PENDIDIKAN YANG IDEAL
Dalam
Mensosialisasikan ajaran sang buddha menggunakan berbagai sistem pendekatan
yang metodologis untuk pengajaran secara sederhana dan dapat diringkas sebagai
berikut:
- PENDEKATAN YANG BERTAHAP
Untuk
menyampaikan dhamma sang buddha menggunakan pendekatan psikologis,sesuai dengan
latar belakang mereka dan menjelaskan materi pokok secara mendalam, terperinci dan
jelas sehingga tidak dapat menimbulkan keraguan yang dapat menyebabkan mereka
mengabaikannya. dengan cara ini sang buddha mulai mangajar pada pendengarnya
unyuk melakukan perbuatan kebajikan seperti kejujuran dan kedermawanan.sang
buddha menjelaskan bahwa surga dapat dicapai dengan menjalankan kehidupan yang
benar dan bersungguh-sungguh selama masih ada didunia ini,lalu sang buddha
mengajarkan pada inti ajarannya yakni empat kebenaran mulia.setelah itu sang
buddha memulai dengan tahap-tahap berikutnya tentang sebab awal dari
penderitaannya yang di jelaskan dengan nyata, kemudian penyebab penderitaannya
dan cara mengatasi penderitaan tersebut.
- PENDIDIKAN PENYESUAIAN
Kondisi dan
situasi saat ini yang juga merupakan kondisi yang ideal dimana sesuai dengan
sang buddha mengajarkan dhamma kepada masyarakat(jambudipa) pada wakyu
itu.dengan cara pendekatan yang ideal kepada pendengarnya atau orang berlawanan
pandangannya, sang buddha menggunakan pendekatan penyesuaian oleh: T.W. Rhys
davids menyebutkan sebagai” menuang minuman anggur yang baru kedalam botol yang
sudah usang. atau dengan kata lain sesuai dengan kondisi ideal yang digunakan
oleh sang buddha ketika mengajarkan dhammanya pada saat itu. beliau
menyesuaikan praktik dan gagasan yang sudah ada, dengan menyampaikan kotbahnya
sesuai dengan karakter pendengarnya.suatu metode yang dikenal dengan :
uppaya-kosalla.yaitu keterampilan yang bijaksana untuk mengubah cara pandang
masyarakat, dengan demikian sang buddha mempunyai kemampuan untuk membaca
karakter seseorang.yaitu dengan menjelaskan tentang “ dharma brahmavihara”.
yaitu empat kebajikan luhur.
- PENDEKATAN ILUSTRASI
Pendekatan ini
dengan menggumakan analogi,kiasan, cerita perumpamaan yang menggambarkan
kehidupan ang buddha sehari-hari,hal ini sering dikatakan dalam teks: aku akian
memberi kepada kalian suatu analogi, sebagai cara untuk menolong kapada
seseorang yang memiliki kecerdasan agar dapat memahami arti dari apa yang telah
dikatakan suatu kiasan agar menjadikan batin memahami ajaran dengan
jernih.untuk mengajarkan arti dari jalan tengah,dengan analogi atau dengan
cara-cara yang sama nafsu khayalan dan kebencian (raga, dosa,moha) dengan nafsu
yang berapi-api digunakan dalam memberikan intruksi kepada jatila tiga
bersaudara.dalam berbagai cara yang tertuang dalam kitab jataka dapat ditemukan
bahwa pada setiap akhir kotbah sang budha dalam mengajar para siswanya menggunakan
cerita atau dongeng/ gambaran.
- PENDEKATAN ANALISA
Cara ini adalah
karateristik paling utama yang ditemukan dalm teks lebih awal.sang buddha
menguraikan keseluruhan pengajaran sebagai syatu pola pandangan yang kritis dan
analitis.agar dapat dibuktikan oleh mereka yang bijaksana,sang buddha sendiri
memberikan suatu langkah analisa , karena tahapan tersebut bisa dalam suatu
penjelasan secara absolut baik palsu atau benar sesuai dengan aturan yang sama
untuk dipergunakan,menurut sang buddha,seorang guru harus memiliki 4 penguasaan
analitis secara rinci dalam penjelasan kedua arti dan teori yang diajarkan
sesuai dengan kapasitasnya, sebagai guru untuk menganalisis maksud dan arti atau
alasan pelajaran (dhamma) media pendidikan (nirutti) dan keahlian dan intelektualnya
(memahami secara mendalam dengan kesabaran, keyakinan diri yang
mantap(pattibana) hal inilah yang akan mudah diserap secara analisa yang rinci
dan sesuai dengan maksud dan maknanya.
- PENDEKATAN DENGAN PERCOBAAN
Sang buddha tidak menghendaki orang yang menerima ajaran
tidak mempunyai kemauan menyelidiki secara kritis.karena ajaran buddha secara
prinsip dihormati sebagai pemikiran “prakmatisme” dan rasionalisme adalah suatu
filosofi yang dapat dibuktikan melalui eksperimen yang ditemukan oleh sang buddha,
dapat dipahami dari dua sudut pandang yaitu keberhasilan dan kegagalan dan
dalam penyelidikan yang bersifat percobaan
pada kebenarannya sang buddha menunjukkan pada siswanya tentang cara dan
metode yang praktis, oleh karena itu, keberhasilan beliau dalam mencapainya.untuk
menerima ajaran yang bemar perlu diadakannya penyelidikan dan yang dapat
dirasakan sendiri hasilnya setelah ajaran itu dipraktikan sendiri. sang buddha
tidak ingin apa yang dikatakannya diterima begitu saja tanpa adanya
penyelidikan terlebih dahulu tetapi mereka harus menguji kebenaran itu melalui
pengalamannya sendiri bila tidak dengan cara demikian maka akan menemui
kegagalan “seperti bunga yang indah berwarna-warni tetepi tidak memiliki aroma
harum ” demikian juga dengan kata-kata yang baik,tidak ada maknanya tanpa ada
pembuktiannya. dan berusahalah melakukan penyelidikan dengan merealisasikan
atau menyadari hingga mereka menemukan dalam pengalamannya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar