Selasa, 11 Februari 2014

STRATEGI PEMBELAJARAN

STRATEGI PEMBELAJARAN AGAMA BUDDHA

Agama Buddha adalah agama yang terbuka untuksiapa saja. Namun, sasaran pembabaran Dhamma atau ajaran-Nya yang sulit dimengerti, tidak mudah diterima oleh sembarangan orang yang sangat banyak nafsu belenggu. Dhamma  atau ajaran sang Buddha dapat mudah dimengerti oleh orang-orang yang sedikit debu dimatanya,  maksudnya orang yang dapat mengendalikan nafsu dan tetap sadar. Ajaran sang Buddha sangat meluas dan universal dan cukup rumit, maka dari itu strategi untuk memperlajari agama Buddha ini sangat perlu dipelajari agar tidak timbul  salah presepsi yang mengakibatkan orang-ornag berpandangan salah. Seperti sang Buddha ia tidak akan membabarkan dhamma dihadapan siapa saja yang ia temui, maka ia membuat strategi pembelajaran, yaitu perencanaan untuk mengajarkan dhamma.

Perencanaan

Suatu perencanaan merupakan unsure utama yang paling penting dalam melakukan suatu kegitan karena perencanaan mengandung tujuan, kebijaksanaan, dan cara mencapai tujuan itu sendiri. Dalam perencanaan Buddha mempertimbangkan situasi permasalahan dengan hambatan dan potensi-Nya. Ia menghindari ketidakpastian, dan sebaliknya memastikan prospek perkembangan pada masa yang akan datang. Dengan bahasa  kita sekarang lebih memilih alternatif yang terbaik sehingga dapat memanfaatkan sumber daya dengan efektif.
Setiap orang memiliki masalah sendiri, masing-masing bias berbeda pendapat dan Buddha tidak mengabaikannya. Setiap orang bisa berbeda kebutuhan dan keinginan, karena orang mempunyai keunikan sendiri. Buddha mempertimbangkan keunikan yang dimiliki setiap orang itu. Merencanakan pertolongan atau bantuan termasuk dalam bidang pendidikan, terutama pendidikan Buddhis. Saat kita membantu perlu memperhatikan pendapat dan keinginan orang yang perlu dibantu dan di didik, sedangkan peserta didik harus tahu mengapa ia ingin belajar dan diajar, hal seperti ini diperlukan motivasi, motivasi yang kuat dapat memberikan energi yang besar untuk melakukan kegiatan belajar. Suatu stretegi belajar pendidikan harus dimulai dengan memotivasi.

Agar kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik, sangat diperlukan sebuah persiapan yang matang, ini juga merupakan faktor pendukung selain perencanaan diatas. Selain perencanaan dan persiapan, kondisi fisik dan pskologi juga saling berhubungan. Sedangkan faktor lingkungan juga faktor penting dalam melakukan suatu kegiatan belajar mengajar, baik lingkungan sosial, ekonomi, budaya, dan tempat yang terkait dengan situasi dan kondisi.

Strategi pendekatan

Karena setiap manusia memiliki keunikan dan berbeda keinginan dan kebutuhan. Pendekatan terhadap peserta didik sangat perlu diperhatikan, agar kita bisa mengerti berbagai potensi atau kapasitas, kebutuhan, sifat/karakter, dan minat peserta didik. Setiap orang wajib diterima sebagaimana adanya dengan kelebihan dan kekurangan dan kekuatan atau kelemahan., cara mendidik pun bermacam-macam agar peserta didik mendapat manfaat yang sebesar-besarnya.
Pendidikan diberikan secara sistematis dengan langkah bertahap. Suatu kegiatan harus dimulai dengan sasaran-sasaran yang mudah dicapai, agar memberi pengalaman berhasil yang mendorong langkah-langkah berikutnya. Cara bertahap seperti kita memperlakukan anak hilang yang baru kembali, perlu penyesuaian diri, selangkah demi selangkah diberi kesempatan untuk menenangkan diri. Keterampilan dalam cara pendekatan pun mempengaruhi dan berhubungan, karena menyangkut dengan apa yang dinamakan “Upaya Kausala” yang artinya cara untuk mencapai hal yang harus dicapai. Pengertian diatas merupakan cara untuk mencapai tujuan, yaitu Nibbana atau kebebasan. Istilah ini juga sering diartikan sebagai kepandaian atau keterampilan untuk membuat yang lain mencapai tujuan.
Belajar tidak hanya mengingat dan mengetahui tetapi harus dilaksanakan, seperti dalam Dhammapada (19) tertulis “ meskipun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak sesuai dengan ajarannya, orang lengah itu sama seperti gembala yang menghitung sapi orang lain, ia tidak akan memperoleh kehidupan suci”. Dalam pendidikan membangun jiwa tidak mungkin tanpa membangun raga, dan membangun raga tidak mungkin tanpa membangun jiwa.
 untuk mendekati peserta didik strategi pendekatan harus diperhatikan seperti dibawah ini:
1.      Pendekatan halus atau positif, yaitu menunjukkan apa yang baik dan hasilnya menimbulkan kesenangan atau keuntungan.
2.      Pendekatan kasar atau negative, yaitu menunjukkan apa yang tidak baik dan menimbulkan penderitaan atau kesusahan.
3.      Gabungan dari pendekatan halus dan kasar.
Tentu saja peserta didik tidak kehilangan kebebasannya, tetapi mereka harus memahami konsekuensi yang akan dihadapi dan dipilihnya, agar tidak mengakibatkan seorang siswa didik merasa tidak diperhatikan atau dipedulikan atau dimasabodohkan.

Pendekatan halus memiliki beberapa sifat, yaitu pendekatan halus berupa fasilitasi yang bersifat informative, dan tujuan pencapaian ditetapkan sendiri oleh peserta didik. Yang kedua pendekatan berupa persuasive yang bersifat mengajak atau melalui argumentasi atau diskusi, dengan memberikan alasan dan prospek baik yang menyakinkan. Cara persuasif juga merupakan manipulasi, tetapi bukan manupulasi kecurangan atau dusta yang merugikan seseorang, melainkan manipulasi disini merupakan upaya untuk mempengaruhi perilaku, sikap, dan pendapat orang lain tanpa sepengetahuan atau disadari orang tersebut.

Demikian juga pendekatan kasar, pendekatan kasar memiliki sifat yaitu sifat koersi yang merupakan sifat memaksa, apakah itu intruksi, hokum, atau kontrak, selalu diikuti sanksi. Pendekatan kasar ditemukan pada ajaran tentang perbuatan yang menghasilkan perbuatan buruk dan kelahiran dialam-alam binatang atau pun neraka. Ini merupakan strategi-strategi pendekatan untuk para peserta didik. Tujuan dari strategi pendekatan dalam pendidikan ini merupakan untuk membuat fondasi yang kuat dalam bidang pendidikan Buddha terutamanya agar tidak terpengaruh dengan keadaan yang lebih mengutamakan materi dan budaya luar yang mengakibatkan ketinggalan dalam hal pendidikan.
Metode Pengajaran
Penyampaian ajaran dilakukan kepada siswa didik dengan pendekatan individu atau kelompok. Penyampaian meteri diberikan secara sistematis agar mudah dipahami dan diingat. Buddha sering mengulang khotbanya yang penting pada berbagai kesempatan. Pengungkapan konsep terkadang juga kekurangan kata-kata, karena itu memakai ungkapan atau perumpamaan, contoh-contoh, sinonim, visualisasi, atau dipergunakan juga dalam memberi penjelasan. Buddha jua mengizinkan orang yang mempelajari ajaran-Nya  untuk menggunakan bahasan masing-masing, tehnik-tehnik semacam ini memudahkan para peserta didik untuk memahami apa yang telah diajarkan. Selain itu, komunikasi yang baik akan membawa keberhasilan dalam proses belajar mengajar, dengan menggunakan diskusi dan debat merupakan cara yang efektif  untuk mengembangkan potensi selama tidak mengabaikan manfaatnya.
Agar memperoleh pengartian yang benar, diperlukan kesaksian dari orang lain dan pengamatan atau perenungan sendiri yang setepat-tepatnya secara bijaksana, sikap yang memiliki sifat suka dan tidak suka, kebencian, kegelapan batin, dan ketakutan dapat merintangi seseorang  untuk memahami kebenaran apa adanya. Setiap peserta didik memerlukan pengalaman belajar baik individu dan kelompok untuk dapat mengembangkan latihan sesuai denagn kebutuhan masing-masing agar memahami masalah dan dapat memecahkan masalah.

Dalam stetegi pendidikan cara-cara diatas sangat mempengaruhi kemajuan pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan agama Buddha agar para peserta didik dapat mengembangkan potensi yang ada didalam diri mereka masing-masing dan nantinya dapat meneruskan ajaran yang mereka dapatkan ke generasi selanjutnya.

0 komentar:

Posting Komentar