap adanya Bodhisattva, Arahat dan Buddha.
Keyakinan
terhadap adanya Hukum Kesunyataan.
Keyakinan
terhadap Kitab Suci.
Keyakinan
terhadap Nirvana/Nibbana.
SILA
Disamping
kita wajib memiliki keyakinan terhadap Sad-Saddha, kita juga berkeyakinan
unutuk berusaha melaksanakan Sila dalam kehidupan kita. Sila adalah
perbuatan yang baik, yang dilakukan melalui pikiran, ucapan dan badan jasmani,
yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Manusia susila menurut agama
Buddha ialah manusia yanng dapat berkata dan berbuat serta berpenghidupan yang
benar. Selanjutnnya sebagai umat beragama Buddha kita wajib memahami dan
melaksanakan tata kebaktian dan upacara agama Buddha, yang termaktub dalam
ajaran tentang Bhakti.
Jadi
sebagai umat Buddha kita harusnya dapat menghayati dengan hati nurani kita
tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa, Tri Ratna, adanya para Bodhisattva, Arahat
dan Para Buddha, tentang adanya Hukum Kesunyataan dan tentang kebenaran dari
Kitab Suci agama Buddha serta tentang adanya Nirvana/Nibbana. Disamping itu
kita berkewajiban untuk selalu berusaha untuk dapat melaksanakan Sila, yakni
Berkata, Berbuat dan Berpenghidupan yang benar dan mempunyai rasa sujud dan
Bhakti kepada yang wajib kita hormati dan kita sujudi, yang kita lakukan
melalui kebaktian, baik di Vihara, Cetiya, maupun ditempat lainnya.
BHAKTI
Kerangka
dasar yang ketiga adalah Bhakti. Bhakti artinya ritual, puja bhakti,
sembahyang. Semua agama memiliki tata puja bakti dan tata upacara. Kerangka
dasar agama Buddha yakni Saddha, Sila dan Bhakti merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena itu
kita wajib menghayati dan mengamalkan Saddha, Sila dan Bhakti ini.
0 komentar:
Posting Komentar