SEJARAH PENDIDIKAN BUDDHIS DIINDONESIA
A. Pendidikan
Masa Hindu-Buddha
Sistem pendidikan pada masa lalu baru dapat terekam dengan baik pada masa
Hindu-Buddha. Menurut Agus Aris Munandar dalam tesisnya yang berjudul Kegiatan
Keagamaan di Pawitra Gunung Suci di Jawa Timur Abad 14—15(1990). Sistem
pendidikan Hindu-Buddha dikenal dengan istilah karsyan. Karsyan
adalah tempat yang diperuntukan bagi petapa dan untuk orang-orang yang
mengundurkan diri dari keramaian dunia dengan tujuan mendekatkan diri dengan
dewa tertinggi. Karsyan dibagi menjadi dua bentuk yaitu patapan dan mandala.
Patapan
memiliki arti tempat bertapa, tempat dimana seseorang mengasingkan diri untuk
sementara waktu hingga ia berhasil dalam menemukan petunjuk atau sesuatu yang
ia cita-citakan. mandala merupakan tempat suci yang menjadi pusat
segala kegiatan keagamaan, sebuah kawasan atau kompleks yang diperuntukan untuk
para wiku/pendeta, murid, dan mungkin juga pengikutnya. Mereka hidup
berkelompok dan membaktikan seluruh hidupnya untuk kepentingan agama dan nagara.
Mandala tersebut dipantara mandala dan nagara
tentunya mempunyai sifat saling ketergantungan. Nagara memerlukan mandala
untuk dukungan yang bersifat moral dan spiritual, mandala dianggap
sebagai pusat kesaktian, dan pusat kekuatan gaib.
B.Buddhisme sebagai pendidikan
alternatif di Indonesia
Umat Buddha di Indonesia dapat mulai memanfaatkan ajaran Buddha sebagai
salah satu pendidikan alternatif. Dalam krisis moneter ini, para lulusan SMA
yang tidak dapat meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi, dapat melirik
dan memanfaatkan vihara, cetiya, organisasi Buddhis sebagai pendidikan transisi
selama setahun. Dengan mempelajari ajaran Buddha selama setahun penuh, kiranya
akan timbul bibit-bibit unggul yang siap membabarkan dhamma di persada nusantara
Serupa dengan umat Islam, yang membangun pesantren sebagai basis
pendidikannya., umat Buddha nampaknya suda saatnya membangun
padepokan-padepokan sebagai institusi pendidikan agama Buddha; dan lebih baik
lagi di areal padepokan tersebut dibangun cetiya atau vihara dengan bhikkhu
yang menetap dan membimbing kehidupan spiritual siswa-siswanya. Guru-gurunya
dapat diperoleh dari pandita-pandita yang aktif memberikan ceramah, di samping
pengurus padepokan. Padepokan ini dapat berfungsi pula sebagai asrama bagi
siswa-siswi yatim piatu. Aktivitas dalam padepokan tersebut tidak hanya
pendidikan agama Buddha, tapi juga aktivitas lainnya seperti: kesenian, bahasa
Inggris, kepemimpinan, teknik berceramah dan ketrampilan modern lainnya.
Setelah setahun di padepokan ini.
C. KERAJAAN SRIWIJAYA Dan MAJAPAHIT
Sejarah pendidikan buddhis indonesia diawali dengan
berdirinya kerajaan-kerajaan buddha yang dibawah oleh pedagang/ pendeta.
Beberapa kerajaan yang berbasis buddhis yang ada di indonesia antara lain:
1
Kerajaan Sriwijaya yang berdiri abad ka-7 sampei tahun
1377 terletak disekitar kota palembang sumatra selatan. Sriwijaya bukan saja
termasyu karena angkata perangnya, kususnya angkatan launya tetapi sriwijaya
juga pernah menjadi pusat perkembangan agama buddha dikota kerajaan sriwijaya
terdapat perguruan tinggi agama buddha. Diperguruan tinggi tersebut anyak biksu-biksu yang belajar berbagai macam
ilmu agama dan ilmu pengetahuan lainya. Guru besar yang terkenal yang pernah
mengajar agama buddha pada zaman
sriwijaya antaralain Darmapala dan Sakyakirti.
Kerajaan sriwijaya mempersatukan nusantara
dan dikenal sebagai negara kesatuan nusantara 1, dan pusatnya dipulau sumatra.
2
Kerajaan Majapahit
Terletak di jawa timur pada tahun 1292-1478 merupakan negara
kesatuan nusantaraII, yang dibangun oleh umat buddha dan hindu dan berhasil
memasuki jaman keemasanya kejayaan keprabuan majapahit terwujut antaralain
disebabkan karena adanya kerukunan
antara umat buddha dan hindu yang hindu berdampingan dalam pemerintahan yang
dipimpin oleh maha raja Hayam wuruk dengan mahapatihnya yang ber nama Gajah
mada. Namun ketika pada zaman penjajahan dapat dikatakan agama buddha udah
sirnah.dan pada zaman penjajahan di indonesia hanyadi kenal tiga agama yaitu
Keristen protestan, Katolik dan Islam.
D. Y.A. Maha Biksu
Asin Jinarakkhita
Bhante Asin Jinarakkhita lahir di bogor pada tahun
1923 dan menjadi putra pertama di indonesia yang menjadi seorang biksu sejak
berahirnya kerajaan majapahit. Ia merupakan pelopor tumbuh kembangnya kembali agama
buddha.
Sekaliun perkembangan agama buddha di indonesia di jaman kemerdekaan tidak
terlepas dari budaya asing oleh Bhante Asin Jinarakkta umat buddha selalu di dorong dan di ajak untuk mengenali
kembali nilai –nilai wasrisan luhur bangsa indonesia sendiri. Sumbangsinya terutama
di bidang pendidikan dan sepiritual.
Organisasi
pendidikan
- Lembaga Agama
Sangha merupakan organisasi para bikkhu yang melembagakan kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan terpusat di wihara, tempapat tinggal anggota sangha,sangha tidak hanya
mendidik para bikkhu tetapi juga umat rumah tangga.
- Lembaga Sekolah
Pada dasarnya
pendidikan tidak terpisahkan dari penyiaran agama. Di Indonesia dewasa ini
pendidikan agama buddha diberikan lewat industri agama dan sekolah-sekolah.
Sedangkan penyiaranya sudah manfaatkan mediamasa dan media informasi moderen.
E. Perguruan
Tinggi Agama Buddha
1)
Smaratungga, Boyolali yang didirikan pada tahun 1985
2)
Nalanda,jakarta yang berdiri pada tahun 1979
3)
Sriwijaya, Tangerang Banten yang berdiri tahun 2002
4)
Kertajasa batu,Malang yang berdiri tahun 2000
5)
Maitreaya wira, Jakarta barat yang berdiri pada tahun
2008
6)
Duta Vira, jakarta barat yang berdirin pada tahun 2005
7)
Maha prajna, jakara, Cilincing yang berdiri pada tahun 2001
8)
Jinarakkhita, Lampung yang berdiri pada tahun 2004
9)
Bodhi Dharma, Medan
10) Rade Wijaya
F. Buddhisme
Sebagai Pendidikan
Pada waktu lampau, siswa-siswa sekolah dasar terlatih baik dan mampu
menahan nafsu-nafsu indrawi. Sekolah menekankan pentingnya konsentrasi dan
kebijaksanaan. Anak-anak mulai mengenal sekolah pada usia 7 tahun. Mereka
diharuskan tinggal di sekolah dan diperbolehkan pulang pada waktu liburan saja.
Mereka diajarkan cara berinteraksi dengan benar dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya sopan santun terhadap guru dan teman sekolahnya. Ketika mereka kembali
ke rumah, mereka mempraktikkan respek dan bakti kepada orangtua dan
saudara-saudaranya.
G. Organisasi Pendidikan Cina
Master Chin Kung menceritakan organisasi pendidikan di Cina sebagai
berikut: Pendidikan buddhis berdasarkan bakti, serupa dengan budaya Cina.
Ketika rahib buddhis datang dari India ke Cina untuk mendiskusikan agama Buddha
dengan pemerintah, segera tampak bahwa Buddhisme serupa dengan tradisi
Konfusianisme. Akibatnya, mereka diminta pemerintah Cina untuk menetap secara
permanen.
Bhikkhu pertama yang datang ke Cina adalah Moton dan Chufarlan. Mereka
diterima oleh "Hong-Lu-Si", setara dengan Kementerian Luar Negeri
atau Kementerian Negara. "Si" digunakan untuk menteri dalam
pemerintahan. Pimpinan Hong-Lu-Si setara dengan menteri luar negeri. Tetapi,
Hong-Lu-Si hanya menerima tamu asing sementara. Untuk memperbolehkan mereka
menetap secara permanen, Kaisar menambahkan kementerian lainnya,
"Bai-Ma-Si", yang bertugas untuk pendidikan Buddhis. Pada awalnya,
"Si" tidak berhubungan dengan vihara atau kuil.
Master Chin Kung melihat adanya empat tipe Buddhisme sekarang ini.
Pertama, Buddhisme religius, yang dapat dilihat pada sebagian kuil di Taiwan.
Kedua, Buddhisme akademis yang diajarkan di universitas, dimana Buddhisme
diperlakukan sebagai filsafat, pencapaian akademis, khususnya dijumpai di
Jepang. Ketiga, total degenerasi Buddhisme ke dalam klenik (cult). Tipe
inilah yang paling merusak pandangan Buddhisme. Keempat, Buddhisme tradisional,
memuat ajaran murni Buddha Shakyamuni, yang jarang ditemui dewasa ini.
0 komentar:
Posting Komentar