Diawali dari Rajagaha, Ibukota Kerajaan Magadha,
dengan latar belakang Raja Ajatasattu, yang ingin sekali mengobarkan perang
terhadap kaum Wajji. Karena kaum Licchawi selalu membawa habis semua harta
setiap tahunnya yang ada di Pattanagama. Raja Ajatasattupun mengutus menteri
utamanya, Brahmin Wassakara, untuk menghadap Sang Bhagawa yang kala itu tengah
berdiam di Bukit Gijjhakutta di dekat Rajagaha. Ia ingin meminta nasihatnya. Setelah
sampai Dia pun langsung menyampaikan pesan Raja Ajatasattu & menanyakannya.
Sang Bhagawa menjawab pertanyaannya secara tidak langsung dengan berbicara
kepada Ananda yang ada di dekat-Nya.
1. Ananda,
pernahkah engkau dengar bahwa kaum Wajji sering melakukan rapat yang banyak dihadiri orang ?
2. Ananda,
pernahkah engkau dengar bahwa mereka berkumpul dengan rukun, hidup dengan rukun
?
3. Ananda,
pernahkah engkau dengar bahwa mereka membuat undang-undang yang baru melainkan
selalu manaati undang-undang yang lama ?
4. Ananda,
pernahkah engkau dengar bahwa mereka monghormati, memuliakan, menjunjung tinggi
orang ang lebih tua ?
5. Ananda,
pernahkah engkau dengar bahwa mereka menghindari penculikan wanita-wanita
dari keluarga baik-baik ?
6. Ananda, pernahkah engkau dengar bahwa mereka
menjunjung tinggi kuil-kuil Wajji & Tempat Suci ?
7. Ananda,
pernahkah engkau dengar bahwa mereka melindungi, menjaga & mendukung
orang-orang Suci Mereka ?
“Benar, Bhante.”
“Selama mereka melakukan hal itu, Ananda, bisa
dipastikan mereka akan makmur & tidak akan runtuh. Brahmin Vassakara sungguh puas dan bersuka cittta
terhadap kata-kata Yang Terberkahi, lalu pergi setelah menyatakan
penghormatannya.
Raungan Singa Sariputta
Sang Bhagawa melanjutkan perjalanannya ke Nalanda
dan tinggal di hutan Mangga milik Pavarika. Saat itu, Bhikku Sariputta
menghadap Sang Bhagawa. Setelah memberi hormat pada-Nya, ia menyerukan ucapan
Lantang : “Bhante, saya yakin bahwa belum pernah ada, tidak akan pernah ada
petapa manapun mengungguli Sang Bhagawa dalam
Penerangan Sempurna. Mendengar lantun sukacitta dari bhikkhu Sariputta yang
mirip dengan Raungan lantang seekor singa, Sang Bhagawa menanyakan apakah ia
mengetahui dengan pasti batin para Buddha pada masa lampau, pada masa depan,
ataupun batin Buddha pada saat ini. Bhikkhu Sariputta menjawab bahwa ia tak
memiliki pengetahuan yang sedalam itu, namun ia mengemukakan pembenarannya :
“Bhante, saya tak memiliki kemampuan membaca pikiran dari Yang Mahasuci dan
Yang Tercerahkan Sempurna pada masa lampau, masa depan, maupun masa kini. Akan
tetapi, saya mengerti Dhamma berdasarkan pegetahuan dengan penyimpulan melalui
pengalaman pribadi.”
Sang Bhagawa
Sakit Keras
Setelah tinggal di hutan mangga, Sang Bhagawa
melanjutkan perjalanannya menuju Beluwagamaka, di dekat Wesali, bersama
sejumlah besar bhikku. Ketika Sang Bhagawa menjalani kediaman musim hujannya,
Ia terserang penyakit yang sangat berat yang menyebabkan rasa sakit yang hebat
dan sangat menyiksa sampai nyaris mendekati kematian. Tetapi Bhagawa menekan
penyakitnya dengan perhatian murni dan menyatakan tekad yang luhur , dan
penyakitnya pun segera lenyap. Sesudah sembuh ia keluar dari biliknya. Lalu,
Ananda menghadapnya dan berkata “Bhagawa, saya merasa senang melihat Sang
Bhagawa sudah sembuh, tak mungkin Sang Bhagawa akan meninggalkan kami, sebelum
memberikan pesan-pesan terakhir kepada para Bhikkhu Sangha. Tetapi Sang Bhagawa
menjawab : “Apalagi yang diharapkan oleh Sangha dariku Ananda ? Aku telah
mengajarkan Dhamma pada semua kalangan Sangha, tak ada sesuatu pun yang
disembunyikan olehku. Sekarang tubuh Bhagawa telah mencapai tahap hidup yang
terakhir. Ananda, ingatlah baik-baik :
“Engkau harus menjadi pulau bagi dirimu sendiri,
menjadi pernaungan bagi dirimu sendiri, dan tidak menjadikan orang lain sebagai
pernaunganmu, menjadikan Dhamma pernaungan bagi dirimu sendiri, dan jangan jadikan
yang lain yang lain sebagai pernaunganmu. Ananda, baik sekarang maupun setelah
saya wafat nanti, barang siapa menjadi pulau bagi dirinya sendiri, menjadikan
pernaungan bagi dirinya sendiri, menjadikan Dhamma pernaungan bagi dirinya, dan
tidak menjadikan yang lain sebagai pernaungannya, para Bhikkhu tersebut akan
menjadi yang paling utama diantara meraka yang tekun menjalankan latihan beruas
tiga (Sila, Samadhi, Panna).”
0 komentar:
Posting Komentar