Tema: perilaku
konsumtif di kalagan generasi muda
Judul: tinjauan gaya
hidup hodonisme di kalagan remaja menurut agama buddha
Hedonisme
adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi
adalah tujuan utama hidup. Kemunculan budaya hedonism ini terjadi tanpa kita sadari seiring
dengan gerak zaman yang semakin modern. Gaya hidup yang glamor semakin
digandrungi oleh para remaja, seakan ada istilah “ga style itu ga zaman gan
!!”. Mereka yang sudah tergila-gila dengan budaya konsumtif akan rela melakukan
apa saja demi memenuhi hasratnya. Seperti perburuan akan fashion terbaru, jam
tangan merek ternama, sepatu, dan bahkan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pun tak luput menjadi saksi bisu budaya ini.
Minggu, 26 Januari 2014
NASKAH DHARMMA
Masa remaja
adalah merupakan periode peralihan antara masa kanak-kanak dan, dewasa adalah
fase pencarian identitas diri bagi remaja. Pada fase ini, remaja mengalami
banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, diantaranya biologis,
kognitif, dan psikososial. Seiring dengan perubahan tersebut, pada usia remaja
terbentuk pola konsumsi (Rosandi, 2004) yang kemudian dapat berkembang menjadi
perilaku konsumtif. Menurut para sosiolog dan psikolog sosial, remaja adalah
konformis, terutama dalam hal pakaian dan penampilan dalam kelompok mereka,
sehingga remaja cenderung untuk berperilaku konsumtif agar mereka dapat
berpenampilan seperti kelompoknya.
Gaya
hidup adalah istilah menyeluruh yang meliputi citra rasa seseorang di dalam
fashion, mobil, hiburan, dan lain-lain. Orang akan cenderung memilih produk,
jasa, atau aktivitas tertentu karena produk, jasa, dan aktivitas tersebut
diasosiasikan dengan gaya hidup tertentu. Misalnya orang-orang yang
berorientasi pada karir akan memilih pakaian, buku, majalah, komputer, dan
barang-barang lainnya yang berbeda dengan mereka yang berorientasi pada
keluarga.
Perilaku
konsumtif adalah suatu perilaku dimana tidak ada lagi pertimbangan rasional
dalam menggunakan konsumsi untuk kebutuhan semata, (Prawono, 2005). Menurut
Rosandi (2004) perilaku konsumtif adalah suatu perilaku membeli yang tidak
didasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan
yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Dalam hal ini,
manusia lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan, dan cenderung
dikuasai oleh hasrat keduniawian dan kesenangan material semata. Bagi remaja,
perilaku seperti itu merupakan ekspresi perasaan ingin diakui atau diterima
oleh lingkungan sosialnya atau merupakan pantulan gengsi agar tidak disepelekan
oleh pihak lain terutama oleh teman sebaya.
Remaja
ingin diakui keberadaannya oleh lingkungan sekitarnya dengan menjadi bagian
dari lingkungan sosialnya. Usaha untuk menjadi bagian dari lingkungan tersebut
menjadi kebutuhan untuk diterima dan menjadi sebaya dengan orang lain yang
sebaya. Remaja berperilaku konsumtif dengan berusaha mengikuti trend yang
saat ini. Kondisi seperti ini tidak menandakan kemampuan daya beli remaja
perkotaan yang tinggi, akan tetapi lebih didasarkan pada dorongan untuk
memenuhi kebutuhan sesaat remaja sehingga dapat mengangkat prestige dirinya.
Istilah ”metroseksual” yaitu pria yang menjaga penampilan, senang
berdandan, melakukan perawatan rambut, wajah, dan tubuh banyak diberikan pada
pria masa sekarang.
Nafsu keinginan
rendah merupakan suatu kemauan yang dalam terhadap kesenangan jasmani, rohani
dan nafsu keduniawian. setiap orang selalu ingin mencari kemewahan, Tetapi hal
tersebut tidak memberikan kepuasan yang
kekal. ketika kita sudah mendapatkan sesuatu yang diinginkan masih saja kita
menginginkan lebih, sehingga timbul keserakahan. Karena keinginan dan
keserakahan, maka orang akan berbohong, menipu dan mencuri untuk mendapatkan
apa yang mereka inginkan. Keinginan yang tidak dapat dikontrol akan menyebabkan
ketagihan, misalnya merokok, minum minuman keras, makan berlebihan, dimana
semuanya akan menyebabkan kerusakan mental dan fisik sehingga menimbulkan
penderitaan. Selama akar nafsu keinginan rendah masih belum dihancurkan, maka
penderitaan akan timbul berulang kali. Nafsu keinginan (tanha) inilah yg
dinyatakan oleh Buddha yang membuat orang hidup Menderita (dukkha), karena
tidak pernah terpuaskan yang amat berbahaya dalam hidup ini. Nafsu keiginan
(tanha) inilah yang menyebabkan remaja menjadi gaya hidup hedonisme di era
globalisasi saat ini.
Dalam Agama
Buddha, terdapat tiga perbuatan baik yang dapat digunakan untuk meperbaiki
tingkat kehidupan kita. Ketiga perbuatan itu adalah kerelaan (dana),
kemoralan (sila) dan konsentrasi (samadhi). Ketiga jalan Ajaran Buddha
ini jika dilaksanakan terus dalam kehidupan akan membuat hidup kita lebih baik
dan bahagia di dunia ini. Bahkan, di kehidupan yang akan datang pun dapat
terlahir di salah satu dari dua puluh enam alam surga.
Kemoralan
berintikan kedisiplinan. Latihan ini diawali dengan pelaksanaan Pancasila
Buddhis. Isi Pancasila Buddhis adalah latihan pengendalian diri untuk tidak
melakukan pembunuhan, pencurian, pelanggaran kesusilaan, berbohong dan
mabuk-mabukan. Inti latihan ini adalah agar generasi muda dapat meningkatkan
kualitas diri. Menumbuhkembangkan disiplin diri diperlukan agar generasi muda mampu
mencapai harapan yang lebih baik. Jadi apabila kedermawanan dan melaksankan
sila atau pengendalian diri dengan baik oleh pemuda maka keinginan untuk hidup
berpoya-poya akan bisa di hilangkan.
Penerapan
HIRI dan OTAPA juga merupakan hal yang harus di praktekkan dalam kehidupan
pemuda yang penuh dengan pola hidup bermewah-mewahan atau berpoya-poya, gaya
hidup hedonisme ini sangat merugikan bagi kaum generasi muda terutama pemuda
buddhis, maka dengan demikian sangat diharapkan gaya hidup hedonisme di pahami
dan di mengerti secara benar oleh kalangan
generasi muda saat ini agar tidak terjerumus dalam perilaku yang salah
atau pemborosan dalam hal materi. Maka dari itu dalam agama buddha sangat
menitik beratkan bagaiman seseorang melatih diri dalam melaksanakan pancasila
buddhis, karena dengan disiplin diri seseorang bisa membatasi diri dalam
menjalani kehidupan. Sehingga dapat meghasilkan perilaku yang baik dan tidak
terjerumus dalam hal-hal yang negatif
Bagi
generasi muda berperilakulah dengan cara yang benar sesuai dengan norma-norma
agama, agar tidak terpegaruh oleh gaya hidup hedonisme, karna gaya hidup
seperti ini akan merusak nama baik dan citra diri, jalankanlah hidup sesuai dengan
ajaran buddha agar kebahagiaan dapat di perolah, sehingga kehidupan
menjadi lebih bermanfaat baik, bagi diri
sendiri, kelauarga, maupun ligkugan masyarakat umumnya.
Sabbe
Satta Bhavantusukkhitatta
Semoga
Semua Mahluk Hidup Berbahagia
Sadhu-Sadhu-Sadhu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar