Minggu, 02 Februari 2014

KESEJAHTERAAN NEGARA


Syarat-syarat kesejahteraan bagi suatu negara :
Diawali dari Rajagaha, Ibukota Kerajaan Magadha, dengan latar belakang Raja Ajatasattu, yang ingin sekali mengobarkan perang terhadap kaum Wajji. Karena kaum Licchawi selalu membawa habis semua harta setiap tahunnya yang ada di Pattanagama. Raja Ajatasattupun mengutus menteri utamanya, Brahmin Wassakara, untuk menghadap Sang Bhagawa yang kala itu tengah berdiam di Bukit Gijjhakutta di dekat Rajagaha. Ia ingin meminta nasihatnya. Setelah sampai Dia pun langsung menyampaikan pesan Raja Ajatasattu & menanyakannya. Sang Bhagawa menjawab pertanyaannya secara tidak langsung dengan berbicara kepada Ananda yang ada di dekat-Nya.
1.      Ananda, pernahkah engkau dengar bahwa kaum Wajji sering melakukan rapat  yang banyak dihadiri orang ?
2.      Ananda, pernahkah engkau dengar bahwa mereka berkumpul dengan rukun, hidup dengan rukun ?
3.      Ananda, pernahkah engkau dengar bahwa mereka membuat undang-undang yang baru melainkan selalu manaati undang-undang yang lama ?
4.      Ananda, pernahkah engkau dengar bahwa mereka monghormati, memuliakan, menjunjung tinggi orang ang lebih tua ?
5.      Ananda, pernahkah engkau dengar bahwa mereka menghindari penculikan wanita-wanita dari  keluarga baik-baik ?
6.       Ananda, pernahkah engkau dengar bahwa mereka menjunjung tinggi kuil-kuil Wajji & Tempat Suci ?
7.      Ananda, pernahkah engkau dengar bahwa mereka melindungi, menjaga & mendukung orang-orang Suci Mereka ?
“Benar, Bhante.”
“Selama mereka melakukan hal itu, Ananda, bisa dipastikan mereka akan makmur & tidak akan runtuh. Brahmin  Vassakara sungguh puas dan bersuka cittta terhadap kata-kata Yang Terberkahi, lalu pergi setelah menyatakan penghormatannya.

Raungan Singa Sariputta
Sang Bhagawa melanjutkan perjalanannya ke Nalanda dan tinggal di hutan Mangga milik Pavarika. Saat itu, Bhikku Sariputta menghadap Sang Bhagawa. Setelah memberi hormat pada-Nya, ia menyerukan ucapan Lantang : “Bhante, saya yakin bahwa belum pernah ada, tidak akan pernah ada petapa  manapun mengungguli Sang Bhagawa dalam Penerangan Sempurna. Mendengar lantun sukacitta dari bhikkhu Sariputta yang mirip dengan Raungan lantang seekor singa, Sang Bhagawa menanyakan apakah ia mengetahui dengan pasti batin para Buddha pada masa lampau, pada masa depan, ataupun batin Buddha pada saat ini. Bhikkhu Sariputta menjawab bahwa ia tak memiliki pengetahuan yang sedalam itu, namun ia mengemukakan pembenarannya : “Bhante, saya tak memiliki kemampuan membaca pikiran dari Yang Mahasuci dan Yang Tercerahkan Sempurna pada masa lampau, masa depan, maupun masa kini. Akan tetapi, saya mengerti Dhamma berdasarkan pegetahuan dengan penyimpulan melalui pengalaman pribadi.”

Sang Bhagawa Sakit Keras
Setelah tinggal di hutan mangga, Sang Bhagawa melanjutkan perjalanannya menuju Beluwagamaka, di dekat Wesali, bersama sejumlah besar bhikku. Ketika Sang Bhagawa menjalani kediaman musim hujannya, Ia terserang penyakit yang sangat berat yang menyebabkan rasa sakit yang hebat dan sangat menyiksa sampai nyaris mendekati kematian. Tetapi Bhagawa menekan penyakitnya dengan perhatian murni dan menyatakan tekad yang luhur , dan penyakitnya pun segera lenyap. Sesudah sembuh ia keluar dari biliknya. Lalu, Ananda menghadapnya dan berkata “Bhagawa, saya merasa senang melihat Sang Bhagawa sudah sembuh, tak mungkin Sang Bhagawa akan meninggalkan kami, sebelum memberikan pesan-pesan terakhir kepada para Bhikkhu Sangha. Tetapi Sang Bhagawa menjawab : “Apalagi yang diharapkan oleh Sangha dariku Ananda ? Aku telah mengajarkan Dhamma pada semua kalangan Sangha, tak ada sesuatu pun yang disembunyikan olehku. Sekarang tubuh Bhagawa telah mencapai tahap hidup yang terakhir.  Ananda, ingatlah baik-baik :

“Engkau harus menjadi pulau bagi dirimu sendiri, menjadi pernaungan bagi dirimu sendiri, dan tidak menjadikan orang lain sebagai pernaunganmu, menjadikan Dhamma pernaungan bagi dirimu sendiri, dan jangan jadikan yang lain yang lain sebagai pernaunganmu. Ananda, baik sekarang maupun setelah saya wafat nanti, barang siapa menjadi pulau bagi dirinya sendiri, menjadikan pernaungan bagi dirinya sendiri, menjadikan Dhamma pernaungan bagi dirinya, dan tidak menjadikan yang lain sebagai pernaungannya, para Bhikkhu tersebut akan menjadi yang paling utama diantara meraka yang tekun menjalankan latihan beruas tiga (Sila, Samadhi, Panna).”

0 komentar:

Posting Komentar