STRATEGI PEMBELAJARAN AGAMA BUDDHA
Agama Buddha adalah agama yang terbuka
untuksiapa saja. Namun, sasaran pembabaran Dhamma atau ajaran-Nya yang sulit
dimengerti, tidak mudah diterima oleh sembarangan orang yang sangat banyak
nafsu belenggu. Dhamma atau ajaran sang
Buddha dapat mudah dimengerti oleh orang-orang yang sedikit debu
dimatanya, maksudnya orang yang dapat
mengendalikan nafsu dan tetap sadar. Ajaran sang Buddha sangat meluas dan
universal dan cukup rumit, maka dari itu strategi untuk memperlajari agama Buddha
ini sangat perlu dipelajari agar tidak timbul
salah presepsi yang mengakibatkan orang-ornag berpandangan salah.
Seperti sang Buddha ia tidak akan membabarkan dhamma dihadapan siapa saja yang
ia temui, maka ia membuat strategi pembelajaran, yaitu perencanaan untuk
mengajarkan dhamma.
Perencanaan
Suatu perencanaan merupakan unsure utama
yang paling penting dalam melakukan suatu kegitan karena perencanaan mengandung
tujuan, kebijaksanaan, dan cara mencapai tujuan itu sendiri. Dalam perencanaan
Buddha mempertimbangkan situasi permasalahan dengan hambatan dan potensi-Nya.
Ia menghindari ketidakpastian, dan sebaliknya memastikan prospek perkembangan
pada masa yang akan datang. Dengan bahasa
kita sekarang lebih memilih alternatif yang terbaik sehingga dapat memanfaatkan
sumber daya dengan efektif.
Setiap orang memiliki masalah sendiri,
masing-masing bias berbeda pendapat dan Buddha tidak mengabaikannya. Setiap
orang bisa berbeda kebutuhan dan keinginan, karena orang mempunyai keunikan
sendiri. Buddha mempertimbangkan keunikan yang dimiliki setiap orang itu.
Merencanakan pertolongan atau bantuan termasuk dalam bidang pendidikan,
terutama pendidikan Buddhis. Saat kita membantu perlu memperhatikan pendapat
dan keinginan orang yang perlu dibantu dan di didik, sedangkan peserta didik
harus tahu mengapa ia ingin belajar dan diajar, hal seperti ini diperlukan
motivasi, motivasi yang kuat dapat memberikan energi yang besar untuk melakukan
kegiatan belajar. Suatu stretegi belajar pendidikan harus dimulai dengan memotivasi.
Agar kegiatan belajar dapat berjalan
dengan baik, sangat diperlukan sebuah persiapan yang matang, ini juga merupakan
faktor pendukung selain perencanaan diatas. Selain perencanaan dan persiapan,
kondisi fisik dan pskologi juga saling berhubungan. Sedangkan faktor lingkungan
juga faktor penting dalam melakukan suatu kegiatan belajar mengajar, baik
lingkungan sosial, ekonomi, budaya, dan tempat yang terkait dengan situasi dan
kondisi.
Strategi
pendekatan
Karena setiap manusia memiliki keunikan
dan berbeda keinginan dan kebutuhan. Pendekatan terhadap peserta didik sangat
perlu diperhatikan, agar kita bisa mengerti berbagai potensi atau kapasitas,
kebutuhan, sifat/karakter, dan minat peserta didik. Setiap orang wajib diterima
sebagaimana adanya dengan kelebihan dan kekurangan dan kekuatan atau
kelemahan., cara mendidik pun bermacam-macam agar peserta didik mendapat
manfaat yang sebesar-besarnya.
Pendidikan diberikan secara sistematis
dengan langkah bertahap. Suatu kegiatan harus dimulai dengan sasaran-sasaran
yang mudah dicapai, agar memberi pengalaman berhasil yang mendorong
langkah-langkah berikutnya. Cara bertahap seperti kita memperlakukan anak
hilang yang baru kembali, perlu penyesuaian diri, selangkah demi selangkah
diberi kesempatan untuk menenangkan diri. Keterampilan dalam cara pendekatan
pun mempengaruhi dan berhubungan, karena menyangkut dengan apa yang dinamakan “Upaya Kausala” yang artinya cara untuk
mencapai hal yang harus dicapai. Pengertian diatas merupakan cara untuk
mencapai tujuan, yaitu Nibbana atau kebebasan. Istilah ini juga sering
diartikan sebagai kepandaian atau keterampilan untuk membuat yang lain mencapai
tujuan.
Belajar tidak hanya mengingat dan
mengetahui tetapi harus dilaksanakan, seperti dalam Dhammapada (19) tertulis “
meskipun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak sesuai dengan
ajarannya, orang lengah itu sama seperti gembala yang menghitung sapi orang
lain, ia tidak akan memperoleh kehidupan suci”. Dalam pendidikan membangun jiwa
tidak mungkin tanpa membangun raga, dan membangun raga tidak mungkin tanpa
membangun jiwa.
untuk mendekati peserta didik strategi
pendekatan harus diperhatikan seperti dibawah ini:
1. Pendekatan
halus atau positif, yaitu menunjukkan apa yang baik dan hasilnya menimbulkan
kesenangan atau keuntungan.
2.
Pendekatan kasar atau negative, yaitu
menunjukkan apa yang tidak baik dan menimbulkan penderitaan atau kesusahan.
3.
Gabungan dari pendekatan halus dan kasar.
Tentu saja peserta didik tidak kehilangan kebebasannya,
tetapi mereka harus memahami konsekuensi yang akan dihadapi dan dipilihnya,
agar tidak mengakibatkan seorang siswa didik merasa tidak diperhatikan atau
dipedulikan atau dimasabodohkan.
Pendekatan halus memiliki beberapa sifat,
yaitu pendekatan halus berupa fasilitasi yang bersifat informative, dan tujuan
pencapaian ditetapkan sendiri oleh peserta didik. Yang kedua pendekatan berupa
persuasive yang bersifat mengajak atau melalui argumentasi atau diskusi, dengan
memberikan alasan dan prospek baik yang menyakinkan. Cara persuasif juga
merupakan manipulasi, tetapi bukan manupulasi kecurangan atau dusta yang
merugikan seseorang, melainkan manipulasi disini merupakan upaya untuk
mempengaruhi perilaku, sikap, dan pendapat orang lain tanpa sepengetahuan atau
disadari orang tersebut.
Demikian juga pendekatan kasar, pendekatan
kasar memiliki sifat yaitu sifat koersi yang merupakan sifat memaksa, apakah
itu intruksi, hokum, atau kontrak, selalu diikuti sanksi. Pendekatan kasar
ditemukan pada ajaran tentang perbuatan yang menghasilkan perbuatan buruk dan kelahiran
dialam-alam binatang atau pun neraka. Ini merupakan strategi-strategi pendekatan
untuk para peserta didik. Tujuan dari strategi pendekatan dalam pendidikan ini
merupakan untuk membuat fondasi yang kuat dalam bidang pendidikan Buddha
terutamanya agar tidak terpengaruh dengan keadaan yang lebih mengutamakan
materi dan budaya luar yang mengakibatkan ketinggalan dalam hal pendidikan.
Metode Pengajaran
Penyampaian ajaran
dilakukan kepada siswa didik dengan pendekatan individu atau kelompok.
Penyampaian meteri diberikan secara sistematis agar mudah dipahami dan diingat.
Buddha sering mengulang khotbanya yang penting pada berbagai kesempatan.
Pengungkapan konsep terkadang juga kekurangan kata-kata, karena itu memakai
ungkapan atau perumpamaan, contoh-contoh, sinonim, visualisasi, atau
dipergunakan juga dalam memberi penjelasan. Buddha jua mengizinkan orang yang
mempelajari ajaran-Nya untuk menggunakan
bahasan masing-masing, tehnik-tehnik semacam ini memudahkan para peserta didik
untuk memahami apa yang telah diajarkan. Selain itu, komunikasi yang baik akan
membawa keberhasilan dalam proses belajar mengajar, dengan menggunakan diskusi
dan debat merupakan cara yang efektif
untuk mengembangkan potensi selama tidak mengabaikan manfaatnya.
Agar memperoleh pengartian
yang benar, diperlukan kesaksian dari orang lain dan pengamatan atau perenungan
sendiri yang setepat-tepatnya secara bijaksana, sikap yang memiliki sifat suka
dan tidak suka, kebencian, kegelapan batin, dan ketakutan dapat merintangi
seseorang untuk memahami kebenaran apa
adanya. Setiap peserta didik memerlukan pengalaman belajar baik individu dan
kelompok untuk dapat mengembangkan latihan sesuai denagn kebutuhan
masing-masing agar memahami masalah dan dapat memecahkan masalah.
Dalam stetegi pendidikan
cara-cara diatas sangat mempengaruhi kemajuan pendidikan di Indonesia, terutama
pendidikan agama Buddha agar para peserta didik dapat mengembangkan potensi
yang ada didalam diri mereka masing-masing dan nantinya dapat meneruskan ajaran
yang mereka dapatkan ke generasi selanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar