Kamis, 20 Februari 2014

bodhisattva sila

BODHISATTVA SILA

  1. Latar belakang
Secara historis kemunculan Mahayana dimulai sejak Sang Buddha Parinirvana (544 atau 487 SM), dan menjadi hampir lengkap pada abad pertama. Selama setelah Parinirvanannya Sang Buddha dan menjelang abad tersebut bermunculah aliran-aliran pikiran dalam agama Buddha. Oleh karenannya kemunculan mahayana perlu dilihat dari adanya konsili-konsili.
Dikatakan bahwa sebab diadakan konsili ini menyagkut perbaedaan soal penafsiran ajaran, yang menjadikan sanggh aterpecah menjadi dua golaongan: Mahasangika dan sthaviravada.
Tradisi Theravada yang berleluhur pada golongan Sthaviravada lebih menekankan pada perbedaan-perbedaan vinaya, sedangkan mahasangika yang menjadi leluhur mahayana menekankan pada soal perbedaan penafsiran pada ajran.
Golongan sthaviravada menyebut golongan Mahasangika sebagai Bhikkhu papa (Bhikkhu amoral). Golongan Mahasanghika menagkis tuduhan sebagai pelunak vinaya, dan menyatakan bahwa vinaya yang pegangnya adalah sesuai dengan pemahamannya terhadap jalan tengah buddha yang merupakan budaya spritual buddhis yakni sebagai metoda untuk menghindari dua bentuk keekstriman, sikap hedonistik (pemanjaan diri dalam kesenagan-kesenagan indera) dan aktisme (praktek penyiksaan diri yang berlebihan). Dalam vinaya, metoda jalan tengah menyiratkan tekanan kepada disiplin mental ketimbang pada disiplin fisik, atau disiplin vinaya secara harafiah.
Setelah konsilii kedua sampai kira-kira abad I Masehi merupakan masa dari kemunculan aliran-aliran atau sekte-sekte dalam agama Buddha. Priode ini sering  sebagai priode The scullof  Buddhisema atau masa munculnya aliran-aliran pikiran dalam agama buddha, sedangkan masa sebelum itu yaitu semasa hidupnya Sang Buddha disebut The Primitiv Buddhism atau masa Buddhism Dasar.

  1. Rumusan Masalah
a.      Sejarah vinaya mahayana
b.      Pokok-pokok vinaya mahayana
c.       Boddhisatvasila

  B. Bodhisattva-Sila

Peraturan Bodhisattva berasal dari Tapasilavrata yang diuraikan di dalam Mahasimbhanada Sutra, dan salah satu pasalnya menuntut memakan sayuranis.
Bodhisattva Sila adalah suatu perpaduan (gabungan) antara Pratimoksa dengan peraturan kebhikshuan untuk tata kelakuan umum dari bhikshu yang mengabdikan dirinya pada Buddhisme Utara demi memperkembangkan mereka sendiri ke dalam suatu Bodhisattva-Sangha.
Peraturan ini tidak hanya diperuntukkan bagi anggota Bodhisattva Sangha, tetapi juga untuk perumah tangga yang disebut Grastha-Bodhisattva.
Peraturan Bodhisattva diambil dari Teks Tionghoa Brahmajala Sutra yang diterjemahkan loleh Kumarajiva yang berisi 58 Pasal dan diklasifikasikan dalam 2 bagian, yaitu:
1.        Garukapatti 10
2.        Lahukapatti 48

Garukapatti 10
(Kesalahan berat)
  1. Membunuh
  2. Mencuri
  3. Mengumbar diri dalam hubungan kelamin
  4. Penyombongan diri palsu
  5. Berniaga dalam minuman keras
  6. Membuat tuduhan palsu
  7. Membanggakan diri sendiri
  8. Mengotori moral
  9. Kosong dari rasa hati nurani.
  10. Menjelek-jelekkan Tri Ratna
Lahukapatti 48
  1. Seorang Bhikshu yang tidak sopan terhadap pendiksanya, sesame pendiksanya atau seniornya.
  2. Seorang Bhikshu yang meminum minuman keras atau sesuatu yang memabukkan
  3. Seorang Bhikshu yang memakan daging hewan
  4. Seorang Bhikshu yang memakan 5 macam akar pedas yang terlarang, yang menimbulkan Raga (Nafsu dan sebagainya)
  5. Seorang Bhikshu yang tidak menasehati sesame Bhikshu agar melakukan pengakuan kesalahan secara teratur.
  6. Seorang Bhikshu yang menolak permintaan upaca pemberian amal atau upacara kepada pengkhotbah Buddha Dharma.
  7. Seorang Bhikshu yang melalaikan pelajaran Buddha Dharma
  8. Seorang Bhikshu yang menjelek-jelekkan atau menentang Buddha Dharma
  9. Seorang Bhikshu yang tidak memberikan bantuan kepada orang sakit yang meminta bantuannya
  10. Seorang Bhikshu yang memiliki senjata yang dapat menyebabkan pembunuhan makhluk lain atau hewan.
  11. Seorang Bhikshu yang mengembangkan diri sebagai diplomat, duta atau utusan dalam urusan perundingan internasional.
  12. Seorang Bhikshu yang denga diri sendiri atau melalui petunjuknya melakukan perbuatan immoral yang menyebabkan penderitaan makhluk lain ( perbudakan, pembantaian hewan, dll)
  13. Seorang Bhikshu yang menyebabkan menurunnya nama baik orang lain dan meningkatkan nama baik sendiri.
  14. Seorang Bhikshu yang membakar hutan yang dapat menyebabkan kebakaran besar
  15. Seorang Bhikshu yang berbicara secara mengutuk atau menyindir
  16. Seorang Bhikshu yang dengan samara-samar berbicara demi keuntungannya sendiri
  17. Seorang Bhikshu yang menggunakan gaya bicara yang memaksa agar diberi pemberian
  18. Seorang Bhikshu yang dengan tidak benar menyombongkan kepintarannya atau pahala-pahalanya.
  19. Seorang Bhikshu yang tidak dapat dipercaya ucapannya (tidak dapat diandalkan)
  20. Seorang Bhikshu yang tidak mempunyai belas kasihan kepada binatang dan tidak  menyelamatkan mereka dari bahaya maut.
  21. Seorang Bhikshu yang melakukan balas dendam
  22. Seorang Bhikshu yang congkak dan tinggi hati
  23. Seorang Bhikshu yang membanggakan pengetahuannya
  24. Seorang Bhikshu yang malas mempelajari Buddha Dharma
  25. Seorang Bhikshu yang merusak keselarasan dari sesama Bhikshu.
  26. Seorang Bhikshu yang serakah dan mementingkan diri sendiri
  27. Seorang Bhikshu yang mengalihkan kekayaan seseorang kepada dirinya sendiri
  28. Seorang Bhikshu yang mengalihkan kekayaan seseorang kepada orang lain yang disenanginya
  29. Seorang Bhikshu yang minuman pengasih
  30. Seorang Bhikshu yang bertindak sebagai perantara jodoh
  31. Seorang Bhikshu yang tidak membebaskan seseorang dari perbudakan meskipun dia bias berbuat demikian
  32. Seorang Bhikshu yang berniaga senjata, baik melalui tangannya sendiri maupun dengan petunjuknya
  33. Seorang Bhikshu yang pergi untuk melihat suatu pasuka besar bersenjata yang siap untuk berperang
  34. Seorang Bhikshu yang tidak mempunyai kesabaran dalam menjalankan peraturan
  35. Seorang Bhikshu yang melanggar janji kebhikshuannya
  36. Seorang Bhikshu yang gagal untuk menjalankan aturan kebhikshuan.
  37. Seorang Bhikshu yang melakukan Dhutanga-vrata (hidup dihutan untuk perenungan keagamaan) atau Aranyaka (hidup di hutan) dan tinggal di suatu tempat yang berbahaya
  38. Seorang Bhikshu yang tidak membawa diri dengan kerendahan hati serta tidak menghormati Bhikshu yang tua.
  39. Seorang Bhikshu yang tidak menanam suatu sebab yang baik untuk suatu akibat yang baik
  40. Seorang Bhikshu yang dalam melakukan pentahbisan (pendiksaan) dengan pikiran condong pada keuntungan
  41. Seorang Bhikshu yang mengajarkan Dharma untuk keuntungan uang
  42. Seorang Bhikshu yang melakukan Sangha Karma (Pengakuan kesalahan) kepada seorang penjahat
  43. Seorang Bhikshu yang sengaja berbuat bertentangan dengan Vinaya
  44. Seorang Bhikshu yang tidak menghormati Kitab Suci Buddhis
  45. Seorang Bhikshu yang tidak memberitahukan pengetahuan Dharma demi membebaskan orang dari penderitaan
  46. Seorang Bhikshu yang duduk di suatu tempat yang lebih rendah dan mengajarkan Dharma kepada mereka yang duduk di suatu tempat yang lebih tinggi
  47. Seorang Bhikshu yang menyerah pada permintaan atasannya yang menurut Dharma tidak benar
  48. Seorang Bhikshu yang melanggar Vinaya.


0 komentar:

Posting Komentar