Kamis, 20 Februari 2014

filsafat

FILSAFAT
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ajaran Buddha merupakan ajaran yang dibabarkan oleh Buddha Gotama berdasarkan hasil pengalaman atau pencapaian penerangan sempurna yang dapat membebaskan semua mahluk dari lingkaran penderitaan. Ajaran Buddha sebagai filsafat atau pedoman hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah sangat penting, karena nilai-nilai ajaran Buddha membawa kejalan pembebasan spiritual bukan hanya kemanusiaan.

B.     Rumusan Permasalahan
Mendiskripsikan Ajaran Buddha sebagai Filsafat Hidup.

C.     Tujuan
Memberikan pemahaman tentang ajaran Buddha sebagai filsafat Hidup.

D.    Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas, maka pemahaman tentang ajaran Buddha sebagai Filsafat Hidup, dapat memberikan pengertian yang benar sehingga dalam kehidupan sehari-hari ajaran Buddha dapat dipraktekan dengan benar sebagai pedoman hidup.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Philosophia terdiri dari kata philein yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Kata filsafat dapat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan, (love of wisdom) dalam arti yang seluas-luasnya. Seorang filsuf berarti pecinta atau pencari kebijaksanaan.
Filsafat menurut Harun Hadiwijono, di ambil dari bahasa yunani yaitu filosofia yang berasal dari kata filosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Menurut Harun filsafat mengandung arti sejumlah gagasan yang penuh kebijaksanaan. Artinya, seseorang dapat disebut berfilsafat ketika aktif memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih berarti sebagai, dan Himbauan kepada kebijaksanaan.
Filsafat pertama kali dipergunakan oleh Pitagoras (582-496SM). Arti filsafat pada waktu itu belum begitu jelas, namun dikemudian hari menjadi diperjelas seperti halnya yang banyak dipergunakan sekarang ini pertama kali dipergunakan oleh kaum Sophist dan juga oleh Sokrates (470-399 SM). Ada juga yang berpendapat bahwa filsafat secara  harafiah mengandung arti “kegandrungan mencari hikmah, kebenaran dan kebijaksanaan dalam hidup dan kehidupan.maka dapatlah disimpulkan bahwa secara etimologis filsafat berarti mencintai kebijaksanaan dan mendambakan kebijaksanaan. Terdapat tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, meliputi:
a.       Keheranan; sebagian filsuf berpendapat bahwa rasa heran (kagum) merupakan hal yang mendorong seseorang berfilsafat. Seperti Plato mengatakan “Mata memberi pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit”. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki, dan penyelidikan ini merupakan kegiatan filsafat.
b.      Kesangsian; Agustinus (354-430 M) dan Rene Descartes (1596-1650 M), berpendapat bahwa kesangsian merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia. Pada saat manusia melihat atau mengetahui sesuatu yang mana baginya merupakan hal baru maka ia akan merasa heran kemudian sangsi atau ragu-ragu.
c.       Kesadaran akan keterbatasan; manusia mulai berfilsfat ketika menyadari dirinya sangat kecil dan lemah terutama jika dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa bahwa dirinya sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasannya manusia mulai berfilsafat, dan mulai memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tak terbatas.
Filsafat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) 2001, terdapat empat pengertian yaitu, (1) pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukuman, (2) teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan, (3) ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi, (4) falsafah.
Filsafat merupakan suatu ikhtiar berpikir dan bukan dimaksudkan untuk merumuskan suatu doktrin yang final dan konklusif serta tidak beloh digugat. Metode yang dilakukan para filsuf untuk mencapai sasaran pemikiran adalah berbeda, yang ditujukan adalah universalia yang dicapai dari partikularia dalam kenyataan.

B.     Filsafat Agama
Filsafat tidak dapat disamakan dengan religi, meskipun dalam sejarah perkembangannya suatu filsafat dapat mengambil corak religius atau setidak-tidaknya diharuskan mengambil tempat subordinatif pada suatu religi. Paham filsafat dapat juga membawa corak dogmatis religius oleh karena bertitik tolak dari suatu sikap yang anti religius atau anti teistik.
Abad ke-2 terdapat sejumlah pemikiran agama yang menolak filsafat yang berasal dari yunani, yang beranggapan bahwa setelah manusia berkenalan dengan Wahyu Ilahi, filsafat sebagai kecerdikan manusiawi belaka merupakan sesuatu yang berkelebihan, bahkan suatu bahaya yang mengancam kemurnian iman beragama. Menurut Thomas Aquinas (1225-1274), filsafat dan ilmu-ilmu lain merupakan hamba atau pembantu bagi teologi, sehingga filsafat dipelajari berhubungan dengan studi teologi.
Filsafat agama yang dirintis oleh tokoh-tokoh masa pencerahan (Aufklarung, Enlightenment) di Eropa mulai abad ke-18, cenderung mengecilkan arti perwahyuan dan ingin mengembangkan suatu agama dalam batas jangkauan pikiran. Filsafat agama harus dibedakan  dari teologi filosafis yang tidak mengesampingkan iman dan sangat dekat dengan tologi fundamental. Terdapat beberapa orang menggunakan filsafat agama untuk mengembangkan landasan bagi kepercayaan religius atau untuk mempelajari hubungan antara penalaran filosofis dan iman religius.

C.     Filsafat Buddhis
Ajaran Buddha dan filsafat tak dapat dipisahkan, akan tetapi ajaran Buddha jauh lebih luas dari filsafat, sehingga tidak tepat disebut sebagai ilmu filsafat. Filsafat hanya berkenaan dengan pengetahuan dan tidak mempehatikan praktik, sedangkan agama Buddha memberikan tekanan khusus pada praktik dan pencapaian. Buddha adalah manusia yang telah mencapai kesempurnaan yang melampaui para filsuf.
Filsafat buddhis tergolong realisme dan tidak iealisme atau materialisme, karena dimuali dengan mempelajari fakta kehidupan, agama Buddha mengembangkan filosofinya tentang berbagai bukti, bukan sebuah fisafat yang spekulatif. Salah satu ajaran Buddha yaitu Abhidhamma yang memuat metafisika dalam pandangan dunia modern mengandung banyak hal yang dapat dianggap sebagai filsafat ilmu pengetahuan. Seperti sans, ajaran Buddha berbasiskan kausalitas yaitu segala sesuatu yang berkondisi terjadi karena sebab yang beragam atau pertalian sebab ada yang bersifat intern dan ada yang bersifat eksternal.
Perbedaan penafsiran terhadap ajaran Buddha melahirkan berbagai aliran atau perguruan yang mengembangkan filsafat masing-masing. Misalnya Teravada pasca Buddhaghosa dan Sarvastivada berdasar Abhidhamma, menghadapi dualisme realitas batin dan materi samai pada teori zat atau substansi (sabhava/svabhava). Kaum Sarvastivada menjunjung suatu teori bahwa suatu obyek pencerapan adalah agregat dari atom-atom (iparamanusanghata), yang percaya bahwa atom-atom berada secara individual, dan bahwa bilamana berada dalam bentuk agregat (sanghatarupa) menjadi dapat dicerap. Tetapi agregat ini tidak merupakan kesatuan, yang merupakan keanekaan belaka. Kaum Sarvastivadin dipimpin oleh Sanghabadra, mencoba untuk menhindar dari paradoks ini dengan bersikeras bahwa tiap-tiap atom sendiri bila tidak bergantung kepada yang lainnya atau tidak berhubungan dengan yang lainnya adalah tidak dapat dicerap, tetapi dapat ditangkap oleh indria-indria bila berada bersama-sama dan bila saling bergantungan satu sama lain untuk keberadaannya.
 Pandangan ini dapat dibandingkan dengan gagasan  John Locke, penganut empirisme. Pandangan tersebut tidak diakui oleh kaum Sautrantika yang memandang Sutta sebagai sumber primer. Ketiga aliran itu mengembangkan teori atom (pramanu), sedangkan Madhyamika berlawanan, menganut transendentalisme Mahayana dan menolak metafisika. Teori atom disanggah oleh Yogacara yang mengembangkan idealisme.
Kaum Sauntrantika yang menolak konsepsi tentang saat statik dipihak lain terpaksa menerima teori pencerapan tak langsung. Berdasarkan alasan bahwa suatu obyek mesti berada terus bila harus bersedia untuk dapat dikenal, kaum Sautrantika berpendapat bahwa karena baik obyek ataupun kesadaran adalah tanpa durasi, maka tak mungkin akan ada pencerapan langsung terhadap obyek-obyek luar.
Filsuf yang dianggap sebagai bapa filsafat modern, Rene Descartes (1596-1650) menyusun metode pengujuan yang dimulai dengan menyangsikan segala-galanya. Pandangan ini sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Buddha kepada kaum Kalama. Arthur Schopenhauer (1788-1860) melihat bahwa hidup sebagai manusia selalu berarti juga mengalami penderitaan dan memadamkan segala hawa nafsu merupakan jalan efektif untuk mencapai Nirwana, pemikiran ini sangat dipengaruhi oleh alam pikiran agama Buddha.
Baruch de Spinoza (1632-1677), disamping mengakui adanya satu substansi yang kekal, menegaskan bahwa seluruh fenomena kahidupan bersifat tidak kekal. Menurut pandanganny, penderitaan harus diatasi dengan menemukan suatu objek pengetahuan yang tidak berubah, tidak bersifat sementara, melainkan bersifat kekal abadi.
G.W.F.Hegel (1770-1831) berpendapat bahwa segala perwujudan adalah proses pembentukan. Henri Bergson (1859-1941) menyokong ajaran tentang perubahan, dan menekankan nilai intuisi. David Hume (1711-1776) menyimpulkan bahwa kesadaran terdiri dari keadaan pikiran yang berlalu cepat. William James (1842-1910) berpikir mengenai arus kesadaran dan mengingkari adanya suatu substansi jiwa. George Berkeley (1685-1753) berpendapat bahwa apa yang disebut atom yang tak dapat dibagi adalah metafisika rekaan atau khayalan. Semua pemikiran tersebut mengungkapkan dengan caranya masing-masing tentang perubahan (anicca), penderitaan (dukkha), dan tiadanya substansi jiwa yang kekal (anatta).

D.    Ajaran Buddha sebagai Filsafat
Ajaran Buddha yang bermisi untuk pembebasan dari lingkaran penderitaan merupakan sebuah jalan Buddha yang dapat dilalui siapapun tanpa terdapat perbedaan atau diskriminasi yang dapat diterima berdasarkan penalaran atau logika. Ajaran Buddha diajarkan berdasarkan pembuktian (ehipasiko), yang tidak secara mendogma seseorang untuk menerima ajaran secara mentah-mentah dan tanpa pembuktian.
Ajaran Buddha tidak berdasarkan pewahyuan, akan tetapi berdasarkan pengalaman langsung yang diselami oleh Sang Buddha yaitu dengan mencapai penerangan sempurna, dimana nibbana/kebebasan sudah terealisasikan. Setelah pencapaian penerangan, Sang Buddha membabarkan Dhamma pertama kali kepada lima orang petapa yaitu Dhammacakkhapavathana Sutta yang berisi tentang Empat Kesunyataan Mulia.
Empat Kesunyataan Mulia tersebut berisi tentang penderitaan (Dukkha Dukkha), sebab penderitaan (Dukkha Samudaya), lenyapnya penderitaan (Dukkha Nirodha), dan jalan menuju lenyapnya penderitaan (Hasta Ariya Magga). Empat Kesunyataan Mulia dibabarkan Sang Buddha adalah untuk membebaskan manusia dari penderitaan yaitu Sang Buddha terlebih dahulu menjelaskan bahwa dalam kehidupan ini merupakan Dukkha (penderitaan), karena manusia masih mengalami perubahan fisik yaitu lahir, sakit, tua dan mati, kemudian mengalami perubahan mental yaitu terkadang sedih, senang, marah, kecewa, gelisa dan lainnya yang lebih berbahaya dari fisik, karena mental dapat mempengaruhi tubuh fisik manusia.
Sang Buddha menjelaskan Empat Kesunyataan Mulia yang ke dua yaitu, sebab penderitaan (dukkha samudaya) yang merupakan akar munculnya penderitaan yang terus dialami oleh manusia yang dikarenakan oleh nafsu keinginan (Tanha). Kesunyataan Mulia yang ketiga yaitu lenyapnya penderitaan (Dukkha Nirodha) yang berarti tercapainya pembebasan dari kekotoran batin dan tidak akan bertumimbal lahir kembali di alam-alam kehidupan.
Kesunyataan mulia yang ke empat yaitu jalan menuju lenyapnya penderitaan (Hasta Ariya Magga) yang terdapat delapan unsur jalan yang harus dilalui untuk mencapai nibbana/pembebasan. Delapan unsur jalan utama tersebut antara lain, pandangan benar (Samma Ditthi), pikiran benar (Samma Sankappa), ucapan benar (Samma Vaca), perbuatan benar (Samma Kamanta), mata pencaharian benar (Samma Ajiva), usaha benar (Samma Vayama), perhatian benar (Samma Sati), meditasi benar (Samma Samadhi).
Empat Kesunyataan Mulia merupakan kebenaran mulia yang dapat dijadikan sebagai filsafat/pandangan hidup seseorang dalam kehidupannya sehingga dapat mencapai pembebasan. Ajaran Buddha memiliki beragam metode sesuai dengan karakteristik seseorang, seperti dalam kehidupan Sang Buddha yang terdapat dalam kitab Vimanavatthu pada bagian pertama diceritakan seorang pelayan perempuan dengan sepenuh hati telah melakukan dana makanan kepada para bhikkhu, karena berdana merupakan pandangan/pedoman hidup bagi pembantu perempuan tersebut, maka setiap terdapat bhikkhu yang berpindapata, telah melakukan perbuatan baik tersebut dengan melakukan pemberian makanan, dan setelah pelayan perempuan tersebut meninggal, terlahir dialam dewa (Tiga Puluh Tiga Dewa).
Peristiwa berkumpulnya 1250 bhikkhu yang semuanya arahat, Sang Buddha membabarkan Ovada Patimokha yang merupakan inti dari ajaran Buddha yang dapat digunakan sebagai pandangan/pedoman hidup seseorang yang memiliki nilai-nilai luhur spiritual yang sangat tinggi. Inti ajaran Buddha yang dibabarkan Sang Buddha yaitu “Janganlah berbuat kejahatan, perbanyaklah perbuatan baik, sucikan hati dan pikiran, itulah ajaran semua Buddha”.
Fokus Ajaran Sang Buddha adalah bertitik tolak pada diri sendiri, yaitu pada hal-hal praktis, seperti bagaimana seseorang menjalankan Ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan mengintegrasikannya dengan Pikiran, sehingga batin dan pikiran tetap damai, sehat dan dapat menimbulkan kebijaksanaan. Di belahan negara Barat, Buddhisme ini tidak disebut atau digolongkan sebagai Agama, tetapi lebih merupakan cara Hidup (way of living), filsafat kehidupan (Living philosophy), sains dan psikologi. Bahkan sesungguhnya Ajaran Sang Buddha ini jauh melampaui batas Filsafat yang dikenal secara umum ( Filsafat diatas filsafat ).
Ajaran lain yang digunakan sebagai filsafat hidup dikenal dengan Tiga Corak Umum (Tilakkhana), yang berisi tentang anicca, dukkha, dan anatta. Seseorang akan menyadari bahwa kehidupan ini adalah selalu berubah dan tidak kekal, dengan adanya perubahan maka masih diliputi penderitaan. Kehidupan ini adalah tanpa diri yang kekal. Seseorang yang telah menggunakan ajaran buddha sebagai filsafat hidupnya, akan menuntun kearah pembebasan dari penderitaan.
Ajaran Buddha dapat memberikan suatu jalan yang tanpa mendogmatis seseorang yang mempraktekanya, akan tetapi seseorang bebas berpikir dan memiliki keluasan dalam membuktikan ajaran Buddha. Ajaran Buddha melebihi filsafat atau lebih luas dari ilmu filsafat. Hal ini dapat dibuktikan bahwa satu-satunya ajaran yang dapat menjawab semua fenomena-fenomena yang ada di alam semesta adalah ajaran Buddha, hal ini dapat dibuktikan bahwa ajaran Buddha selaras dengan ilmu pengetahuan.
Pada masa kehidupan Buddha, Sang Buddha duduk di bawah naungan pohon dan melihat betapa indahnya pedesaan. Flowers were blooming and trees were putting on bright new leaves, but among all this beauty, he saw much unhappiness. A farmer beat his ox in the field. Bunga-bunga mekar dan pohon menempatkan pada daun baru yang cerah, tapi di antara semua keindahan, melihat banyak ketidakbahagiaan. Seorang petani mengalahkan lembunya di lapangan. A bird pecked at an earthworm, and then an eagle swooped down on the bird. Seekor burung mematuk pada cacing tanah, dan kemudian elang menukik turun pada burung. Deeply troubled, he asked, "Why does the farmer beat his ox? Why must one creature eat another to live?" Sangat terganggu, ia bertanya, "Mengapa petani memukul lembunya? Kenapa harus satu makhluk hidup makan lagi?"
Selama masa pencerahan, Buddha menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, dan menemukan tiga kebenaran besar. He explained these truths in a simple way so that everyone could understand them. Sang Buddha menjelaskan kebenaran ini dengan cara yang sederhana sehingga setiap orang bisa memahaminya yaitu:
1.      Nothing is lost in the universeTidak ada yang hilang di alam semesta
Kebenaran pertama adalah bahwa tidak ada yang hilang di alam semesta. Matter turns into energy, energy turns into matter. Materi berubah menjadi energi, energi berubah menjadi materi. A dead leaf turns into soil. Sebuah daun mati berubah menjadi tanah. A seed sprouts and becomes a new plant. Sebuah benih kecambah dan menjadi tanaman baru. Old solar systems disintegrate and turn into cosmic rays. Sistem tenaga surya tua hancur dan berubah menjadi sinar kosmik. We are born of our parents, our children are born of us. seseorang lahir dari orang tua, anak-anak lahir dari orang tuanya.
Manusia adalah sama seperti tanaman, seperti pohon, seperti orang lain, seperti hujan yang jatuh, yang terdiri dari apa yang ada di sekitarnya, manusia adalah sama seperti segala sesuatu. Jika manusia menghancurkan sesuatu di sekitarnya, manusia telah menghancurkan dirinya sendiri. If we cheat another, we cheat ourselves. Kalau seseorang menipu orang lain, seseorang menipu dirinya sendiri. Understanding this truth, the Buddha and his disciples never killed any animal. Memahami kebenaran ini, Sang Buddha dan murid-muridnya tidak pernah membunuh binatang manapun.
2.      We are the same as plants, as trees, as other people, as the rain that falls.Semua Perubahan
Kebenaran universal kedua dari Buddha adalah bahwa segala sesuatu adalah terus berubah. Life is like a river flowing on and on, ever-changing. Hidup ini seperti sungai yang mengalir terus dan terus. Sometimes it flows slowly and sometimes swiftly. Mengalir pelan-pelan dan terkadang cepat. It is smooth and gentle in some places, but later on snags and rocks crop up out of nowhere. Itu halus dan lembut di beberapa tempat, tetapi di kemudian hari dan batu Snags muncul tidak diketahui dari mana. As soon as we think we are safe, something unexpected happens. Segera setelah berpikir seseorang aman, sesuatu yang tidak terduga terjadi.
Seekor dinosaurus, mammoths, dan harimau saber-toothed menjelajahi bumi. Binatang-binatang semua mati, namun bukan akhir dari kehidupan. Other life forms like smaller mammals appeared, and eventually humans, too. Bentuk kehidupan lain seperti mamalia kecil muncul, dan akhirnya manusia juga. Pada zaman sekarang manusia Now we can even see the Earth from space and understand the changes that have taken place on this planet.padapada  bahkan bisa melihat Bumi dari ruang angkasa dan memahami perubahan-perubahan yang telah terjadi di planet bumi dan planet-planet lainnya. Our ideas about life also change. Ide-ide tentang kehidupan juga berubah. Seseorang dahulu People once believed that the world was flat, but now we know that it is round.percaya bahwa dunia adalah datar, tetapi pada zaman sekarang setelah dibuktikan oleh seseorang peneliti, seseorang mengetahui bahwa bumi atau dunia adalah bulat.
3. 2. Everything Changes   3. Law of Cause and EffectHukum Sebab-Akibat
The third universal truth explained by the Buddha is that there is continuous changes due to the law of cause and effect. Kebenaran universal yang ketiga dijelaskan oleh Sang Buddha adalah bahwa ada perubahan terus-menerus karena hukum sebab dan akibat. This is the same law of cause and effect found in every modern science textbook. Ini adalah hukum yang sama sebab-akibat yang ditemukan di setiap buku pelajaran ilmu pengetahuan modern. In this way, science and Buddhism are alike. Dengan cara ini, ilmu pengetahuan dan agama Buddha adalah sama. The law of cause and effect is known as karma. Nothing ever happens to us unless we deserves it.Hukum sebab-akibat dikenal sebagai karma.We receive exactly what we earn, whether it is good or bad. Semua mahluk menerima apa yang diperoleh, apakah itu baik atau buruk.We are the way we are now due to the things we have done in the past. Manusia  dapat terlahir di alam manapun diakibatkan karena perbuatannya sendiri. Our thoughts and actions determine the kind of life we can have.
Pikiran dan tindakan seseorang menentukan jenis kehidupan yang dimilikinya. If we do good things, in the future good things will happen to us. If we do bad things, in the future bad things will happen to us. Jika melakukan hal-hal yang baik, di masa depan hal-hal yang baik akan terjadi pada seseorang. Jika melakukan hal-hal buruk, di masa depan hal-hal buruk akan terjadi pada diri seseorang yang melakukannya. Every moment we create new karma by what we say, do, and think. Setiap saat seseorang/mahluk menciptakan karma baru yang dilakukan melalui ucapan, perbuatan, maupun pikiran. If we understand this, we do not need to fear karma. Jika seseorang memahami hal ini, tidak perlu takut karma dan akan It becomes our friend.It teaches us to create a bright future.mengajarkan kita untuk menciptakan masa depan yang cerah. The Buddha said,Sang Buddha berkata,"The kind of seed sown "Jenis benih ditaburkan will produce that kind of fruit.akan menghasilkan buah seperti itu.Those who do good will reap good results. Orang yang berbuat baik akan menuai hasil yang baik.Those who do evil will reap evil results. Mereka yang melakukan kejahatan akan menuai hasil kejahatan. If you carefully plant a good seed, Jika seseorang dengan hati-hati menanam bibit yang baik, You will joyfully gather good fruit." maka akan sukacita mengumpulkan buah yang baik. "Dhammapada

  
BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
Ajaran Buddha sebagai Filsafat hidup merupakan kebenaran yang dibabarkan oleh Sang Buddha dalam mengatasi penderitaan dalam kehidupan untuk mencapai pembebasan/nibbana. Ajaran Buddha lebih luas dari filsafat, akan tetapi dapat digunakan sebagai filsafat hidup karena dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk dipraktekan. Ajaran Buddha adalah yang dapat menjawab segala fenomena di alam semesta, dan selaras dengan ilmu pengetahuan.

B.       Saran
Penulisan makalah merupakan tugas UAS semester ganjil mata kuliah Filsafat Buddha yang diberikan oleh dosen pengampu. Dalam penulisan makalah tentunya masih terdapat kekurangan yang tentunya belum dapat diketahui oleh penulis, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan makalah yang selanjutnya.














DAFTAR PUSTAKA

J. Kalupahana, David.. 1986. Filsafat Buddha. Jakarta Pusat: Erlangga.

Wahyono, Mulyadi. 2002. Pokok-pokok Dasar Agama Buddha. Jakarta: Departemant Agama R.I.

Wijaya Mukti, Krishnanda. 2003. Wacana Buddha Dhamma. Jakarta: Yayasan   Dharma Pembangunan dan Ekayana Buddhist Centre.


0 komentar:

Posting Komentar